Prolog

161K 10.1K 1K
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah.

***

From : Bunda
Assalamualaikum putra bunda tersayang. Kapan pulang? Kamu tidak kangen bukan sama bunda? Bunda harap minggu depan kamu pulang yah. Kamu harus hadir di acara pernikahan Shabiya. Wajib hadir, kalau tidak bunda marah sama kamu.

From : Biya
Assalamualaikum kak Sakha.
Kapan pulang? Kak Sakha tidak kangen sama aku bukan? Sebentar lagi adikmu yang cantik ini akan dipinang oleh seorang pangeran. Maaf yah aku ngelangkahin kak Sakha, habisnya kak Sakha lama sih nyari putrinya. Jangan nyari yang sempurna karena aku jamin tidak akan ada yang sempurna di dunia ini. Ingat kesempurnaan hanya milik Allah.

Dua pesan itu ia dapatkan dari dua wanita yang sangat ia cintai. Yang pertama dari bundanya dan yang kedua dari adiknya. Adik yang sangat dia cintai tapi bukan cinta yang lumrah dirasakan oleh seorang kakak kepada adik perempuannya. Cintanya pada Shabiya lebih dari itu.

Satu minggu lagi dia yang dicintai akan dipinang oleh laki-laki lain.

Andai enam bulan yang lalu ia tidak menjadi lelaki pengecut mungkin dialah yang akan meminang Shabiya, adik angakatnya yang sudah ia cintai sejak lima tahun yang lalu.

Enam bulan yang lalu Ayah dan Bundanya mengajukkan pertanyaan yang sungguh demi apapun berhasil membuatnya terkejut.

"Ayah dan bunda akan menikahkan Shabiya," ucap Ayahnya.

"Menikah? Shabiya baru dua puluh tahun, kuliahnya pun belum selesai. Kenapa sudah mau ayah nikahkan?"

"Karena ayah rasa memang sudah waktunya Shabiya menikah."

"Dengan siapa ayah akan menikahkan Shabiya?"

"Sudah ada dua calon yang mengajukan diri, yang pertama Reza dan yang kedua Yusuf."

Mendengar kedua nama itu disebutkan oleh ayahnya membuat Sakha bukan main terkejutnya, ternyata Reza putra sahabat bundanya tertarik pada Shabiya, dan Yusuf, siapa yang tidak mengenal pemuda tampan itu, dia adalah salah satu dosen muda di Universitas tempat Shabiya menuntut Ilmu.

Reza dokter dan Yusuf dosen, keduanya memiliki profesi yang tak diragukan lagi, keduanya juga memiliki wajah tampan dan yang terpenting keduanya memiliki agama yang baik. Mereka berdua hafidz Quran. Apalagi yang kurang?

"Ayah pilih siapa?" tanya Sakha penasaran.

"Ayah pilih kamu," jawab ayahnya singkat.

Hal itu membuat mata Sakha membulat sempurna. Ia melirik ke arah bundanya yang kini tengah tersenyum lebar ke arahnya.

Kenapa ayahnya memilih dirinya? Bila dibandingkan dengan Reza dan Yusuf, dirinya tidak ada apa-apanya. Shabiya-nya berhak mendapatkan laki-laki yang baik.

"Bagaimana? Apa kamu berniat meminang putri ayah?"

"Bunda harap kamu yang meminang Shabiya, Sakha," ucap bundanya penuh harap.

Cukup lama Sakha terdiam, hingga akhirnya Sakha memberikan jawaban, "Aku tidak lebih baik dari Reza dan Yusuf. Shabiya berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik di bandingkan aku."

Zahra dan Ali memandang Sakha dengan tatapan penuh tanya. Kemana perginya putra mereka yang biasanya selalu percaya diri?

"Bunda tanya sama kamu Sakha, apa kamu menyukai Shabiya?"

Sakha memejamkan matanya dan bayang wajah Shabiya yang tengah tersenyum memenuhi pelupuk matanya. Itu membuktikan kalau ia menyukai Shabiya, bahkan ia rasa kata suka tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya pada Shabiya. Tapi sungguh ia tidak bisa meminang Shabiya, Shabiya terlalu baik untuknya.

Kedua calon yang disebutkan oleh ayahnya lebih berhak untuk meminang Shabiya karena mereka lebih baik dari dirinya. Shabiya-nya harus mendapatkan laki-laki terbaik diantara yang terbaik.

"Reza dan Yusuf lebih baik bila di bandingkan dengan aku, Bun," jawab Sakha ambigu.

Ali menatap putranya dengan tatapan mengintmidasi, "Yang Bundamu tanya, kamu menyukai Shabiya apa tidak? Kalau tidak itu berarti ayah dan bunda akan memilih antara Reza atau Yusuf untuk kami jodohkan dengan Shabiya."

Zahra berpindah duduk ke samping putranya, "Bunda dan Ayah akan sangat senang kalau kamulah yang menikah dengan Shabiya.. meski kamu tidak mengatakan pada Bunda tentang perasaan yang ada di dalam hatimu namun Bunda tahu kalau selama ini kamu menyukai Shabiya," dengan penuh sayang Zahra merangkul tangan Sakha, "Bunda mohon menikahlah dengan Shabiya."

"Maaf bun, aku tidak bisa," Sakha beranjak dari duduknya mengabaikan rengekkan bundanya.

Ali merangkul bahu istrinya yang sudah mulai bergetar karena menangis, "Shabiya wanita sholehah, ayah dan bunda sendiri yang mendidiknya. Ayah ingin menikahkan Shabiya denganmu karena Ayah dan Bunda berpikir kamulah yang paling cocok untuk Shabiya. Tapi bila memang kamu berpikir kamu tak cocok untuk Shabiya ayah tidak akan memaksamu... mungkin memang kalian berdua tidak berjodoh."

Tidak berjodoh, dua kata itu membuat hati Sakha mencelos.

Benarkah ia dan Shabiya tidak berjodoh?

Sakha merebahkan tubuhnya di atas kasur, berulang kali ia mengucap istigfar berharap bayangan Shabiya yang kini tengah menari-nari di dalam kepalanya segera sirna.

Kenapa hatinya harus berlabuh kepada adik angkatnya sendiri? Dan kenapa enam bulan yang lalu ia malah menolak tawaran ayah dan bundanya? Sungguh ia sangat menyesal. Tak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk mendapatkan Shabiya.

Qirani Shabiya Rafania, Cahaya pagi hari yang selalu membawa kebahagian untuk dirinya harus ia lepaskan.

***

Bogor, 14 Rabi'I 1440H
Repost : Padalarang, 24 Rabi'I 1441H

🌿Jangan lupa baca Al Kahfi 🌿

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman tercinta. Bagaimana kabar kalian malam ini? Tepat satu tahun lebih sepuluh hari aku kembali mengulang cerita ini, mungkin banyak dari kalian yang merasa kecewa karena aku mempublish cerita ini berulang kali, aku mohon maaf untuk hal itu. Insyaallah aku akan memperbaiki cerita ini, aku tidak tahu hasilnya akan lebih baik atau tidak dari sebelumnya, tapi semoga saja lebih baik dan tidak mengecewakan kalian.

Terimakasih teruntuk kalian yang mau kembali masuk ke dalam dunia Sakha & Shabiya, dan selamat datang aku ucapkan kepada kalian yang baru akan mencoba masuk ke dalam dunia Sakha & Shabiya.

Cerita ini hanya fiktif belaka, semoga Allah meridhoi tulisanku ini dan semoga kalian yang masuk ke dalam dunia Sakha & Shabiya terhindar dari segala keburukkan yang terdapat di dalamnya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sakha & Shabiya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang