40

45.3K 3.6K 199
                                    

Koridor yang tampak sepi sekarang tampak menggema ketika langkah seseorang berlarian mencari tujuannya.

Kinara merasakan nafasnya tersengal-senggal mencari keberadaan Raja.

Sampai langkahnya terhenti dengan perlahan.

Ia berusaha memantapkan hatinya. Menekan perasaannya. Menekan segala yang ia rasa.

"Ki udah...". Ucapan Raka menggantung begitu memandang apa yang dipandang Kinara.

Kinara berjalan mendekat dan langkahnya terhenti tepat didepan Raja, dimana pria itu terduduk lemas diruang dimana Ratu dirawat.

"Raja-

"Ini salah gue"

"..."

"..."

Raja menutup mata dengan tangannya dan menangis dengan perlahan.

Kinara menatap nanar. Tubuh kokoh itu untuk pertama kalinya bergetar. Mata setajam elang untuk pertama kalinya meneteskan air mata penuh penyesalan.

Kinara berjongkok, digenggamnya tangan Raja. "Raja ini buk- ". Kinara terpaku begitu Raja menepis tangannya.

Matanya menatap tajam kearahnya lalu berdiri ketika menoleh tatapannya bersibobrok dengan Raka. Hanya seperkian detik mereka bersitatap lalu Raja berjalan begitu saja.

Kini Kinaralah yang menangis. Hatinya terasa sakit menelan kenyataan bahwa Raja tidak peduli lagi dan rasa sesal.

Raka merasa kasihan dengan adik kelasnya ini. "Sstt.. udah-udah". Ucapnya berusaha menenangkan.

Kinara mengelap air matanya dan berdiri. Ditatapnya Ratu yang terbaring.

Ia merasa jijik dengan dirinya. Hatinya tak sebaik yang orang kira.
Tapi Ratu juga bersalah karena merebut Raja darinya. Kinara mengepalkan tangannya. "Ayo Kak pulang".

.....

Sudah dua Minggu berlalu, keadaan sekolah sama seperti biasa. Mengenai Kinara dan Raja mereka masih seperti biasa hanya saja Raja menjadi lebih diam dan selalu menerima apapun apa yang dilakukan Kinara tanpa membantah.

Walau selalu bersama tapi tetap saja seperti ada garis merah tak kasat mata yang membatasi mereka.

"Raja kamu mau mampir keru-

"Makasih. Lain kali aja". Raja memakai helmnya, menyalakan mesin motornya dan melaju cepat.

Kinara hanya bisa memendam segala kesedihannya.

Dilain sisi Raja berjalan menuju gudang sekolah disana sudah banyak teman-temannya. Begitu memasuki rasa pengap dan berdebu menyambutnya.

Ia menatap diam satu sosok yang duduk ketakutan. Raja menghampirinya dengan segala ketenangannya.

"Jadi lu mau jujur soal apa ?"

.....

Adrian memandang Ratu dengan teduh.

"Nyonya semuanya sudah siap"

Adrian menoleh begitu suara Abbas terdengar. Adrian memandang perempuan yang seusia ibunya.

"Tante yakin mau bawa Felic ke London ?"

Helena tersenyum. "Itu yang terbaik Adrian. Disana ada aku yang mengawasi dia, jika dia terus disini maka kondisinya tidak ada yang bisa memantau"

"Tapi tante aku bisa-

"Tidak Adrian. Disini hanya aku keluarganya. Sudah seharusnya aku yang merawatnya dan seharusnya lebih awal aku membawanya". Helena menghela nafas. "Dia persis Hadi". Entah kenapa ia merasa sedih persaudaraannya menjadi saling membunuh.

Kakaknya dibutakan oleh cemburu. Helena berusaha menarik nafasnya. "Ayo Adrian bantu Tante"

Adrian mengangguk. Helena menghampiri Ratu diusapnya wajah itu. Dulu Brayn, Hadi dan dirinya hanya orang susah yang ditinggalkan orang tua karena takdir tidak berpihak kepada mereka.

Saat itu hanya Hadi yang paling giat menghidupi mereka, Hadi lah yang paling bisa diandalkan. Dirinya bahkan sangat tergantung pada Kaka keduanya dibanding Brayn mungkin sekarang lebih sering dipanggil Broy.

Seperti pepatah bahwa usaha tiada mengkhianati hasil begitulah yang dialami Hadi. Hadi diberikan kepercayaan mengelola bisnis yang hampir bangkrut tapi dengan usahanya perusahaan itu berkembang pesat hingga mancanegara. Tak hanya disitu Kinan perempuan malang yang sama sepertinya jatuh cinta pada kakak keduanya tanpa disadari bahwa Brayn begitu menyukai Kinan jauh sebelum Hadi.

Hingga pernikahan itu berlangsung sesaat Brayn menjadi brutal. Tapi yang membuat ia sedih begitu tega kakaknya berani membunuh adiknya sendiri.

Helena segera membuang pikirannya. Yang terpenting sekarang Brayn sudah mendapatkan hukuman yang pantas.

"Nyonya sudah saatnya memindahkan pasien"

....

Raja memakirkan motornya dengan sembarangan. Ketika ia ingin memasuki lobby sebuah ambulance melintas didepannya entah mengapa ia merasa ada yang tertahan ketika melihatnya. Tapi itu tak berlangsung lama ia segera menuju ruangan Ratu.

Begitu membuka pintu senyumnya terasa tertahan namun sirna begitu saja.

Kosong. Ia melangkah masuk.

"Apa yang anda lakukan ?"

Raja menoleh. "Dimana pasien kamar ini ?"

Seorang perawat melihat jurnalnya. "Barusan ia dipindahkan"

"Dimana ?"

"Di London"

Ia merasa dunianya berputar. Ketika ia sudah mengetahui semuanya, ketika ia sudah mampu mengakui perasaannya tapi yang ia dapatkan hanya kekosongan.

Raja tersenyum miris. Apa ia selalu jadi orang terakhir ?.

Ratu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang