12-

46.4K 3.8K 104
                                    

Semua siswa menatap satu titik yang menjadi pusat perhatian mereka.

Mereka pun mulai berbisik-bisik dengan teman mereka, berkomentar dengan apa yang mereka lihat.

Dengan jalan sedikit pincang, seragam yang sudah kumel dan kotor terkena tanah dibagian tertentu, lengan bajunya tampak sobek dan ada darah disana, pelipisnya juga terdapat darah yang sudah mengering, sudut bibir yang sudah robek, dibagian ujung mata ada luka lebam dan ditangannya terdapat luka sayatan yang dibiarkan begitu saja.

Deskripsi itu lah yang menggambarkan keadaan Ratu.
Dengan tampilan seperti itu malah membuat Ratu terlihat maco seperti perempuan yang mengikuti agen CIA atau salah satu komplotan mafia.

Tatapan datar yang ia tunjukan, membuat yang melihat dirinya merasa bahwa luka-luka yang dialami Ratu hanya hal kecil bagi dirinya. Menunjukan betapa garangnya perempuan itu.

Ratu terus berjalan menuju kelas Gerry, ini adalah istirahat kedua. Tentu saja banyak pasang mata yang menatap dirinya.

Ia ingin menceritakan apa yang ia alami ini, karena ketika ia asyik membolos dengan komplotan adik kelasnya dan beberapa teman kelasnya ada yang mengusik mereka dan alhasil perkelahian tak terhindarkan.

Yang ia tidak tahu adalah bahwa lawannya membawa senjata dan membawa pasukan cukup banyak, sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam jumlah pasukan.

Walaupun dalam perkelahian ini dimenangkan oleh sekolahnya, tetap saja Ratu merasa tak terima diserang secara tiba-tiba tanpa persiapan apa-apa, ia harus merencanakan penyerangan balik.

Baginya setiap luka yang ditorehkan bukan hal yang boleh dibiarkan percuma.

Pukulan harus dibayar dengan pukulan.

Sayatan harus dibayar dengan sayatan.

Apa lagi penyerangan ini dilakukan dengan licik maka harus dibalas cara yang licik pula.

Sangkin asyik dengan pikirannya sendiri, Ratu terkejut ketika tangannya tiba-tiba ditarik.

Raja.

Pria itu lah yang menarik tangannya, entah pria itu ingin mengajak kemana ia hanya diam dan mengikuti setiap langkahnya.

Ternyata Raja mengajak dirinya kebelakang sekolah.

Raja maupun Ratu akhirnya duduk dibangku yang terbuat dari pilah-pilah bambu.

Raja bersandar dengan kaki ia angkat satu untuk menopang tangannya.

Raja merogoh saku celananya untuk mengambil sebungkus rokok. Ia membuka bungkus itu lalu mengambi satu batang nikotin itu untuk ia hisap. Ia menyalakan pemantiknya untuk menyalakan bara apinya.

Lalu ia melempar sebungkus rokok itu beserta pemantiknya kearah Ratu.

Ratu sempat mengernyit bingung, tapi ia langsung paham. Ia mengambil batang nikotin itu dengan senang hati.

Ratu mendesis pelan ketika ia ingin mengangkat tangan untuk menyalakan pemantiknya Lengannya terasa kebas, kini ia baru merasakan perih pada luka-luka yang ia alami.

Raja langsung membuang putung rokoknya yang masih panjang ketanah dan menginjak dengan sepatunya.

Raja bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Ratu begitu saja.

Ratu yang ditinggal hanya bisa diam, lagi pula Raja meninggalkannya dengan sebungkus rokok maka dengan senang hati ia akan duduk disini sampai rokok itu habis, jika tidak habis ia bisa membawanya pulang.

Ratu mengeluarkan ponselnya dan mencari aplikasi radio yang ada diponselnya.

Suasana sepi dibelakang sekolah membuat ia ingin mendengar radio. Ia memilih frekuensi secara random.

Ratu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang