5

17 2 0
                                    

Happy Reading..

.
.
.
.

Shita duduk di depan cermin memandangi dirinya yang semakin hari semakin berisi, pipinya melebar, efek tugas kuliah menumpuk membuat selera makannya bertambah. "Pi..kok makin gembul sih?!" keluhnya bermonolog.

Cklek

Shita menoleh mendapati Hamid yang berdiri di balik pintu kamarnya yang sedikit terbuka. "Kebiasaan!" gumamnya pelan.

"Maaf," ujar Hamid sedikit menundukkan kepalanya. "Kata Bunda, tamu -calonnya kak Ina- sebentar lagi sampai."

"Iya..bentar" Shita berdiri dari duduknya, membereskan alat riasnya lalu berjalan keluar kamar mengikuti Hamid. "Mid, aku kok deg degan ya?" ujarnya lagi memegang lengan kemeja yang dikenakan Hamid.

Hamid menoleh ketika merasakan lengannya di tarik pelan, menghentikan langkahnya yang hendak menuruni tangga. Ia melirik tangan dan wajah Shita sekilas, "Yang mau datang calonya kak Ina, Shi.." ujarnya menenangkan Shita.

Mereka kembali menuruni tangga, terdengar suara salam dan suara orang beramah tamah dari luar pintu utama. "Mid, Kak Ina mana?" tanya Shita lagi.

"Ada di ruang tamu."

"Naaah...ini dia anak saya yang kedua, adiknya Ina. Namanya Shita. Sini Nak," ujar Ayah memperkenalkan.

Shita masih menunduk malu, perlahan ia melepas capitan tangannya di lengan baju Hamid lalu menghampiri Ayahnya. Ia menyalami satu persatu tamu yang hadir, hingga akhirnya ia harus bersalaman dengan seorang pria yang dapat dipastikan calon kakaknya.

"Eh?" Shita tersentak ketika melihat siapa calon kakaknya. Tangannya tiba-tiba kaku dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. "Arya?" tanyanya ragu.

"Shita?" ujar Arya tak kalah terkejutnya.

"Kalian saling kenal?" tanya Ayah.

Shita cepat-cepat menguasai dirinya, menarik kembali kesadarannya. Ia bergegas berpindah dan duduk di sofa single, disamping Hamid berdiri.

"Saya dosen di kampusnya," jawab Arya santai.

"Oo...jadi kamu juga mengajar di kampus Shita?" tanya Ayah lagi.

"Iya, Om.."

"Ini siapa, Pak Rowena?" tanya pihak keluarga Arya, menunjuk Hamid.

"Oh, dia Hamid. Anak pengasuh Ina dan Shi tapi dia sudah saya anggap seperti anak saya sendiri," jawab Ayah.

"Mid, panggil bibik ya? bilang tamunya udah dateng," ujar Bunda yang langsung di iyakan oleh Hamid.

Sampai air sudah di sediakan dan kedua belah pihak keluarga saling bercengkrama, belum ada sepatah katapun dari mulut Shita yang biasanya ceriwis seperti petasan.

"Shi?" tegur Kak Ina yang duduk tak jauh darinya.

"Hah?" Shita tergagap, pasalnya sejak tadi tatapannya tak jauh dari Arya yang jelas sesekali juga meliriknya.

"Kamu gapapa?"

"Ng--nggak kak, aku permisi ya. 'kan ini acaranya kakak.." ujar Shita beralasan lengkap dengan cengiran khasnya.

"Hmm...iyaa deh,"

"Lho, mau kemana, Shi?"

"Mau ke belakang sebentar, Bun" alibinya.

Setelah menghilang dari balik tembok ruang tamu, tanpa menyia-nyiakan waktu Shita langsung berjalan cepat ke arah pintu belakang. Hamid yang melihat itupun langsung mengikuti Shita, karena melihat perempuan itu tergesa-gesa mengenakan sendal jepitnya dan berlari kecil ke pagar belakang.

amor é vocêWhere stories live. Discover now