Bagian 28 || Kebingungan

11.2K 905 263
                                    


Jadi, ada apa dengan ini semua?

□¤□

Enam bulan sudah berlalu. Selama itukah Gisel tidur dan membuat keadaan menjadi kacau? Ia masih ingat bagaimana ia membuka kedua matanya dan melihat tangis bahagia sang ibu karena kesadarannya. Ia pun melihat bagaimana takjubnya para dokter karena dirinya sadar dan bisa kembali normal. Saat itu juga, Gisel merasakan sebuah kejaiban Tuhan yang sudah lama tidak membuat ia sedih. Ia menangis dan berterimakasih karena telah membangunkannya setelah waktu yang lama. Ia merasa bahagia bahwa dunia yang ia rindukan di dalam tidurnya akan kembali memperlihatkan sinarnya.

Ia bangun dan hal pertama yang ia ingat adalah; Nickholas Keegen.

Keinginannya untuk kembali ke Indonesia begitu dalam seiring dengan rasa rindunya pada pria yang sudah membuat jiwa dan hatinya berada di satu tempat, terkunci, dan sulit ditemukan oleh yang lain selain dirinya.

Lalu ia kembali dan mengira semua akan baik-baik saja. Itu anggapannya, sebelum ia ke apartemen Nick dan melihat kejadian tadi pagi.

Ayahnya dan dua wanita yang sebenarnya tidak ia ketahui siapa awalnya. Namun, ayahnya langsung menceritakan siapa mereka ketika dirinya bertanya di dalam mobil dan ia pun tahu siapa mereka. Ia benar-benar tidak tahu sebelumnya mengenai apa yang terjadi, hingga sang ayah menceritakannya.

Sebenarnya saat ini juga, ia sedang menjauh dari ayahnya dan meminta ayahnya untuk pulang sedangkan ia berada di sini untuk menemui Nick. Ia sedikit tidak suka dengan perlakuan ayahnya pada Siska dan Anna. Menampar anaknya sendiri karena emosi membuat Gisel sedikit terkejut karena sebelumnya ayahnya tidak pernah emosi, tapi kali ini berbeda.

Ia menghela napasnya dan menyentuh gelas berisikan teh hangatnya. Melihat kejadian tadi pagi membuat kepalanya sedikit sakit. Ayahnya yang menampar saudaranya, hubungan kedua saudaranya dengan Nick, lalu bagaimana Nick membawa masuk Anna ke dalam kamar seolah-olah mereka sangat dekat. Itu membuatnya sedikit ... cemburu.

"Maaf, aku lama."

Gisel yang tadi sedang menyeruput tehnya, menoleh dan melihat pria yang baru saja tiba di hadapannya. Ia tersenyum dan mempersilakan Nick untuk duduk.

Suasana begitu canggung dan yang merusak suasana itu hanyalah seorang pegawai kafe yang membawakan menu untuk Nick. Saat Nick memesan, kedua mata Gisel tidak pernah terlepas. Inilah pria yang sangat ia rindukan selama tidurnya. Pria yang mampu membuat tubuhnya sadar hanya karena ingin kembali melihatnya.

"Kamu apa kabar?" Gisel mulai bersuara karena ia lelah dengan kecanggungan ini.

"Baik."

Canggung ... Gisel benar-benar mulai bingung dengan apa yang akan ia lakukan. Ini seolah-olah ia dan Nick lupa dengan hubungan yang pernah mereka jalani.

"Nick..."

"Ehm?"

"Kamu nggak merasa aneh?"

"Tentang ini semua?"

Gisel mengangguk. Nick begitu cepat memahami keadaan sehingga tidak perlu ia jelaskan lebih jauh.

"Ini normal untuk kita yang nggak pernah ketemu."

Gisel menghela napasnya. Nick benar. In sesuatu yang normal untuk dua orang yang awalnya bersama akhirnya menjauh karena suatu alasan.

"Kamu menghilang," ucap Gisel selanjutnya.

"Maaf..."

Gisel kecewa. Bukan itu respon yang ia inginkan dari seorang Nick. Ia ingin melihat dengan pasti bagaimana perasaan Nick saat ini.

Annasya KyleWhere stories live. Discover now