Hurt to Love || Bagian 7

3.4K 170 12
                                    

Vio

Rasanya senang sekali hari minggu, serasa tanpa beban. Tapi pada kenyataannya hari minggu begitu singkat, lihat saja minggu ke senin hanya butuh waktu satu hari dan senin ke minggu butuh waktu enam hari. Kenapa tidak di balik saja?

Aku berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi, kemudian menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Seperti biasa pagi di hari minggu adalah pagi yang ku tunggu-tunggu karena Ifan akan datang dan kami akan menyantap sarapan buatan ku bersama. Yah itung-itung belajar jadi seorang istri lah ya.

Melihat stok bahan-bahan yang ada di kulkas maka ku putuskan untuk membuat capcay ayam saja. Untungnya Ifan adalah orang yang tidak terlalu neko-neko, apapun asal enak dia doyan. Dan sayangnya makanan buatan ku selalu dihabiskan.

Tadaaa...tidak butuh waktu lama, capcay ala chef Vio sudah siap. Aku menatap puas masakan buatan ku yang bersanding dengan nasi putih di atas meja makan. Yah walau hanya capcay tapi kalau buatan sendiri puas dong ya, apalagi kalau rasanya lezat...hmm yummy. Tak lupa aku tutup dengan tudung saji, walau tidak ada lalat tapi aku lebih suka jika makanannya tertutup. Sebaiknya aku mandi terlebih dahulu sambil menunggu Ifan datang.

Setelah mandi aku memilih duduk di sofa dan menyalakan tv layar datar ku. Jam 7 Ifan pasti masih dalam perjalanan. Senyum yang sedari tadi mengembang dibibir ku kini mulai pudar, aku pun memindah mindah chanel tv seakan semuanya tidak menarik. Jam 8, aku mencoba berpikir positif mungkin jalanan macet karena biasanya Ifan akan datang sekitar pukul setengah 8. Aku sudah menghubungi ponselnya namun tidak ada jawaban. Pikiran soal ucapan pak Nino semalam melintas dipikiranku namun aku menggeleng kuat mencoba mengenyahkan tuduhan tak beralasan pak Nino terhadap Ifan.

Aku mengenal Ifan lebih dari siapa pun, Ifan adalah lelaki yang baik dan pak Nino menuduhnya tanpa alasan. Batin ku.

Rasa kantuk mulai merayapi ku, suara dari tv seperti alunan lullaby menuju dreamland. Samar-samar masih terdengar suara presenter gosip ditelingaku hingga akhirnya aku tidak mendengar lagi dan terlelap.

***

"Udah bangun Fan? Sarapan dulu yuk"

"Aku langsung pulang aja deh Mel, sarapan dirumah" Ifan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 9.

"Aku tau kamu mau ke apartemen Vio kan? Tapi aku juga udah siapin sarapan buat kamu" ucap Melani memeluk lengan Ifan.

Ifan bimbang di satu sisi dia ingat Vio pasti sedang menunggunya dan disisi lain Melani pun sudah repot-repot menyiapkannya sarapan. Melihat wajah memelas Melani apalagi mengingat perlakuan gadis itu semalam membuat Ifan akhirnya memilih untuk mengiyakan ajakan Melani setelah itu dia baru ke apartemen Vio.

Saat sedang menyantap sarapannya, dering ponsel Ifan berbunyi dengan nyaring. Dilihat id caller yang seketika membuat Ifan sedikit merasa bersalah dan gugup.

"Hallo sayang..." suara dengan nada khawatir dari seberang sana.

"Ya sayang..." Ifan berusaha menjawab dengan nada setenang mungkin.

"Kamu lagi dimana?"

"Eh...hm...a...aku di aparteman sayang...baru aja mau ke apartemen kamu..." Ifan mulai gugup, tidak enak juga dengan Melani yang sedang memperhatikannya dalam diam.

"Oh...emang kamu habis ngapain sih? Nggak biasanya sampai siang kaya gini?"

"Aku habis lembur yang, ngerjain kerjaan kantor di rumah dari pada aku suntuk lagian semalem kamu kan juga lembur"

"Hmm...maaf ya sayang...ya udah buruan kesini ya, aku panasin lagi masakannya..."

"Iya...sampai ketemu sayang..."

Hurt to LoveWhere stories live. Discover now