Bagian 9 || Tugas Pertama

19K 1.2K 21
                                    

Seharusnya aku menolaknya. Seharusnya begitu!

●●●

Anna tidak bisa tidur. Setelah beberapa menit lamanya ia melamun di kasur, Anna jadi teringat perkataan Nick tentang perpustakaan. Ia pun turun dari ranjangnya dan langsung berjalan keluar menuju pintu bewarna biru yang diucapkan Nick. Ia membuka pintu itu perlahan. Gelap. Ia meraba tembok untuk menemukan saklar lampu dan ia berhasil menemukannya.

Kedua matanya dibuat terkejut dengan susunan buku di rak-rak besar itu. Baginya, ini bukan hanya sekadar perpustakaan mini. Namun, ini memang perpustakaan seperti biasanya. Ini benar-benar luar biasa. Ia tidak bisa membayangkan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk buku ini.

"Kamu suka?"

Anna menoleh sebentar ke belakang dan berjalan untuk melihat apakah ada buku yang ia suka. "Bukankah ini berlebihan?"

Anna mendengar gumaman Nick. "Tidak ada kata berlebihan untuk sebuah buku yang sangat bermanfaat."

Anna menoleh menatap Nick. "Apa ini buku pelajaran semua atau apa?"

"Apapun yang kamu inginkan," jawab Nick, lalu berjalan ke arah Anna. "Kamu suka novel, kan? Ini seluruh novel fiksi dari terjemahan sampai lokal."

Saat Nick mengatakan hal itu, Anna menjadi semakin semangat. Ia mengabaikan Nick dan mencari novel terjemahan yang bisa ia baca. Hingga dirinya menemukan satu novel kesayangannya yang selalu menjadi incarannya, Beautiful Creatures, karya Kami Garcia dan Margareth Stohl. Ia mengambil buku itu dan merasa takjub. Dibukanya perlahan, dan ternyata ini belum diterjemahkan. "Kau punya ini?"

Nick tersenyum. "Tentu saja, aku juga punya semua seriesnya."

Anna mendongak dan menatap Nick takjub. "Apa kau juga punya Beautiful Darkness dan lainnya? Dalam bahasa Indonesia?"

Nick mengangguk. "Saat Gramedia belum menerbitkan yang lainnya, aku sudah meminta orang untuk menerjemahkannya, dan tentu saja legal semua."

Anna tersenyum senang dan menggenggam tangan Nick. "Bolehkah aku membacanya? Aku belum menyelesaikan semua seriesnya, dan aku sangat penasaran dengan kisah cinta Ethan dan Lena di buku selanjutnya."

Nick tersenyum, tapi ia mengambil novel itu dari tangan Anna. "Asalkan kamu tinggal di sini, dan kamu juga bisa memilikinya."

Senyum Anna mulai pudar. Ia merasa bahwa ini jebakan Nick untuk membawanya masuk ke dalam rumah ini. "Apa kau menyuapku?"

Nick menggeleng. "Aku tidak suka melakukan suap, Anna."

"Lalu ini apa?"

Nick hanya mengangkat bahunya. "Jangan terlalu sering berpikiran negatif, jadi bagaimana? Kamu mau?"

Sialan, Nick pasti tahu bahwa Anna lemah di novel. Apalagi pada novel kesukannya. Oh tidak, ini akan sangat disayangkan untuk dilewatkan. Dan ia bisa saja menyesal untuk selamanya.

"Aku butuh jawabanmu sekarang, Anna..."

Anna paham, tapi ini semua masih membuat dirinya ragu. Bayangkan saja dirinya tinggal bersama Nick dan bekerja sebagai pelayannya. Bukankah itu akan menjadi gosip yang bagus untuk Karin dan geng cabenya? Namun, itu semua tidak akan terjadi jika tidak ada yang tahu, kan?

"Sulit banget ya memberi jawaban kepadamu."

Nick tertawa dan mengajak Anna duduk di sofa yang disediakan di ruangan ini. "Tidak akan sulit, kamunya saja yang tidak mau menjawab."

"Tapi kau janji tidak akan terjadi apa-apa, kan?"

Nick hanya tersenyum. "Tidak akan terjadi apa-apa, Anna. Hal yang pernah kita lakukan, itu hanya kesalahan satu malam."

Annasya KyleWhere stories live. Discover now