DUA *AT2D2

197 14 3
                                    

Mata terpejam
Mulut terbungkam
Takdir menerkam

Ini cerita lama yang telah usang termakan harapan

***
Tiga tahun sebelumnya...

Kaleah tidak terima kalau dirinya tiba-tiba diusir oleh Elijah. Bagaimanapun juga, ia harus mengetahui alasan lelaki itu mengusirnya. Siapa yang bisa menerima takdir mengerikan ini? Jelas, tidak ada. Dan takkan pernah ada.

Kaleah berjalan dengan cepat ke arah rumah Elijah. Ia masih menggunakan baju tidurnya. Jujur saja, semalam ia tidak bisa tidur. Takdir seolah merenggut rohnya semalaman tadi. Ia kecewa, sedih, kesal dan bodohnya ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"El, buka pintu!" Kaleah menggedor pintu yang menjulang tinggi itu.

Setelah lima menit menggedor pintu dan berteriak, akhirnya sang tuan rumah datang. Suaranya sudah hampir habis karena terus menerus berteriak.

Elijah keluar dari rumah dengan ​setelan yang sudah rapi. Lelaki itu memakai kemeja biru langit yang dipadukan dengan jas putih kebanggaannya. Sebelah tangannya memegang tas jinjing yang entah apa isinya.

"Minggir! Jangan halangi langkahku! Aku akan pergi bekerja." Elijah menghalau Kaleah agar tidak menghalangi langkahnya. Namun Kaleah tidak ingin memberikan ruang untuk Elijah berjalan.

"Jelaskan!" Teriak Kaleah sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Perempuan bermata bulat itu melotot pada Elijah. Ia tidak memedulikan lingkaran hitam di matanya.

Elijah tidak menjawab, ia malah mengernyitkan dahi. Tidak mengerti arah pembicaraannya ke mana.

"Kenapa kamu mengusirku semalam?" Bentak Kaleah. Ia mengambil napas panjang di jeda pembicaraannya. "Seumur hidupku, aku baru menemui orang sadis sepertimu. Bahkan,dalam ratusan novel yang pernah kubaca, aku tidak pernah menemukan tokoh sejenismu. Tokoh yang mengusir istrinya tepat setelah resepsi digelar."

"Kau itu korban cerita fiksi. Kaleah, aku ini Elijah. Bukan tokoh fiksi dalam novel yang kau baca!" Elijah berkata tanpa perasaan. Ia tidak peduli sedikitpun, kalau ucapannya lebih beracun dari sianida. "Dan asal kamu tahu, aku tidak pernah mencintaimu. Tidak akan!"

"Ceraikan aku sekarang juga!" Lagi-lagi Kaleah berteriak.

***

Kaleah merasa senang dalam kondisi seperti ini. Bertahun-tahun ia berjuang, dan kini ia tinggal menikmati hasil perjuangannya. Ia mendirikan sebuah cafe dengan tiga sahabatnya---Nolan, Van dan Liam. Masih terputar jelas di kepalanya, bagaimana suka dan dukanya mendirikan cafe yang diberi nama Cafe Langit ini.

Pernah kejadian saat itu, seorang pengunjung memprotes goreng kentang yang masih mentah. Ada juga yang memprotes rasa kopi yang terlalu manis. Bahkan ada juga yang memprotes kursinya yang sudah bergoyang saat diduduki.

Namun, setiap kejadian itu seolah menjadi kenangan yang takkan pernah terlupakan. Dan sekarang, Cafe Langit ini sudah menjadi tempat tongkrongan favorit. Tak ayal, kalau Kaleah's squad sering kelelahan.

"Lo tau gak? Katanya owner cafe ini lesbian. Dia gak nikah-nikah soalnya." Seorang pengunjung yang masih memakai seragam itu berbicara tanpa mengontrol volume suaranya. Dengan santainya ia melahap banana split sambil terbahak.

Aku Tidak Terima Diriku DitinggalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang