◦CLAIRE◦

146K 8.2K 109
                                    

Setelah beberapa orang suruhan Eveny mendandaniku, aku langsung segera turun menuju kelantai dasar untuk menghampiri si keparat itu, tidak terasa sudah terlalu lama aku berada dibutik ini hingga malam. Sebenarnya apa yang dilakukan Dalvin hari ini? Mengapa mengajakku? Bukan malah kekasihnya?

Aku menemukan sosok Dalvin yang sedang duduk diatas sofa sendirian sambil memainkan Ipadnya. Ketika ia menyadari kehadiranku, ia langsung mematikan Ipadnya dan langsung berdiri dari duduknya.

Dia diam sejenak menatapi ku dari atas sampai bawah. Jujur, aku sedikit risih ketika ada seseorang yang menatapiku sebegitu dalamnya.

"Kau akan menyukaiku jika terus menatapku seperti itu." Kataku dan ia langsung mendengus menatapku.

"Aku hanya menilai semua kerja keras yang dilakukan Eveny. Tidak buruk, tapi wajahmu tidak berubah." Katanya, menyangkal. Kemudian ia berjalan mendahuluiku dan aku disuruh untuk membuka pintuku sendiri.

Dia memang tidak memiliki perhatian kepada wanita.

Setelah aku masuk kedalam mobil, Dalvin langsung melajukan mobilnya membelah jalan raya.

Aku terus terdiam menatapinya, sejak kapan ia mengganti pakaiannya menjadi warna hitam? Sore tadi, ia memakai jas berwarna silver.

Mungkin dia juga ikut membeli tuxedo di butik milik Eveny. Dia terlihat tampan dengan rambutnya yang tersisir rapih. Dia benar-benar tampan malam ini, rasanya aku seperti seorang putri yang diajak pergi kepesta dansa bersama dengan pangerannya. Ah, tidak. Dia tidak pantas menjadi pangeran, pria angkuh sepertinya mana bisa menjadi pangeran yang baik?

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Aku menghentikan semua khayalan yang ada dipikiranku kemudian menoleh menatapnya.

"Kau." Ia menoleh sekilas kearahku kemudian menatap lurus kedepan kembali.

"Kau mau mengajakku kemana?" Tanyaku padanya, ia menginjak remnya ketika lampu merah menyala, lalu ia menoleh menatapku.

"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu kalau aku akan mengajakmu ke pesta? Lalu apa yang kau pikirkan? Kau meragukanku?" Ia menyerangku dengan tiga pertanyaan tanpa jeda dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Dengar, aku tidak akan mengajakmu ke kantor polisi mengenai masalah mobilku.." Ia mencoba meyakinkanku dengan ucapannya. Tapi, aku sedikit tidak yakin dengan perkataannya.

"Aku sudah membeli mobil baru lagi." Sontak, aku langsung membulatkan mataku selebar mungkin dan kuharap bola mataku tidak akan lepas dari kelopak mataku. Hanya karena masalah lecet sedikit, ia membeli mobil lagi?

"Apa kau sedang mengajakku bercanda?" Tanyaku dan ia menggelengkan kepalanya lalu ia menginjak pedal gasnya dan melajukan mobilnya kembali saat lampu merah berubah menjadi hijau.

"Sayangnya aku bukanlah orang yang suka bercanda, Nona Anderson... Jadi, aku benar-benar serius dengan ucapanku." Aku tercengang menanggapi ucapan pria angkuh ini, entah mengapa aku jadi merinding menatapnya. Ia terlalu berlebihan.

Selama perjalanan menuju entah kemana, tidak ada diantara kami yang membuka pembicaraan ia masih sibuk mengemudikan mobilnya dan aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri.

Sekitar sepuluh menit berlalu pada akhirnya mobil ini melaju memasuki perkarangan mansion yang sangatlah mewah. Aku menelan ludahku susah payah. Apa ia tinggal dirumah sebesar ini? Ah tentu saja tidak, dia bilang kalau akan mengajakku pergi kepesta mungkin inilah pesta yang diadakan oleh temannya atau koleganya.

Kami berdua keluar dari mobil bersamaan setelah ia sudah menghentikan mobilnya. Ia berjalan mendekatiku kemudian merangkul pinggangku dan menggiringku untuk berjalan menaiki beberapa anak tangga.

I'm Yours Mr.NelsonWhere stories live. Discover now