BAGIAN 4

21.5K 1.4K 93
                                    

Dua tahun berlalu dengan cepatnya sekarang tepat pukul dua siang. Gerimis turun deras di luar. Seakan mengikuti irama piano yang dimainkan oleh seorang wanita cantik pegawai cafe di kedai kopi. Di sinilah aku biasa melarikan diri dari rumah, tidak ada tempat lain yang senyaman di sini. Kedai yang memiliki dua lantai ini, tidak hanya untuk mencicipi kopi buatan dari sang pemilik, di sini kau bisa pergi ke lantai dua jika kau memiliki hobi membaca, di lantai dualah tempat untuk para pembaca menikmati kenyamanan di sana. Tanpa terasa aku memejamkan mataku, menikmati alunan nada-nada bar dalam ketukan piano yang dimainkan oleh wanita yang berumur sekitar tiga puluhan.

Aku membukakan mataku perlahan namun yang aku temui adalah waktu berdetak begitu pelan, tapi piano itu tetap memainkan nada-nadanya berirama, aku menengok ke arah kananku untuk melihat keluar jalan apakah di luar sana masih gerimis atau tidak? Saat aku menengok ke arah jendela aku melihat mobil sedan berplat nomor 345G menghantam masuk ke dalam kedai cafe memecahkan kaca yang aku lihat walaupun jaraknya sedikit jauh tapi pecahan kaca itu mengenaiku, ini semua masih dalam keadaan step-step secara slow motion, entah ini nyata atau tidak namun bagiku ini terlihat nyata. Semua orang menjerit ketakutan dan beberapa terluka karena mengenai tabrakan mobil tersebut.

Aku tersadar dan bangun dari kursiku membuka mataku dengan lebar-lebar sebagian orang melihat diriku dengan tatapan aneh. Ternyata aku tertidur sekejap, aku menggelengkan kepalaku ini tidak boleh terjadi, aku harus segera bergegas menghentikan ini. Aku langkahkan kakiku yang terasa berat keluar dari kedai, aku melirik jam tanganku yang berwarna hitam di lengan kananku, kejadian sekitar lima belas menit dari sekarang, aku harus mencari plat nomor mobil yang memarkir melewati batas hingga menabrak kedai kopi tempat langgananku. Dimana? Aku tidak melihat mobil sedan warna hitam itu, aku tidak boleh melewati kesempatan ini jangan sampai kali ini ada yang kehilangan nyawanya karena aku.

Sekali lagi aku melirik jam tanganku, lima menit lagi, tanpa jas hujan dan payung hanya dengan tudung jaketku yang melindungi kepala sebagian dari gerimis yang lebat ini.

TIN TIN!

Terdengar dari jauh bunyi klakson mobil sedan yang sangat familiar aku kenal di mimpiku, itu dia! Iya itu mobilnya plat nomornya sama. Aku berusaha menghentikannya, tapi mobil itu melaju dengan begitu cepatnya, "Ahjussi! geuui chaleul jeongji [PAK! HENTIKAN MOBILNYA!!]." Teriakku, sang supir tidak memperdulikan dia terlihat kalut aku-pun terseret dan terjatuh.

PRANK!

Terlambat lagi, mobil sedan itu sudah menabrak kaca dari kedai kopi tempat persembunyianku. Entah darimana air mata mengalir jatuh di pipiku, ini air mataku atau air gerimis yang membashi wajahku. Aku kesal hingga aku mengeluarkan suara keras yang sudah sejak lama ingin aku keluarkan,

"AAARGGGHH!!"

Dengan mengadah ke atas langit aku mempertanyakan semua ini kepada-Nya, kenapa harus aku? Kenapa Engkau memilihku? Apa salahku? Aku sudah tidak kuat menahan ini semua, aku menyerah, aku lelah.

Keramaian dalam kantor polisi sama sekali tidak membuatku merasa takut ataupun sebagai ancaman berada di sini--di kantor polisi. Mereka memintaku sebagai saksi atas penabrakan oleh seorang pemuda yang sedang mabuk tidak sengaja menabrakkan mobilnya ke kaca kedai kopi, untung tidak ada korban jiwa tapi tetap saja banyak korban yang luka-luka mengenai pecahan beling, aku khawatir pada wanita yang memainkan piano, aku melirik ke kanan dan ke kiri aku tidak melihat batang hidungnya. Yang kurasakan sekarang adalah aku kedinginan, suhu udara di Seoul saat ini -8°C cukup dingin seperti berada dalam kulkas bukan di dalam freezer-nya.

Aku terdiam juga menghela napasku yang tidak teratur karena kedinginan saat pak polisi mulai menginterogasiku, otakku membeku aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi, "Yak~ eolin aideul ibwa, dangsin-eun mueoscheoleom geogi bakk-eulo museun il-i iss-eossneunji malhae jul su?
[Hei anak muda, bisakah kau menceritakan kejadiannya di luar sana tadi seperti apa?]." Tanya pak polisi yang membungkuk menatapku, aku tetap terdiam, mengerutkan dahiku sesekali menatap mata pak polisi. Dari kejauhan aku mendengar ketukan langkah kaki yang tergesa-gesa seperti aku kenal.

INSOMNIA [SUDAH TERBIT] ✅ Where stories live. Discover now