29.Gue Salah Apa?

1.1K 166 10
                                    

***

BRUK!

(Namakamu) membanting pintu kamarnya lalu ia menguncinya, dan ia langsung melempar tas sekolahnya ke sembarang arah.

(Namakamu) langsung menjatuhkan badannya ke tempat tidurnya, dan menangis sambil memeluk boneka jamurnya. "Maafin gue Larva...hiks..hiks.."

Bibirnya bergetar, ribuan air mata telah membasahi pipinya. "Gue gak bermaksud nyakitin perasaan lo, situasi yang bikin gue harus lakuin itu, hiks gue minta maaf."

Menangis, hanya hal itulah yang bisa dilakukan oleh seorang (Namakamu) Serlin.

Jujur (Namakamu) juga masih mencintai dan menyayangi Iqbaal sama seperti dulu.

Namun ia harus menepati janjinya dengan Ayah Iqbaal, yaitu menjauhi Iqbaal agar Iqbaal mau dijodohkan dengan Zidny.

Ceklek!

"Gak ada gunanya lo nangis dan minta maaf di sini, orang Iqbaalnya juga gak ada di sini."

(Namakamu) menoleh ke arah pintu, bukankah ia sudah menguncinya? Kenapa bisa terbuka?

(Namakamu) langsung menghapus air matanya, dan berlaku seperti biasanya, galak. "Kok lo bisa buka pintu? Perasaan tadi udah gue kunci deh," matanya tidak lepas menatap Karel yang memasang muka tanpa dosanya.

Karel duduk di tepi tempat tidur (Namakamu), tepat di samping (Namakamu), "semua kamar punya kunci cadangan kali."

(Namakamu) membuang muka. Kebodohannya kambuh karena cinta.

"Lo sendiri yang mutusin, kenapa lo juga yang nangis? Seharusnya orang yang mutusin itu bahagia karena udah bebas," pernyataan yang masuk akal menurut Karel Samuel.

(Namakamu) memukul kepala Karel dengan bonekanya. "Sableng lo! Itu namanya orang itu beneran gak sayang dan gak cinta."

"Emang lo beneran sayang sama Iqbaal?"

"Menurut lo aja anak ayam!" kesal (Namakamu).

"Gue kira lo cuman main-main, abisnya lo deket-deket mulu sama semua cowok,"

"Bukan gue yang deketin tapi mereka, termasuk elo," ngejleb di hati Karel.

"Apaan! Gue gak ya," bantah Karel dengan muka yang sulit di artikan, antara malu sama kesel campur jadi satu.

"Halah ngaku gak lo!" bentak (Namakamu) sambil menuding Karel.

"Ngaku!" (Namakamu) mencubit-cubit pinggang Karel beberapa kali.

Karel beranjak berdiri. "Iya-iya gue ngaku, gue pernah suka sama lo, puas lo?"

(Namakamu) terdiam menatap Karel yang tersenyum simpul. "Tapi lo tenang aja, rasa suka gue udah berubah jadi rasa sayang ke kakak kok,

Btw nih tiket lo, jangan lupa hari ini lo istirahat aja besok lo harus berangkat ke Jerman kan?" Karel memberikan tiket pesawat ke tangan (Namakamu). "Gue keluar dulu ya," Karel pun berjalan keluar kamar (Namakamu).

(Namakamu) menatap tiket pesawat yang ada di tangannya. "Apa ini hukuman karena gue terlalu egois? Tinggal jauh dari orang-orang yang tulus sayang sama gue tanpa berharap gue balas rasa sayangnya,"

***

Bruummm...

Iqbaal menginjak pedal gasnya, mobil yang dibawa Iqbaal saat ini benar-benar melaju dengan cepat.

Malam ini Iqbaal benar-benar terlihat menyeramkan, rambut yang berantakan dan dengan baju seragam SMA yang tidak tertata rapi lagi ia menjalankan mobilnya sekencang mungkin.

Iya benar-benar melampiaskan kekecewaan dan kemarahannya dengan mobilnya.

"Kkyyaaa..." hampir saja ia menabrak seorang anak kecil yang hendak menyebrang jalan. Namun ia membanting stirnya ke pohon besar yang berada di pinggir jalan.

Bruk!

Mesin mobil Iqbaal langsung mengeluarkan asap. Sementara Iqbaal, kepalanya terbentur stir dan tentu saja mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Arggh..." ringis Iqbaal dengan keadaan setengah sadar sambil mencoba keluar dari mobilnya.

Tiba-tiba pintu mobil terbuka. "Bal! Bal! Lo gak apa-apa?" tanya Syakir panik dan langsung membantu Iqbaal keluar dari mobil.

"Kepala lo berdarah, gue anter ke rumah sakit," ucap Syakir yang melihat semakin banyak darah yang keluar dari kepala Iqbaal.

Iqbaal menepis tangan Syakir dari bahunya. "Gak ada gunanya gue hidup kir, seharusnya lo gak usah nolong gue! biarin aja gue mati!"

"Lo udah gila hah? Gue tau lo lagi sakit hati, gue tau lo---"

"Lo tau apa hah? Lo itu cuman anak ingusan yang baru hidup! Dan lo gak tau sesakit apa gue saat ini!" bentak Iqbaal sambil menatap tajam ke arah Syakir.

Emosi Iqbaal benar-benar memuncak saat ini. Akalnya tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat saat ini.

Syakir menatap Iqbaal tak percaya.

Iqbaal menundukkan kepalanya. Hiks hiks. Iqbaal terduduk frustasi. "(NAMAKAMU)!!!!" teriaknya sekeras mungkin. "Gue salah apa hah? Sampai-sampai lo lempar cicin ini ke muka gue? Aishh!" Iqbaal langsung melempar cicin yang ada digenggamannya ke sembarang arah.

"Hati gue sakit (Nmk..)! Sakit!" Iqbaal memukul-mukul dadanya berulang kali dan menunduk.

Syakir terdiam melihat Iqbaal yang setahunya anak yang paling kuat bisa serapuh ini hanya karena cinta.

Iqbaal bangkit ia berjalan menuju mobilnya mengambil sesuatu yang berujung tajam. "Bunuh gue kir! Bunuh gue!" perintah Iqbaal sambil meletakan pisau itu ke tangan Syakir.

Syakir tersenyum kecut dan membuang pisau itu. "Lo emang udah gila bal! Seharusnya lo tu sadar di dunia ini masih ada cewek yang lebih cantik dari (Namakamu)!"

Lagi-lagi Iqbaal terduduk sambil menunduk. "Gue gak bisa lupain dia..., dia cewek yang selalu ada di pikiran gue kir."

"Apa dia beneran gak cinta sama gue sampai-sampai dia tega ninggalin gue?"

Syakir menghela napas. "Lo mau tau?"

Iqbaal menatap Syakir.

"Karena elo adalah orang yang dia sayang dan cintai."

Iqbaal mengerutkan keningnya.

"Dia gak mau kehilangan lo waktu lo lagi kritis membutuhkan darah, dan dengan bejatnya ayah lo mau donorin darah dengan satu syarat yang ngebuat (Namakamu) harus jauhin lo."

Drt! Drt!

"Hallo?"

"-------------"

Iqbaal memasukan handphonenya ke sakunya, rahangnya mengeras dan matanya memerah. "Kir! Anter gue ke rumah sakit sekarang," Iqbaal langsung masuk ke mobil.

Dengan keadaan bingung Syakir langsung menuruti Iqbaal.

Bersambung...

Hayo loh kenapa tuh?

Maaf atas keterlambatan next cerita ini dan maaf juga untuk part ini pendek😁

part seterusnya private ya hehe...komentar bawel ya sama vote jangan lupa yaa..

-Muti

Fungi & Larva • IDR✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang