4 - What Happened ?

27.1K 802 3
                                    

" kamu memakai parfumnya.. " bisik Sean tepat di telinga Caramel.

Darah Caramel berdesir, pernafasannya mulai memburu, hembusan nafas mint milik Sean menggelitik telinga dan lehernya. Sean mempererat pelukan tangannya di perut Caramel menariknya agar lebih dekat pada dirinya.
Sean tersenyum melihat Caramel diam saja menerima perlakuannya barusan dan dirinya sangat suka mencium aroma wangi dari tubuh Caramel.

' gue gak salah pilih..
wanginya cocok sekali dengannya..
jika benar dia sudah memakai parfumnya..
berarti misi gue yang pertama berhasil.. yesss..' batin Sean senang.

Sean memulai usahanya lebih gencar lagi untuk menjalankan aksinya menjerat Caramel agar ia mau menikah dengannya.
Itulah satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya agar warisan kakeknya jatuh ketangannya bukan ketangan Caramel.
Sean menyunggingkan smirknya saat sadar dirinya masih memeluk Caramel.
Ia menertawakan kebodohan si cewek bar-bar ini didalam benaknya.

" mmm.. bisa lo lepasin tangan lo dari perut gue.. " perintah Caramel.
Ia sudah tak sanggup lagi bila berada dalam jarak sedekat ini dengan Sean. Jantungnya serasa ingin melompat dari tempatnya.

Sean mengurai pelukannya.
Caramel segera melangkah beberapa langkah kedepan menjauhkan dirinya dari jangkauan Sean dan langsung memutar tubuhnya ke belakang menghadap Sean.

" terimakasih "
Caramel mengucapkannya sambil menundukkan wajahnya.
Ia tidak mau Sean tahu kalau sekarang wajahnya sudah merah merona karena menahan malu.

Sean melangkahkan kakinya satu langkah kedepan mendekati Caramel dan menarik dagu Caramel ke atas agar menatap dirinya.

Mata Caramel bertemu dengan mata Sean.
Mereka saling menatap beberapa saat sampai mereka berdua sama-sama berjingkat kaget kala mendengar suara tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

" Ekhem.. khem.. "
ternyata itu merupakan suara deheman dari papa Dika.

" Uhuk.. uhuk.. "
sedangkan ini adalah suara batuk yang dibuat-buat oleh mama Nindi.

" mama.. papa.. tenggorokannya lagi sakit ya kok pada dehem-dehem sama batuk-batuk gitu ? "
tanya Sisil dengan polosnya, maklum dirinya baru keluar dari ruang depan dan melihat tingkah mama papanya yang aneh jadi dirinya tidak paham dengan rencana kedua orangtuanya itu.
Tidak seperti mama papanya yang sudah lama berdiri di depan pintu menikmati pemandangan dua sejoli yang sedang saling bertatapan di bawah tangga.

Papa Dhika, Mama Nindi, dan Caramel hanya memutar bola mata mereka melihat Sisil yang tidak peka dengan situasi.

' memangnya kenapa ? Apa aku salah ?'  batin Sisil saat melihat respon yang didapat dari pertanyaan yang ia lontarkan barusan.

***

Setelah makan malam bersama, Sean berpamitan untuk segera pulang karna hari sudah larut malam.

" Nak Sean, jangan sungkan sering-sering kesini ya..
pintu rumah selalu terbuka untukmu..
mama akan sangat senang kalau Nak Sean sering-sering mampir kesini.. anggap rumah sendiri karena sebentar lagi akan jadi rumah kamu juga.. " kata-kata lembut mama mengantar kepergian Sean.

" ya.. benar apa kata mama Sean.. jangan pernah sungkan.. beradaptasilah mulai sekarang.. anggap rumah sendiri..
dan hati-hati di jalan.. " papa Dhika menimpali sambil menepuk-nepuk pundak Sean beberapa kali dengan bersahabat.

" iya ma.. pa..
terimakasih sudah menerima Sean.. terimakasih untuk makan malamnya juga.. " pamit Sean sebelum masuk ke dalam mobilnya.

" iya.. hati-hati ya Nak.. "
ujar mama sambil tersenyum dan bersama dengan papa melambaikan tangannya kearah mobil Sean yang mulai keluar dari pelataran rumah.

MARRIED with SEAN ✅ Where stories live. Discover now