3; The Worst Moments

1.5K 287 11
                                    

Kadang kala dimana kita merasa titik tergagal dalam hidup adalah akhir dari segalanya, namun ternyata kegagalan itu justru menjadi awal kebahagian yang baru bagi kehidupan kita.

Taeyong melangkah malas menyusuri jalanan kota Seoul yang sepi itu tanpa memperdulikan tatapan beberapa orang yang memperhatikannya heran, matanya memandang kosong pada tanah tempatnya berpijak, entah kemana tujuannya sekarang ia sendiri juga tak ...

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Taeyong melangkah malas menyusuri jalanan kota Seoul yang sepi itu tanpa memperdulikan tatapan beberapa orang yang memperhatikannya heran, matanya memandang kosong pada tanah tempatnya berpijak, entah kemana tujuannya sekarang ia sendiri juga tak tahu.

Setelah kembali di Korea sejam yang lalu, Taeyong benar-benar bingung kemana ia harus melangkah sekarang, yang ia lakukan hanyalah mengikuti langkah kakinya. Pikirannya masih saja dipenuhi Jennie.

Bohong jika ia merelakan gadis itu dengan orang lain.

Hampir empat tahun sudah pemuda itu menanti saat dimana ia akan bertemu dengan kekasih, ah ralat, mantan kekasihnya itu, namun nyatanya yang ia dapatkan kemarin hanyalah sebuah penghianatan dari gadis itu.

Hatinya sedih, sakit, sangat kecewa.

Tapi, apa gunanya ia mempertahankan hubungannya dengan Jennie, jika kini hati gadis itu sudah bukan miliknya lagi.

Taeyong hanya berharap, keputusannya itu adalah jalan terbaik bagi keduanya. Meskipun sejujurnya ia masih mencintai Jennie.

"Oh, kau sudah kembali, Taeyong-ah?"

Taeyong menghentikan langkahnya saat mendengar sebuah suara familiar menyapa di indera pendengarannya, ia mengangkat kepala memandang datar kepada seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri membawah sekantong sampah di tangannya.

"Oh, Ahjuma Yoon, ada apa ini? Kenapa kedai tutup?" tanya Taeyong begitu menyadari bahwa dirinya sudah sampai di kedai bubur—tempat bekerjanya. Ya, entah mengapa kakinya membawahnya ke tempat itu.

"Kau tidak tahu, ya?" wanita separuh baya itu bertanya pada Taeyong.

Yang ditanyai malah menggeleng pelan. "Aniyo."

Bibi Yoon kemudian berjalan menghampiri Taeyong, menghela nafasnya sejenak sebelum berkata, "Begini, Taeyong-ah, tiga hari yang lalu semenjak kepergianmu ke Amsterdam, tuan Shin memutuskan untuk menutup kedai ini karena dia ingin pulang ke Busan dan kembali menetap di sana, jadi semua karyawan terpaksa berhenti berkerja."

"Jadi, Yuta juga sudah tak tinggal di sini lagi, Bi?"

"Ya, dia sudah pergi kemarin pagi."

Taeyong terdiam sejenak, tak percaya. "L-lalu apa bibi tau dimana Yuta sekarang?"

"Dia bilang dia mau kembali ke Jepang saja. Katanya, dia ingin menemui keluarganya dulu karena sudah hampir tiga tahun ia tak pulang ke sana," ungkap wanita separuh baya itu.

Mendengarnya Taeyong hanya bisa mendengus pasrah. Sekarang, orang yang dikiranya bisa menjadi tempat curahan hatinya kini sudah pergi.

"Oh, baiklah, terimakasih, Ahjuma." Taeyong membungkuk sopan sebelum berbalik, melangkah pergi dari hadapan wanita itu.

From Amsterdam to SeongnamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora