Demon

60 5 0
                                    

.........

Tepat saat vertical world itu aktif. Togashi telah memahami kondisi, dan dengan cepat otaknya lebih memahami situasi saat ini. Togashi tahu apa yang akan ia lakukan.

Ia berteriak. "Awas kita akan jatuh!"

Benar saja, 2 detik kemudian terdengarlah suara deritan nyaring dari rel kereta.

Togashi segera membuka jendela kereta, dengan cepat menyuruh teman temanya melompat dari kereta melalui jendela masing masing.

"Ayo irisu! Lompatlah!" teriak Togashi.

Irisu gemetaran, ia tak berani melompat dari dalam kereta yang sedang melaju dengan kecepatan 200km/jam itu.

"Lalu? Ba- bagaimana denganmu?" tanya Irisu.

Togashi menampilkan senyumanya, tampak memaksakan senyuman itu terbentuk.

"Aku akan kembali"

Irisu mengangguk, kemudian gadis itu melompat dari atas kereta yang sedang melajut kencang itu.

[Togashi POV]

Aku tersenyum puas ketika melihat irisu sudah melompat, detik terakhir sebelum kereta ini hendak terjatuh kedalam jurang.

"2 km lagi, dan kenapa kau belum melompat juga?" suara itu mengaggetkan hayatiku. Berbalik memandangnya membuatku terkejut.

Pemuda itu, tersenyum dingin dan memamdangku dengan iris birunya. Yuki Fujimoto, aku tak tau kenapa dia masih disini, padahal kuingat dia melompat tadi.

"Kenapa kau masih disini?" tanyaku.

Fujimoto mengangguk, "Aku disini untukmu--" ia tersenyum.

Ekspresiku berubah ketika melihat pemuda itu tersenyum manis. Wajahnya memang kalau dilihat sedang membentuk senyum kucing, tapi di mataku kini wajah itu lebih mirip wajah yaranaika dan membuatku super sangat jijik.

"Ah-- tak ada waktu bercanda" ucapku tersenyum kecut.

Fujimoto menggeleng. "Senpai tak boleh keluar dulu dari sini"

Kata kata "senpai" membuatku berteriak keras. Aku geli mendengar kata itu diucapkan oleh rival cintaku. Kini wajah yaranaika itu tampak jelas.

( buset gua kejebak sama nih hvmv help me! )

Kata kata itulah yang ingin kuteriakkan sekarang. Namun, aku terdiam akhirnya dengan sebuah jentikan jari. Seketika ruangan tempatku berubah, menjadi bangunan kubus.

"Huh!?" aku celigukan.

Fujimoto kemudian tersenyum, ia berdeham. Mimpi atau bukan, ia berubah menjadi seorang pemuda demgan iris merah menyala. Ia tersenyum hangat padaku, bukan senyuman yaranaika seperti tadi, dan bukan senyuman khas Fujimoto yang memuakkan itu.

Pemuda itu membungkukan tubuhnya dan memperkenalkn dirinya kepadaku.

"Aku adalah Demonmu-- kita terikat oleh perjanjian Virtual yang disebut DSF. Progam Virtual world telah membuat ku bebas dari dunia Demon. Mulai hari ini aku demonmu"

Aku tertegun. demon? DSF? virtual? Pertanyaan itu muncul otomatis dikepalaku. "Aku gagal paham" dengan semua ucapan orang itu.

Pemuda itu menghela nafas berat. "Paham?"

Aku menggeleng.

"Singkatnya, aku adalah senjataku, wujudku direfleksikan oleh kebencianmu. Sejak progam Vertikal world berjalan, dan kau memilih YES kita berdua telah terikat oleh perjanjian yang disebut DFS. Lalu, tugas kita sekarang adalah menghentikan progam Vertical World" jabarnya.

Vertical°World - S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang