Bagian Dua

7.3K 974 91
                                    

Please

***




Yoongi sedang sibuk dengan berbagai macam dokumen di depannya. Dia membacanya dengan teliti. Dia mencoret apa yang menurutnya salah dan menandai beberapa hal yang perlu dikoreksi.

Hari ini Yoongi merasa senang. Entah kenapa rasanya hari ini ruang kerjanya terasa begitu nyaman. Mungkin karena jam kerjanya akan selesai beberapa jam lagi, atau karena sedari tadi pria mungil incarannya duduk di sebelahnya dengan patuh.

Yoongi menyeringai senang.

"Kau bisa mulai jelaskan kenapa kau menendangku." Yoongi bergumam. Matanya terus menatap dokumen-dokumen di depannya.

"Uh... itu-" Jimin yang sedari tadi duduk diam di sebelahnya, mengigigt bibirnya ketakutan. Dia tidak punya jawaban bagus untuk pertanyaan Yoongi.

"Ka-karena, saya takut dan kaget, sir." Jimin tersenyum kaku sambil terus mengigit bibirnya.

Apakah itu jawaban yang bagus? Sepertinya tidak, tapi itu yang sebenarnya terjadi. Jawaban yang jujur lebih baik kan?

Kemudian Yoongi berhenti membaca dokumen di depannya. Dia mengernyit dan menatap Jimin.

"Apa?" Yoongi sendiri tidak tahu itu pertanyaan untuk siapa. Untuk dirinya? Untuk pria mungil ini?

Yoongi yakin betul pria mungil ini membawa ponsel merah muda dengan sebuah gantungan kunci mawar, lalu alasan macam apa itu?

"Kau bukan-" Yoongi mendesis keras saat Jimin hanya menatapnya bingung. Dia mengambil ponsel merah muda itu dan mengamati ponsel itu sekali lagi.

"Ah ponselnya!" Jimin memekik senang. Dia hampir saja meraih ponsel itu dengan tangannya kalau Yoongi tidak menjauhkannya dari Jimin.

"Ini milikmu?" Yoongi bertanya.

Dia merasa seperti seorang dungu yang dipermainkan oleh seorang pria mungil yang dia bisa patahkan lehernya kapan saja dia mau. Sudah tiga kali sejak dia bertemu pria mungil ini, dia selalu kehilangan kendalinya. Sialan.

"Bu-bukan. Ak-aku menemukannya." Jimin menunduk lagi.

Dia terdiam selama beberapa saat menunggu Yoongi berbicara. Namun, pria di depannya tetap diam menatapnya tajam.

"Namamu?" Yoongi mengernyit.

Kenapa dia butuh nama pria ini? Kenapa dia malah berbicara santai dengan pria ini?

Yoongi punya dua ide gila saat melihat pria mungil ini masuk ruang rapatnya tadi pagi; yang pertama, meninjunya dan yang kedua, menidurinya. Sekarang, Yoongi tidak yakin akan melakukan salah satu di antara keduanya.

"Park Jimin..." Jimin berbisik pelan. Dia masih menundukan kepalanya dan tanpa sadar menautkan kedua tangannya dengan gugup.

"Alright. Kita butuh satu tes." Yoongi berkomentar lagi.

Jimin masih menunduk patuh sampai akhirnya dia merasa tubuhnya ditarik ke depan. Tiba-tiba dia sudah berada di pangkuan Yoongi.

Yoongi memeluk tubuhnya erat. Tubuh mereka menempel satu sama lain. Bukan posisi yang bagus untuk berbicara. Sungguh.

Jimin menjerit saat Yoongi menekan tengkuknya. Tiba-tiba bibirnya bersentuhan dengan bibir Yoongi. Yoongi menciumnya, lagi. Ciumannya sangat kasar sampai Jimin sulit bernapas.

Breakable (YoonMin)Where stories live. Discover now