Chapter 10 : A New Student

725 25 0
                                    

Bagian Kesepuluh.....

Kedengarannya terasa aneh dan ganjal jika diakhir pembelajaran seperti ini justru ada siswa baru yang datang. Bukan hanya aneh tapi mungkin terlihat seperti nepotisme saja jika memang ada sesuatu yang lebih berarti dari sebuah program yang terencana.

Yah, keanehan ini terjadi di sekolahku. Dua bulan menjelang ujian akhir semester justru di kelasku kedatangan siswa baru. Awalnya sih aku tida perduli dengan kehadiran siswa baru ini. Namun pada akhirnya aku menjadi perduli dan ingin tahu tentangnya.

"Sha, lo tahu gak kalo hari ini kita kedatangan siswa baru." Nina seketika menghantamku dengan pemberitaan yang sudah tidak asing lagi ditelingaku. Kabar ini sudah tersebar di kelas kami sejak pagi tadi aku datang. Hampir seluruh siswa membahasnya.

Aku tidak bergeming dan masih berfokus kepada buku cetak yang berada di depanku. Aku hanya memberikan sebuah anggukan kecil kepadanya bahwa aku mendengarnya dengan sangat jelas.

"Kabarnya dia murid pindahan dari Aussy, Sha. Cantik lagi." Nada suara Nina mulai terdengar bersemangat. Sepertinya ada keinginan di dalam dirinya untuk berteman lebih dekat dengan calon teman baru kami dikelas ini.

"Hem..." Gumamku tanpa memandanginya.

Nina masih bersemangat dan wajahnya juga nampak--sangat--excited mendengar kabar ini. "Wah, gue yakin pasti ceweknya bule dan pasti akan jadi teman gue." Tambahnya bersemangat.

"Eh, bukan cuma teman gue. Tapi teman kita." Nina meralat sendiri kalimatnya padahal aku sendiri tidak memprotes.

"Sha." Panggilnya kini dengan wajah yang sangat serius sehingga benar-benar mengalihkan pandanganku kepadanya.

Nina semakin mendekatkan wajahnya padaku. "Katanya dia adalah keponakan kepsek kita Ibu Hafsah. Pantesan aja dia bisa masuk ke sini." Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya.

Aku menutup bukuku. "Nina, gue udah dengar semuanya dari anak-anak. Lo gak peratiin apa kalo seisi kelas membicarakannya." Nina sedikit terkejut dan baru menyadari suasana kelas yang sedikit riuh pagi-pagi seperti ini.

"Oh. Pantes aja lo gak banyak komentar." Katanya dengan wajah sedikit cemberut.

Aku menenangkannya dengan memegangi tangannya. "Nina, siapapun teman baru kita nanti kita akan tetap bersikap baik dengannya. Membantunya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan di sini. Gue rasa itu yang harus kita lakukan padanya nanti."

"Yups. Benar banget. Gue setuju sama lo." Nina menyambutnya dengan penuh semangat.

...........

Suara bel berdering panjang di seantaro sekolah dan suasana kelas perlahan mulai tenang dan rapih.

Menunggu beberapa saat dan kemudian Ibu Hafsah kepala sekolah kami dan Miss. Lolita guru bahasa Inggris masuk ke dalam kelas tentu saja dengan murid baru yang tadi padi menjadi berita terhangat di kelas kami.

Faris sebagai ketua kelas tanpa harus diperintah menyiapkan kelas dan memberi salam kepada tiga orang yang baru saja masuk di kelas dan sekarang posisinya di depan kami.

Murid baru pindahan yang kabarnya adalah anak dari adik kandung kepala sekolah kami memang sangat cantik. Meski saat ini di depan kami mengenakan seragam putih abu-abu, tetapi wajah blasterannya masih nampak jelas. Rambutnya berwarna coklat gelap yang sengaja dibiarkan terurai panjang bergelombang begitu juga dengan matanya. Dandanan dan cara berpakaiannya sangat terlihat bahwa dia salah cewek sosialita yang pernah ada di sekolah ini.

Kulitnya putih dan bersih menandakan bahwa dia sangat merawat penampilannya. Tidak heran jika beberapa pasang mata di kelas kami mendecak kagum melihat kecantikan dan kemolekan cewek Indo-Australia ini.

UNBREAKABLEWhere stories live. Discover now