3

30 3 0
                                    

Happy Reading....

.
.
.
.
.
.

"Shi, ini barang-barangnya ga ada yang ketinggalan kan?" Tanya Hamid setelah memasukan satu koper milik Rashita.

"Ga ada, udah lengkap! lagian cuma dua minggu Mid," jawab Rashita sembari memasuki mobil dan duduk dibangku penumpang belakang.

Hamid ikut masuk dalam mobil duduk dibangku penumpang depan. Setelah berpamitan dengan Putri dan Keke, mobil yang ditumpangi Rashita mulai menelusuri jalanan menuju terminal Bus terdekat. 10 jam perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai ke daerah tujuan mereka. Sebenarnya bisa saja Rashita minta tiket pesawat tapi karena ia takut naik pesawat jadilah mereka menaiki angkutan umum.

"Shi, bangun kita sudah sampai" Hamid menepuk pelan pipi Rashita, perempuan ini kalau sudah tidur pasti sangat sulit untuk dibangunkan.

Rashita hanya mengerang pelan sehingga Hamid kembali menepuk pipinya pelan serta menggoyangkan bahunya "Shi, banguunn!!!!" Hamid sedikit meninggikan suaranya, setelah beberapa menit berusaha akhirnya Rashita bangun dengan muka sangat kusut.

Mereka turun dari bus yang dengan berat hati, Hamid menggendong Shita dipunggungnya. Barang-barang bawaan mereka dimasukan ke dalam bagasi mobil keluarga Rashita yang dibawa Pak Diman selaku supir dirumah Rashita. Masih dengan mata mengatuk Rashita kembali melanjutkan tidurnya di dalam mobil.

"Gimana diperjalanan, lancar-lancar aja 'kan, Mid?" Tanya ayah Hamid.

"Lancar pak, Shishi cuma tidur aja dari sana,"

"Haha...memang selalu seperti itu kan dia" Pak Diman tertawa mengingat kebiasaan putri majikannya yang selalu tidur jika naik mobil.

Sekitar 15 menit mobil yang ditumpangi Rashita telah terparkir rapi digarasi. Bundanya sudah siap menunggu kedatangan putri kesayangannya di depan rumah.

"Mana Shi?" Tanyanya ketika melihat Hamid yang lebih dulu keluar dari pintu penumpang.

"Didalam Bun, masih tidur," jawabnya sembari mencium punggung tangan perempuan paruh baya yang sudah dianggap seperti ibunya.

"Ckck...minum antimo berapa butir sih anak itu!" bundanya menggeleng-geleng kan kepala lalu berjalan ke pintu penumpang belakang, benar saja putrinya masih tertidur dengan memeluk boneka pisang kesayangannya.

"Shi! Bangun nak! Udah sampai!!" Bahkan suaranya yang sudah ditinggikan tidak menimbulkan sedikitpun pergerakan dari putrinya.

Tidak putus asa ia menggoyangkan kaki Rashita lalu menarik-narik kakinya hingga akhirnya ia menyerah "Ayaahhh!!!" Teriaknya.

Reziq (ayah Rashita), sedikit membungkukan badannya lalu menyisipkan tangannya pada bagian bawah leher dan lipatan kaki Rashita kemudian menggendong putri manjanya yang sekarang sudah bertambah berat digendongannya. Diantara dua putrinya Rashita-lah yang selalu berhasil membuatnya kalah. Rashita selalu berhasil membuatnya berbicara banyak, selalu berhasil membuatnya panik, selalu berhasil membuatnya tertawa lepas, selalu berhasil membuatnya repot dengan tingkah manja anaknya itu.

Setelah meletakkan Rashita diatas ranjang kamarnya, Reziq duduk ditepi ranjang lalu mengusap pelan pipi putri yang sudah beberapa bulan tak dilihatnya "sudah besar kamu nak," gumamnya.

Rashita bukan lagi gadis kuncir kuda yang dulu selalu mengekorinya bahkan sampai rela berlumpur ria demi menemaninya dikebun buah-buahan mereka. Rashita sudah menjadi gadis remaja yang bisa hidup mandiri dikota, tanpa rengekan manja minta pulang. Satu kebiasaan yang masih melekat pada gadis kecilnya yaitu masih selalu membawa sebungkus coklat dikantung rok atau celananya.

Reziq jadi teringat akan putri sulungnya yang hanya tinggal menunggu hari sampai hari dimana ia harus menyerahkan penjagaannya pada pria lain.

Karena merasa tidurnya terusik Rashita membuka matanya perlahan "euungghh.." ia mengerang malas lalu fokus matanya terarah pada ayahnya "Ayaaahhh!!" Hebohnya laku menerjang memeluk Reziq dengan erat "ya ampuunn...Shi kangen banget sama ayah ganteng nan kecekuh ini!" ia menghirup lamat-lamat aroma parfume khas ayahnya karena baginya hanya ayahnya yang wangi seperti ini. Eh, ada hamid yang juga sering dibelikan parfume yang sama. Nyebelin menurut Rashita.

amor é vocêWhere stories live. Discover now