Chapter 8 : Dafi dan Aku

742 25 0
                                    

Oh..ya semuanya....

Maaf ya kalo aku baru bisa update lanjutannya sekarang. Semoga kalian suka dengan lanjutan cerita dari chapter sebelumnya. 

Gak usah banyak cuap-cuap ya... 

Silakan dibaca saja. 

Selamat Menikmati ^_^

                                                                 ~~~~~***~~~~~

Bagian kedelapan......

Yah, setelah beberapa kali bertemu dan semakin saling mengenal satu sama lain. Aku dan Dafi boleh dibilang semakin lebih akrab dari sebelumnya. Aku semakin lebih sering bersama Dafi daripada Faris akhir-akhir ini. Aku mendapatkan teman sekaligus sahabat baru setelah Faris selalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Perhatian Dafi membuatku merasa nyaman dan terlindungi bersamanya.

Tidak heran jika gosip hubunganku dengan Dafi lagi-lagi beredar di seantaro sekolah ini. Hingga gosip itu pun sedikit membuat hati Faris memanas. Mungkinkah?. Well, karena kedekatanku dengan Dafi membuat anak-anak beranggapan dan berpikir bahwa aku sudah putus dengan Faris dan sekarang menjalin hubungan dengan Dafi.

Memang, gosip itu tidak benar. Tapi siapa yang akan melarang. Semua manusia kan punya haknya masing-masing. Mereka bebas mengungkapkan dan beranggapan apa yang ada di dalam pikiran mereka. Meski hal itu tidak disaring dengan baik.

Awalnya, aku tidak merasa risih dan cuek aja dengan anggapan mereka. Tetapi gosip itu pun membuatku sedikit terusik. Meski pun Dafi selalu membantu menghiburku, menyemangatiku dan melindungiku. Justru perhatian yang diberikan Dafi itu sedikit membuatku kebingungan. Karena aku merasakan sendiri bahwa perhatian yang diberikan Dafi terlalu berlebihan dan bukan perhatian dari seorang teman ataupun sahabat seperti aku padanya. Dia sangat mengetahui hal-hal yang aku suka dan tidak kusuka. Bahkan dia tahu hal-hal kecil yang menurutku tidak penting. Bahkan perhatian yang ditunjukkannya kepadaku melebihi dari perhatian Faris selama ini denganku.

Aku sudah ke kelas Dafi dan bertanya kepada teman kelasnya. Aku berniat untuk menyelesaikan gosip yang beredar dan mulai tidak mengenakkan ini dengannya. Aku juga tidak ingin Faris semakin menjauhiku. Karena sejak aku dekat dengan Dafi, Faris terlihat menjauh dariku.

”Dafi, gue mau ngomong penting sama lo,” kataku menghampirinya saat berkumpul dengan teman-temannya di belakang sekolah.

”Mau ngomong apa?.” Dia menatapku datar dengan alis yang terangkat sebelahnya.

Aku memandangi secara bergantian teman-temannya yang juga mulai akrab dan dekat denganku. "Tapi tidak di sini." Dengan nada suara sedikit serius.

”Ciyeee. Bilang aja kalo mau berduaan." Ciko menanggapi dengan nada menyindir. Mereka pun tertawa geli, tapi diam seketika melihat tatapan Dafi yang mengancam.

”Oke. Kita ngomongnya di sana aja.” Dafi menarik tanganku dan mengajakku berjalan menjauh dari mereka.

Dafi melepaskan tangannya dengan lembut. Aku menundukkan pandanganku melihat lantai sekolah. Kemudian mulai mengangkat wajahku dan menatap matanya.

"... katanya mau ngomong? Kok sekarang malah diem." Dafi mendekatkan wajahnya memperhatikanku.

Aku mendesah pelan lalu perlahan aku mengangkat wajahku menatap matanya yang terlihat sangat tajam dan menusuk. "Gue--gue...." bibirku kelu. Entah mengapa otakku terasa buntu untuk mengatakan apa yang ingin kuperjelas dengannya. 

UNBREAKABLEWhere stories live. Discover now