Sepuluh : Kejutan

69.4K 7.8K 487
                                    

Selepas shalat Dzuhur Shabiya memutuskan untuk menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan pribadi milik Ayahnya. Tangannya dengan asal mengambil novel koleksi Bundanya. Tanpa minat sedikitpun dia membolak-balik setiap halamannya.

Baru beberapa jam Sakha pergi meninggalkannya tapi anehnya dia sudah merasakan rindu layaknya seseorang yang telah ditinggalkan bertahun-tahun oleh kekasih hatinya.

Berlebihankah apa yang sedang dia rasakan sekarang?

Berulang kali dia menyentuh layar ponselnya. Berharap ada pesan cinta yang dikirim oleh suaminya. Tapi tentu itu hanya akan menjadi harapan semu semata.

***

Sorenya karena bosan berdiam diri di rumah akhirnya Shabiya memilih untuk mendatangi sebuah panti asuhan, tapi sebelum ke panti asuhan tersebut Shabiya terlebih dulu ke mini market untuk memberi bahan-bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, tepung dan tak lupa dia pun membeli cokelat dan makanan ringan lainnya.

Kedatangannya di panti asuhan tersebut disambut dengan suka cita. Beberapa anak panti yang memang sudah mengenal Shabiya dengan baik berebut ingin memberikan pelukan sayang kepada Shabiya.

"Kak Biya, lihat nilai ulangan matematikaku seratus. Keren kan?" Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dengan bangganya menunjukkan selembar kertas ulangan yang berisi nilai seratus kepada Shabiya yang masih terlihat kerepotan membalas pelukan anak-anak panti yang berebut ingin terus memeluknya.

"Masya Allah. Ini hadiah untukmu," Shabiya memberikan anak laki-laki itu sebuah pensil. Sudah menjadi kebiasaannya menyediakan beberapa pensil baru di tasnya karena memang selalu pensillah yang dia jadikan hadiah untuk anak-anak panti yang mendapatkan nilai bagus.

"Nggak mau pensil. Pensilku sudah banyak," anak laki-laki itu menolak pensil pemberian Shabiya.

"Ih Kak Jojo nolak pembelian Kak Biya, nggak baik tahu nolak pembelian olang," ucap Neisa, gadis kecil berusia empat tahun yang masih belum kunjung dapat mengucapkan huruf R dengan baik dan benar.

Jojo memberengut. "Pensilku sudah banyak tahu."

"Yasudah Kak Biya nggak akan ngasih Jojo pensil lagi. Kak Biya bakal ngasih Jojo sesuatu yang berbeda," ucap Shabiya berusaha mengusir rasa sedih yang dirasakan oleh Jojo.

Mata Jojo berbinar senang. "Apa Kak Biya?"

"Rahasia. Insyaallah nanti besok Kak Biya kasih ke Jojo."

Jojo langsung bersorak gembira, si kecil Neisapun ikut bersorak gembira.

Kebahagiaan menyelimuti hati Shabiya. Dulu dia pernah bertanya pada Bundanya, kenapa dia dan Sakha selalu diajak bermain di panti asuhan? Apa asiknya bermain di panti asuhan? Dan saat itu Bundanya malah balik bertanya. "Apakah kelak di surga kamu ingin berada dekat dengan Rasulullah?"

Shabiya yang saat itu masih berumur tujuh tahun menggeleng dan berucap. "Di surga aku maunya deket sama Ayah, Bunda dan Kak Sakha."

"Kalau mau dekat Bunda, Ayah dan Kak Sakha itu berarti Biya juga harus mau dekat dengan Rasulullah karena Bunda, Ayah dan Kak Sakha ingin sekali berada dekat dengan Rasulullah. Dan salah satu cara agar kita dapat dekat dengan Rasulullah yaitu kita harus memperlakukan anak-anak yang berada disini dengan baik seperti keluarga sendiri. Nanti Insyaallah kalau kita memperlakukan mereka dengan baik jarak kita dengan Rasulullah di surga akan sedekat ini," jelas Zahra sambil menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya. "Dekat sekali kan?"

Sakha & Shabiya | ENDWhere stories live. Discover now