[68] Meet The Kiwi | ✅

2.3K 112 28
                                    

Aku menaruh putriku dibox bayi yang sudah Martijn beli dikehamilanku yang ketujuh, ia mendapatkan box bayi ini dari Los Angles, dan sejujurnya aku tak akan mempermasalahkan box bayi mana yang akan Martijn beli---dia berlebihan, dia bilang demi kenyamanan putri pertamanya semuanya harus istimewa.

Bagaimana tidak---pakaian bayi saja semuanya ia beli dari Alexander McQueen yang aku tahu pasti harganya bisa membayar satu bulan penuh gajih seorang dokter.

Ya putri pertamaku bersama Martijn kami beri nama dengan Reezje Rose Garritsen, aku membaca arti nama Reezje adalah cahaya kehidupan sementara Rose mewakili keindahan dan Garritsen tentu saja marga yang akan ia sandang dan akan ia ganti ketika ia menemui suaminya kelak.

Aku sudah menyusuinya dan sekarang ia tertidur tenang didalam box---aku menoleh pada Reezje (reesze) yang sebelumnya kami sebut ‘Bean’ aku jadi tak tega memberi nama panggilan putri cantikku ‘Bean’

“Jo..” Martijn terduduk diujung kasur sambil menampkan wajah memelasnya---dan aku tak perduli.

“Martijn, aku lelah---aku baru saja dua hari yang lalu melahirkan, aku butuh banyak istirahat belum lagi semalam Reezje menangis terus-terusan” kataku sambil mengambil posisi untuk tidur.

“kau benar-benar melarangku untuk bekerja selama 3 bulan?” aku tahu aku memang keterlaluan menyuruhnya untuk tak melakukan kegiatan ke-Djannya selama tiga bulan, tapi ini setimbal dengan apa yang sudah ia lakukan padaku---bagaimana bisa ketika aku sedang memeprtaruhkan hidup dan matiku dan aku ingin Reeze merasakan pelukkan hangat pertama dari ayahnya, Martijn dengan payahnya malah pingsan---sesaat Reezje menghirup udara dunia.

Bukannya itu keteraluan.

Ini lebih baik bukan dibanding aku harus mendiaminnya dan melarangnya bertemu dengan Reezje.

“aku sudah memberitahu Watse dan ia tak mempermasalahkannya, lalu kenapa kau masih saja repot”

“karena ia takut padamu” kata Martijn dan aku tertawa sebentar.

“apa yang harus ditakutkan dariku, aku berkata dengan sopan dan tutur kata yang benar”

“Ya---karena dia menghargaimu sebagai istri dariku”

“dan kau tak mau mengharagaiku sebagai istrimu, begitu?” aku kembali terduduk dari tidurku kemudian menunggu apa yang akan dikatakan oleh Martijn.

“aku menghargaimu. Tentu saja---itu sudah ada diperjanjian pernikahan kita, tapi---aku benar-benar tak bisa meninggalkan kegiatanku menjadi seorang DJ”

“memangnya kenapa. sekalipun kau tak bekerja selama setahunpun, kau masih memiliki penghasilan yang banyak Martijn”

“tetap saj..”

“kau berpenghasilan $20.000.000 pertahun Martijn, bahkan kau bisa membeli setengah toko yang berada diAmsterdam jika kau mau, dan aku tak pernah menuntut apapun mengenai materi karena aku juga bekerja, jika kau memang tetap ingin bermain musik diatas DJ boothmu, ok fine silahkan---tapi jangan harap kau bisa melihat atau mendengar rengekkan dari Reezje” kataku panjang lebar, bak pidato kemenangan.

“kau mengapa begitu, itu sangat jahat Jo”

“lalu apa, sayangku”

“ok aku minta maaf, seharunya aku tak pingsan ketika melihat Reezje keluar dari vaginamu---kau seharunya tau aku shock ketika melihat kepala sebesar milik Reezje bisa keluar dari lubang sekecil punyamu”

“kumohon, tak ada perdebatan lagi, jika kau ingin ke club dan bermain musik—silahkan aku tak akan melarangmu lagi, jika itu kemauanmu” aku kembali menarik selimutku kemudian membaringkan tubuhku dan menendang sedikit paha Martijn yang memang sedari tadi terduduk di ujung kasur.

Scared To Be Lonely [Martin Garrix] ✔Where stories live. Discover now