[Chapter 7] Tsundere Asam Manis

10.6K 552 133
                                    

.

.

.

Dengan tergesa-gesa, pria itu membereskan berkas-berkasnya. Sebisa mungkin diatur dalam map rekam medis agar tidak terselip bila suatu saat dibutuhkan. Rasa kantuk saat ini membebani kedua matanya, itu salah satu resiko yang harus dia ambil tapi hal tersebut tak menjadikannya penghalang untuk segera bergegas.

"Maaf Ayako, aku harus pergi sekarang. Ada hal yang mendesak, kalau ada pasien gawat darurat tolong segera hubungi dokter Ebina." Ujar pria berambut merah ketika berada di ruang piket perawat. Dia segera berlalu tanpa menunggu jawaban dari perawat yang bernama Ayako tersebut.

Gaara -pria itu, segera mengemudikan mobil impor mewahnya dengan kecepatan sedang. Pikirannya terbagi menjadi dua, antara jalan dan perempuan itu. Jalanan lengang karena masih pagi hari.

Tak lama kemudian, mobil sedan yang berwarna senada dengan rambutnya tiba di halaman rumah yang cukup luas. Sebuah rumah tradisional milik pribadi yang kini jarang dijumpai. Tidak sebanyak di Kyoto atau Kanazawa. Setelah memarkirkan mobilnya di area parkir, dia segera membuka pagar dari kayu yang diatur secara vertikal dan tersusun rapi kerapatannya, tampak sekali bahwa itu adalah pagar tempo dulu yang masih terawat dengan baik hingga sekarang.

Tak perlu ia bersusah payah untuk mengetuk pintu atau memencet bel terlebih dahulu karena para penghuni rumah sudah mengenal dia sejak kecil -bahkan sejak dilahirkan. Rumah berlantai 2 tersebut berusia sekitar 135 tahun. Dengan waktu yang terbilang lama (satu abad lebih) maka rumah itu dirombak besar-besaran, tentunya dengan bantuan arsitek agar tampak lebih modern namun tidak meninggalkan kesan tradisional. Keluarga Haruno mempercayakan renovasi rumahnya pada arsitek Eitaro Kurahasi yang dijuluki "Si Ahli Renovasi Rumah Kuno" dan tentunya dengan dana yang lumayan besar. Tempat parkir kendaraan (garasi) yang berada setelah pintu gerbang utama terbuat dari kayu sehingga memberi kesan natural selain itu juga agar awet serta tahan terhadap angin dan salju. Tak lupa terdapat pohon ginkgo, menambah kesan segar nan asri. Bebatuan berwarna hitam dan putih melengkapi jalan setapak menuju halaman rumah.

"Ohayou." ujar Gaara begitu memasuki genkan dan mengganti sepatu kerjanya dengan sandal rumah. Dia melihat deretan sandal rumah yang rapi begitu akan menaiki lantai rumah yang terpaut beberapa senti lebih tinggi daripada genkan. Sengaja ditata seperti itu dengan alasan untuk menyambut tamu yang hendak berkunjung ke rumah tersebut. Terdapat rangkaian bunga yang sangat cantik menghiasi sisi kanan dan kiri dinding genkan. Kesannya cantik, sederhana namun elegan. Rangkaian bunga tersebut ditempatkan di dinding agak menjorok kedalam serta disorot oleh lampu berwarna kuning lembut. Ikebana tersebut merupakan hasil tangan Mebuki, yang merupakan seorang ahli Ikebana terkenal. Sapaan Gaara tak ada tanggapan dari siapapun. Sepi. Ia menaruh mantel yang digunakan pada lemari (getabako) yang berada ditengah, membagi dua ruangan yang berbeda. Gaara berpikir mungkin mereka sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Dia akan masuk lebih dalam ke rumah itu, menggeser pintu kertas sebelah kanan dan sejurus kemudian senyumnya mengembang ketika dia mendengar suara perempuan itu -Sakura. Suaranya terdengar cukup keras. Pria itu tersenyum simpul.

"Ah! Tuan muda Gaara, kapan anda datang?" terdengar suara Ayame dengan nada terkejutnya ketika berpapasan dengan Gaara di roka. Dia membungkukkan badannya, memberi hormat.

"Baru saja Ayame." balas Gaara sembari memberikan senyuman manisnya.

"Nona muda sedang bersama Nyonya disana." Ucap Ayame sembari menunjukkan tempat dimana Sakura dan Mebuki berada. Dia tahu bila Gaara sedang mencari Sakura. "Nona dan Nyonya sedang berargumentasi satu sama lain." lanjutnya.

"Hhh~...seperti biasanya. Baiklah, aku akan kesana." Dengan segera Gaara menuju ke ruang keluarga.

.

My BossWhere stories live. Discover now