Bagian 38 || Awalan

11.3K 1K 96
                                    

Maaf untuk typo dan kesalahan

□□□

Pertama-tama, terimakasih karena sudah berniat.

Anna tidak bisa tidur. Ia sudah mencoba berbagai cara, tapi matanya tidak bisa diajak berkompromi. Setelah ia memutus sambungan teleponnya dengan Nick, ia selalu terbayang lagi dengan pertemuannya dengan Gisel sekaligus mengingat baik-baik semua perkataan perempuan itu.

Perempuan itu percaya bahwa Nick mencintainya. Anna sudah mengatakan semampunya agar hubungan ini tidak berjalan semakin rumit. Ia menghela napasnya, memejamkan mata dan bangkit dari sofa yang ditempatinya setelah ia terus-menerus bolak balik dari kamar. Ia berjalan ke ruang makan dan mulai mengambil air dingin agar otaknya merasa tenang.

"Kamu belum tidur?"

Anna menoleh ke asal suara, dilihatnya Siska yang sedang mengenakan piyama berjalan ke arahnya dan melakukan apa yang tadi Anna lakukan.

"Aku nggak bisa tidur."

"Kepikiran Nick?" tanya Siska.

Anna tidak menjawab dan hanya menempelkan punggungnya di meja makan seraya menatap Siska.

"Bagaimana operasinya?"

"Sepertinya berhasil, tidak ada kabar buruk sejauh ini," jawab Anna.

"Keluarga mereka benar-benar rumit," ujar Siska.

Anna tidak menyangkal hal itu. Kerumitan keluarga Nick menurutnya adalah masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kata-kata saja. Begitu berat pria itu lalui dalam hal ini dan Anna merasa bersalah karena ia sudah meninggalkan Nick tadi hanya demi menemui Gisel dengan maksud memberi penjelasan pada perempuan itu.

"Besok pagi aku akan pergi."

Anna menoleh. "Ke mana?"

"Bandung."

"Untuk?"

"Ada hal---"

"Kakak nggak bermaksud mengurus itu, kan?" tanya Anna ketika ia menyadari sesuatu. Ia kemudian teringat dengan ambisi Siska dan bagaimana sekarang hubungan Evan dan Siska tampak berbeda. "Kak, jangan lakukan apapun."

"Aku nggak akan melakukan hal yang aneh, Anna."

"Tap---"

"Buang pikiran negatifmu itu."

Anna mendadak diam. Bagaimana bisa ia membuang begitu saja pemikiran negatifnya jika ia sangat mengenal bagaimana benci dan marahnya Siska, terlebih dengan apa yang sebelumnya Anna pernah dengarkan.

"Dengar Anna, apapun yang aku lakukan, itu semua demi kamu. Sama halnya dengan aku yang berani bekerja sebagai wanita panggilan. Itu demi kamu, supaya kamu nggak berakhir sepertiku."

Anna diam saja. Ia merasa sedih seketika mendengarkan Siska bicara seperti itu, lalu kemudian ia melihat Siska yang sudah pergi dari hadapannya dan masuk ke dalam kamar. Anna pun menghela napasnya. Ia mundur perlahan dan tubuhnya kembali merasa pusing.

Annasya KyleWhere stories live. Discover now