Hurt to Love || Bagian 16

263 11 2
                                    

Reyna keluar dari lift menuju ruangan Nino membawa sebuah rantang ditangan kirinya. Dengan gaun vintage se atas lutut, tanpa lengan dan rambut terurai membuatnya tampak begitu anggun. Dengan wajah sumringah ia pun membuka pintu tanpa permisi seperti biasanya. Menampilkan sosok yang begitu ia kagumi oh tidak ia cintai yang sedang duduk di atas kursi.

"Selamat siang pak Nino" sapa Reyna dengan senyum yang menghias di paras cantiknya.

"Siang" Nino menjawab tanpa menoleh.

Reyna pun langsung duduk di sofa menata segala isi rantang di atas meja. Nasi dan rendang berikut salad buah.

Nino masih saja menatap layar di ponselnya. Layar yang sedari tadi berada di menu panggilan. 21 kali panggilannya tak terjawab dan ia masih berusaha menghubungi seseorang itu kembali. Sampai sebuah lengan meraih ponsel itu dari tangannya.

"Lagi sibuk nelfon siapa sih? Sampai aku masuk aja nggak kamu hiraukan" Baru saja Reyna ingin melihat siapa yang dihubungi Nino, yang empunya ponsel sudah lebih dulu merebutnya kembali.

"Bukan urusan mu. Ada apa kamu kesini?" Tanya Nino nadanya sedikit meninggi.

"Dih, galak amat sih. Jadi makin ... "

"Makin apa?"

"Makin cinta" jawab Reyna diakhiri dengan senyuman.

Nino mengalihkan pandangannya langsung ke meja sebrang. Ia berdiri dan menghampiri meja itu. Reyna pun mengikutinya.

"Wow, siapa yang membuat semua ini?" Tanya Nino sambil membuka kancing jasnya dan menjatuhkan diri di sofa.

"Ya akulah No, special aku masakin buat kamu." Jawab Reyna.

"Boleh dimakan? Kebetulan aku laper."

"Boleeehh, masa cuma mau diliatin doang. Atau mau disuapin?"

Nino mulai mengambil sendok dan mencicipi rendangnya. Perasaannya mengalir dia teringat bagaimana Rachel pertama kali membuat makanan kesukaannya dan itu langsung membuatnya makan 2 piring untuk pertama kalinya. Tanpa ba bi bu Nino langsung memakan nasi dan rendang yang ada di atas meja. Tanpa sedikit nasi pun tersisa, padahal nasi yang dibawa Reyna cukup banyak.

Reyna begitu senang melihat pemandangan ini. Matanya enggan berpindah dari objek yang ada didepannya.

Ya Tuhan ijinkan aku memiliki makhluk mu yang sekarang sedang ku pandangi. Batin Reyna yang tampak begitu bahagia karena Nino menyukai masakannya.

"Nih minumnya" Reyna menyerahkan sebotol air mineral yang telah dibuka untuk Nino.

"Gimana rasanya No?"

"Perfect, aku jadi rindu dengan istri ku." Nino menatap Reyna dalam untuk pertama kalinya. Namun itu tidak bertahan lama. Hanya beberapa detik.

"Aku belajar dari Rachel kok. Dulu dia semangat banget latihan masakin rendang buat kamu. Itu sebelum kalian menikah ya. Sampai akhirnya dia berhasil. Dan menurut kamu siapa yang menemani dia masak?" Papar Reyna.

"Kamu?"

"Yup, kita berdua belajar bareng dan akhirnya..tarraaaaaa.." Reyna menjulurkan tangannya ala ala chef yang menunjukkan hasil karyanya. "Menurut kamu gimana? Sama kan kaya masakannya Rachel?"

Nino pun menggangguk menyetujuinya. Memang harus di akui rasa masakan mereka hampir tidak bisa dibedakan.

***

Pagi itu Vio tiba di stasiun Poncol Semarang. Vio bergegas menuju pintu keluar dan mencari adiknya Kinan yang sudah sedari tadi menunggu kedatangannya. Vio mengedarkan pandangannya dan menemukan adiknya sedang duduk dikursi deretan depan kios-kios yang ada didepan stasiun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurt to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang