RED EYE

37 4 0
                                    

[Yuki POV]

Kota hening itu membuatku tertegun akan keadaanya. Selama 16 tahun aku hidup, tak sedikitpun telingaku pernah mendengar kota ini.. Sebuah kota di daerah mati, apakah kota kesunyian yang disebut Lust City? Kota tanpa nafsu kehidupan, hanya kota kosong dengan bangunan tua dan gedung gedung yang dirambati banyak surai surai tanaman.

Kini netraku menerawang kesegala arah, mencari cari sebuah informasi asal dari kota kecil tersembunyi yang telah mati ini. Entah perasaan apa yang kurasakan, ku rasa kota ini merindukan sesuatu.

Namaku Yuki Fujimoto, tak tahu jelas kenapa aku selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Aku juga tak paham kenapa sedari kecil aku merasa mempunyai sebuah kemampuan aneh, biasanya ketika diriku berada disuatu tempat aku akan segera mengetahui nama tempat itu dan masa lalu tempat itu. Gejala pertama saat kusadari kemampuan ini adalah saat umurku 7 tahun di kebun binatang yang dahulu ternyata sebuah penjara kuno.

   "Yuki, ada apa?" bisik gadis itu. Netra violetnya memandangku, sedari dulu ketika memandangnya perasaanku bercampur aduk. Bagai Heroine dalam film, dia yang paling menarik perhatianku. Aku suka netra violet itu.

Aku menggeleng. "Aku tak apa" ucapku singkat, kini menggandeng tanganya.

Kulupakan pusat perhatianku kearah netra violet itu, kembali mengamati sekitar. Dibelakang kami, ada 3 orang dewasa aneh yang satu berambut pirang dan galak, yang satu seorang wanita dengan ucapan pedas dan yang satu, pria dengan senyuman menyebalkan.

Oh, menyebalkan sekali mereka, kami tiba tiba diculik dan di bawa ke kota aneh ini, Lust city, benar kan?.

   "Kau sudah hubungi si ratu?" tanya Jue memandang Alluxa.

   "Sudah" Jawab wanita itu singkat, ia menyeka surainya kemudian berjalan kembali mendahului mereka semua sebari mendengus kesal. Sikap Tsundere-nya membuatku muak.

   "Jue chan, jangan begitu pada All chan" ucap Marsh tersenyum kecut.

   "Bac*d Marsh, kau diam saja" balas Alluxa yang mendengar ucapan "chan" dari mulut rekanya itu.


Kami melanjutkan perjalanan dengan kesunyian sore hari, kini matahari bergerak perlahan menuju barat yang berarti malam akan tiba. Netra safirku memandang kearah puncak gedung diatas sana, tergerus air hujan membuatnya terkikis perlahan.

"Akh!?" sesaat kulihat cahaya itu, netra itu, bayangan itu. Tak tampak jelas bentuknya tak jelas, karena aku terfokus pada netra merahnya yang menghilang bagai kilat. Netra itu seolah mengawasi kami dalam surup hari.

........

[Togashi POV]

   "Mafuteru?" panggilku menepuk pundak pria dengan netra merah dan barcode di pipinya. Tampak terdiam dalam hening hari ini.

Hari ini memang cukup melelahkan, ketika aku barusaja sampai di kota mati ini, setelah berjalan cukup lama melintasi gurun di daerah mati, dan dalam sekejap mata sudah sampai di daerah terasing aneh ini. Tak disadari matahari memang sudah mulai mengantuk, sang surya mulai tenggelam dibalik gunung.

   "Aku tak apa kok, Hanya sedikit lelah saja, senpai sudah lelah? Mari kita beristirahat--" jawab mafuteru.

   "Whop-- Tidak terima kasih! Jangan sentuh aku" potongku.

Sesaat kemudian kami terhening saling berpandangan, hanya dalam diam kami terhenti. Mafuteru tertawa kemudian, ia menghela nafas.

   "Senpai, tugas saya melayani anda tak perlu berpikiran negatif--" ucapnya tersenyum mengejek.

Vertical°World - S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang