Prolog (2)

2 0 0
                                    

"Nanti kita lanjutkan obrolan dan pertanyaan tidak pentingnya, sekarang kita benar-benar dalam keadaan darurat. Kalian harus secepatnya melakukan Inner Connection tingkat kedua jika ingin menembus medan pelindung itu. Tidak ada waktu lagi, atau dia akan segera datang." Terang Dark. Aila membolak-balik halaman, mencari apa yang dimaksud oleh Dark.

"Dark, halaman berapa? Aku belum menemukannya," Rambutnya jatuh dengan sempurna, wajahnya yang ramah terlihat begitu serius. Kiyan memandangi penuh kagum, sejenak terlintas pertemuan pertama dengan Aila lima tahun yang lalu-Kiyan yang dulu sebagai pengawal yang ditugaskan menyambut kedatangan Raja dan Ratu dari negeri seberang, dan Aila seorang puteri dari negeri seberang tersebut.

"Entahlah, aku tidak memegang buku itu untuk waktu yang lama. Tapi seharusnya ada di sana, semua pengetahuan tentang kaumku ada disana," suaranya masih berat, "aku hanya pernah melihat orang-orang melakukan inner connection tingkat kedua, mereka menjadi sesuatu yang hebat," terangnya.

"Ah, ketemu! Inner Connection: Advanced. Ini kah?" Aila berseru girang, ada harapan muncul, "eeh? Isinya hanya sekumpulan angka..." wajahnya sekarang Nampak bingung, menjadi lebih pucat dari biasanya.

"Coba kulihat," Kiyan dengan cepat merebut buku itu, "sial, ini kode rahasia."

"Apa kau bisa memecahkannya, Nak?" tanya Dark, "Light apa kau bisa membantu?"

Kiyan menggeleng, tentu saja tidak bisa, tidak ada waktu lebih tepatnya, Dia bukan cenayang dan memang diperlukan kata kunci untuk memecahkannya. Sementara Light hanya diam, sedari tadi nampaknya Ia sedang berkonsentrasi, terlihat cahaya kebiruan berpendar dari tubuhnya. Mereka terpaksa memikirkan rencana baru, dan harus cepat. Getaran-getaran aneh mulai terasa di atmosfer, Dark menggeram. Lampu-lampu mulai bergetar, menimbulkan suara gemerincing kaca yang hendak pecah. Cahaya meredup seperti terenggut, tersedot masuk ke dalam bola yang disembah-sembah Sindikat. Getarannya semakin menjadi, membuat jantung Kiyan dan Aila begidik, seperti dijatuhkan dari puncak Pohon Everest.

"Nak, siapkan tenagamu, kita hanya memiliki satu kesempatan, dan itu hanya beberapa detik sebelum Ia benar-benar muncul," geraman Dark juga makin menjadi, jangan tanya bagaimana raut wajah seekor naga yang sedang geram.

"Apa itu, Dark? Aku pernah membacanya, blackhole, kan? Apa itu dan apa yang akan tejadi?" Kiyan sambil bersiap mengumpulkan energi di tangannya, bola-bola detonasi terlihat membesar.

"Iya, Nak. Itu seperti yang kau baca, bukan itu yang jadi masalah, tapi setelah getaran ini selesai-lah yang akan jadi masalah," terang Dark, lalu melanjutkan sebelum Kiyan dan Aila sempat bertanya, "Warp Gate, itu semua adalah persiapan membuat lubang dimensi,"

"Kau bercanda, kalau hanya lubang dimensi, aku juga bisa membukanya, aku masih memiliki dua kali kesempatan lagi," terang Kiyan. Bola ditangannya sudah dua kali ukuran kepala manusia, lalu Ia cepat-cepat memadatkannya sehingga kembali sebesar bola tenis-ini sudah pemadatan ketiga.

"Bodoh! Ini bukan warp gate biasa yang kalian gunakan untuk teleportasi di bumi. Ini lubang dimensi yang menghubungkan langsung bumi dengan duniaku. Ada entitas mengerikan yang menunggu disana, dorman, berdiam tanpa tujuan. Jika ritual itu berhasil, bumi akan kembali jadi neraka seperti saat Ragnarok dulu. Dan percayalah, entitas itu lebih mengerikan dari kami," Dark sedikit membentak, tubuhnya sekarang hitam pekat, cahaya hitam keunguan berkilat dari tubuhnya. Sementara Kiyan dan Aila terdiam, menyadari betapa bahayanya entitas tersebut. Kejadian Ragnarok yang mereka dengar dulu sebagai pengingat agar tidak melakukan kenakalan, kini hendak menjadi nyata di depan mereka. Kisahnya berbeda-beda di tiap daerah, seperti dongeng, legenda, mitos, tetapi intinya memiliki kesamaan: kehancuran dunia besar-besaran. Konon hanya sebagian kecil umat manusia yang berhasil selamat, dan akibatnya cara hidup manusia berubah total. Dulu kala, katanya, ada besi yang bisa membawa manusia terbang melintasi laut, dulu juga katanya bentuk daratan di bumi tidak seperti sekarang-lebih banyak daratan. Semua itu berubah karena Ragnarok, dan sekarang kejadian itu akan terulang lagi, begitu mendadak.

Tubuh Kiyan lemas. Ia sama sekali tak menyangka bahwa hari ini akan berujung pada peristiwa tak terduga. Semesta memang penuh kejutan. Mata hazel-green-nya menatap Aila dalam-dalam, "Hei?" Aila menoleh, wajahnya makin pucat, Ia kemudian bersandar di sebelah Kiyan. "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" lanjut Kiyan, entah sudah berapa kali pemadatan yang Ia lakukan, bola detonasi di tangannya mulai menghitam samar-samar.

"Berjanjilah, Kiyan. Jika ini semua selesai, ajak aku ke taman bunga itu lagi. Bertemu para penduduk di Wisdom Island lagi, aku rindu nuansa itu... bersamamu," Aila tersenyum ramah. Tidak biasanya Ia berterus terang seperti ini, tapi entah kenapa Ia merasa harus mengatakan itu, membuat Kiyan berjanji.

Kiyan tersenyum, sedikit tertawa, " Geez, What a spoiled princess you are... Seenaknya saja memaksa orang berjanji. Jangan bilang kau suka aku, ya? Lalu di saat seperti ini, kau takut tidak bisa mengatakannya kepadaku, kan?" ledek Kiyan. Kiyan merogoh tasnya, mengambil beberapa batu kristal diam-diam, lalu mulai menutupinya dengan bola detonasi bertenaga kecil, batu itu mulai berpendar. Kiyan memejamkan mata, merasakan energi di batu tersebut. Ia menoleh tiba-tiba ke Dark, "lalu apa rancana untuk menghancurkan medan pelindung itu, Dark?"

"Tidak perlu, Nak. Tetap padatkan bola detonasimu. Saat getaran ini berhenti, hanya beberapa detik, akan terjadi ledakan gelombang energi yang cukup hebat. Sekuat apapun medan energi itu, akan terjadi distorsi. Saat itu datang, aku akan membuat medan energi di sini, tidak begitu kuat, tapi setidaknya bola detonasimu tidak akan meledak di tangan. Sesudah gelombangnya melewatimu, segera lempar bola detonasi ke altar itu. Tujuan kita hanya menghentikan terbukanya warp gate. Akan ada jeda sejenak sebelum blackhole membentuk warp gate itu. Jelas?" Dark masih berkonstrasi, Ia harus benar-benar membuat medan pelindung yang cukup kuat, atau ledakan gelombang energi akan ikut menghancurkan bola detonasi Aila dan Kiyan.

Kiyan dan Aila mengangguk. Misi mereka mudah. Aila sudah sampai padatan ke delapan, sedang Kiyan sudah hitungan belasan. Terlihat Kiyan bersusah payah memadatkannya sekali lagi, mungkin ini sudah melebihi batas kemampuannya, pun dengan Aila, "Aila, cukup. Jangan dipaksa lagi, atau kau bisa kehilangan tanganmu," terangnya datar.

Bola energi itu menjadi hitam pekat, rotasi menjadi semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat, kemudian berhenti dan berotasi berlawan arah, kemudian berhenti kembali... BOOM!! Hal yang ditunggu Kiyan dan yang lain tiba, ledakan gelombang energi. Ini bukan 'cukup' lagi tapi sangat dahsyat. Ruangan rahasia itu runtuh, Altar of King, bahkan seluruh King Palace ini terlempar. Pualam berserakan di sana-sini. Kaca-Kaca pecah, atapnya roboh lalu tersapu. Persis seperti terkena badai besar, tidak ada yang tersisa, Kiyan bisa melihat bintang-bintang bersautan di langit malam yang terang.

Quantum: SinkronisitasWhere stories live. Discover now