Bagian Empat

7.8K 960 300
                                    

Hutang Piutang

***


Jimin terbangun karena suara berisik dari ruang tengah. Dia dengan hati-hati bergerak keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Setahunya hanya ada Yoongi yang tinggal di apartemen ini, jadi pasti ada tamu. Atau lebih parah, mungkin Ibu Yoongi mengunjungi mereka.

Jimin melangkah dari kamarnya dengan begitu hati-hati. Dia mengintip terlebih dahulu sebelum ia sampai di ruang tengah. Dia melihat Yoongi sedang tersenyum dengan manis kepada seorang anak dengan seragam sekolah.

"Aku tidak akan sekolah." Anak itu menekuk wajahnya. Dia bersedekap. Matanya penuh amarah.

"Kau akan berakhir tidak lulus kalau begini terus, Jungkook." Yoongi menggelengkan kepalanya. Yoongi sudah terlihat siap bekerja. Dia sudah mengenakan stelan kerjanya dan sepatunya.

"Aku mau tidur hari ini!" Anak itu berteriak keras. Seharusnya Yoongi marah aau balik berteriak, tapi Yoongi malah tersenyum begitu tulus pada anak itu.

"Oke." Yoongi tertawa. Dia mengacak-acak rambut anak itu dengan asal.

"Siapa yang ada di kamarku? Kenapa dia berani menempati kamarku?!" Kali ini anak itu merengek. Dia membuang wajahnya dan tanpa sengaja padangannya dengan pandangan Jimin. Jimin membeku, sementara anak itu tertawa sinis.

"Oh. Hyung, jadi sekarang seleramu seperti ini?"

Tidak sopan, Jimin berteriak dalam hatinya.

"Ma-maaf!" Jimin membungkukan badannya beberapa kali.
Anak itu tersenyum sinis sekali lagi. Dia menatap Jimin dengan pandangan menilai.

"Biasa saja," komentarnya.

"Tidak sopan, Jungkook." Yoongi mengingatkan.

Jungkook hanya diam. Dia terus memandang Jimin dan tetap bersedekap.

Kemudian Yoongi memerintah Jimin untuk menghampiri mereka dengan gerak tangannya dan Jimin berjalan dengan patuh.

"Ini Jeon Jungkook, dia masih tujuh belas tahun." Yoongi tersenyum kecil.

"Sebentar, hyung, kau membawa orang ke sini? Wah hari yang langka!" Jungkook berteriak senang.

"Yang ini spesial." Yoongi tersenyum.

Jimin duduk di sebelah Jungkook atas isyarat Yoongi. Dia diam dan menatap kedua orang yang sibuk beragumen di depannya.

"Sekolah." Yoongi mencubit pelan pipi Jungkook.

"Tidak mau! Ah—hyung, gendong aku!" Jungkook mengulurkan kedua tangannya ke hadapan Yoongi yang berdecak kesal di depannya.

"Hanya hari ini saja, kalau ayahmu tahu, aku bisa mati." Yoongi sekali lagi mencubit pipi Jungkook. Tapi kali ini Yoongi mengendong Jungkook. Jungkook berteriak keras dan memeluk Yoongi.

"Aku sayang padamu, Yoongi hyung." Jungkook memeluk erat Yoongi seraya menatap Jimin tajam. Matanya seakan memberitahu Jimin, "Level kita berbeda."

Kemudian setelah hampir lebih dari lima menit menunggu, Yoongi kembali ke ruang tengah. Jimin masih duduk kaku di sofa dengan pikiran yang bercabang.

"Jimin, aku akan bekerja. Tolong jaga Jungkook. Dia agak rewel tapi dia anak yang baik." Yoongi tersenyum dan segera menghilang dari balik pintu.

Apa? Jadi Jimin dibawa ke sini untuk dijadikan seorang pengasuh anak?

***

Breakable (YoonMin)Where stories live. Discover now