0.1

2K 159 14
                                    

7502 words

5 tahun;

Jongin masih ingat semasa ia masih kecil. Ia hidup dengan seseorang yang ia panggil 'Ayah'. Ayah yang selalu memberikannya senyuman, mengecupnya sebelum tidur malam, memeluknya jika ia sakit atau menangis.

Setiap pagi, saat ia membuka matanya, ia melihat ayah begitu sibuk berkutat di dapur. Ayah tidak sedang menyiapkan mereka sarapan, namun ayah menyiapkan bahan berdagang hari ini. Ayah selalu mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pedagang tteokbokki; banyak pelanggan yang mampir karena tteokbokki buatan ayah enak, setiap hari kakak-kakak tampan dan cantik, bibi dan paman yang ramah memuji ayah karena memiliki Jongin kecil yang begitu menggemaskan. Kakak yang mengenakan seragam sekolah selalu mengajak Jongin bermain, memberinya buku atau mainan kecil. Jongin sangat senang.

Namun, terkadang Jongin kecil merasa risih jika ada bibi-bibi dengan wajah aneh-seperti badut dengan riasan warna-warni; pikirnya masih lugu-datang menghampiri ayah; memegang lengan ayah dengan lekat, merapatkan tubuh mereka dekat, terkadang menghapus peluh ayah dengan sapu tangan mereka. Hal yang tidak ia suka saat para bibi memangkunya, bau mereka membuat Jongin pusing-terlalu wangi. Jongin kecil selalu dibuat menangis jika para bibi memaksa mencium pipi gembil Jongin. Mereka selalu meninggalkan bekas bibir kemerahan di pipinya, Jongin kecil sangat tidak suka. Tapi Jongin kecil menahan itu, karena bibi-bibi itu selalu membawakan Jongin makanan manis.

Jongin hanyalah anak kecil, rasa kesalnya itu hanya sesaat. Apalagi jika menyogok anak itu dengan manisan, hatinya mudah direbut.

Malam tiba, itu berarti ayah akan menutup kedai kecil miliknya dan mengantarkan Jongin meminjam buku bacaan di perpustakaan dekat stasiun. Ayah selalu heran karena Jongin masih begitu kecil untuk tertarik dengan literatur, Jongin kecil dengan ringan menjawab bahwa buku-buku yang diberikan hyung dan nuna sudah habis Jongin lihat (anak kecil ini belum bisa membaca lancar), Jongin ingin baca lagi (sebenarnya semua buku yang membuatnya tertarik adalah buku anak-anak yang kaya akan gambar).

Oleh sebab itu, pergi ke perpustakaan dan meminjam buku adalah rutinitas mereka setiap hari. Ayah dengan senang membacakan buku-buku itu sampai Jongin terlelap. Jongin sangat suka suara ayah; lembut dan ringan.

...

6 tahun;

Tahun di mana ia akan memasuki dunia pendidikan tahap awal; taman kanak-kanak dan tahun di mana ia menyadari ia tidak memiliki seseorang yang ia panggil 'Ibu'.

Ibu guru di sekolahnya dengan perlahan menjelaskan bahwa hanya memiliki ayah tidak masalah, jika tidak ada ibu itu tidak masalah karena Jongin memiliki ayah di sisinya. Jongin memeluk guru itu dan menyucapkan terima kasih sebelum bermain kembali dengan sahabat barunya, Taemin.

Saat menceritakan hal ini pada sahabatnya, Taemin dengan mata berkaca-kaca berdeklarasi bahwa ia akan membagi ibunya; Jongin bisa memanggil ibunya 'Mama' dan dengan itu Jongin dan dirinya tidak akan terpisah.

Jongin menatap Taemin dengan bangga. Sahabatnya ini terlihat begitu keren, walaupun wajah mungilnya penuh ingus dan air mata.

Sempat sekali waktu ia menanyakan ayahnya perihal ini; apa Jongin punya ibu? Di mana ibu Jongin? Ayah menatapnya sedikit sedih dan memberi senyuman yang begitu jarang ia lihat.

"Ibu Jongin sekarang berada di surga," jawab ayah.

"Apa ibu sendirian?" tanyanya kembali.

Ayah menggeleng santai, ia merangkul Jongin. "Ibu tidak sendirian, ibu bersama Tuhan dan para malaikat di sana."

the golden trio and jonginie's plus one; hunkai - chansooWhere stories live. Discover now