Chapter 22 - Help Me

85.2K 5.5K 321
                                    

"Naf ... Mas--marah?" alih-alih menjawab, Nafisah malah melontarkan pertanyaan konyol yang membuat Ilham tertawa sumbang.

"Kamu sudah tau jawabannya. IYA! Mas marah sama kamu. Mas marah kamu nggak bisa kendaliin diri kamu sendiri. Kalau tadi Mas nggak marah sama kamu mau sampai kapan kamu ngomongin Yasmin di hadapan Mas? Mau sampai kapan kamu nyeritain perempuan lain di hadapan Mas? Mau sampai kapan? MAU SAMPAI MAS SETUJU NIKAHIN YASMIN, GITU?"

Nafisah terbelak mendengarnya. Matanya yang mengabur langsung menatap wajah mengeras Ilham.

"Mas tau?" tanya Nafisah lirih.

Ilham mengerutkan keningnya, perlahan ia melepaskan cengkraman di bahu Nafisah. Tubuhnya merosot di sisi ranjang dengan wajah menunduk.

Ia teringat sebuah hadis Rasulullah. Dimana Rasulullah bersabda :

"Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum hendaklah ia berbaring."

Shahîh. HR Ahmad (V/152), Abu Dawud (no.
4782), dan Ibnu Hibban (no. 5688) dari Sahabat Abu Dzarr Radhiyallahu anhu.

Dan sekarang emosi nya harus segera mungkin ia kendalikan sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Jadi, perkiraan Mas benar?" tanyanya tak percaya.

Nafisah menunduk. Ilham tidak tau. Suaminya hanya menerka. Dan apa yang sudah ia lakukan?

"Mas--"

"--Jadi Ibu minta Mas menikah dengan Yasmin?"

Ilham menggelengkan kepalanya. Ia memandang Nafisah kecewa. "Ya Allah, Naf. Mas nggak ngerti. Kamu--kamu."

Ilham tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia mengusap wajahnya kasar lalu memalingkan pandangan agar tidak menatap Nafisah.

"Kamu anggap Mas ini apa?" tanyanya kembali menatap Nafisah. "Mas bukan suami kamu?" lanjutnya membuat Nafisah tersentak lalu menggeleng.

Ia duduk di hadapan Ilham sambil menggenggam tangannya. "Nggak begitu Mas. Mas--"

"--Kalau begitu ceritakan apa yang kamu dan Ibu bicarakan," ucap Ilham tegas.

Nafisah menghela napas kemudian menceritakan semuanya. Tidak ada yang di kurangi atau di lebihkan. Nafisah menceritakan semuanya apa adanya.

"Mas haru percaya Naf nggak akan ikutin ucapan Ibu buat bercerai sama Mas. Naf--"

"--Kalau begitu kamu mau di madu." potong Ilham sebelum Nafisah melanjutkan kata-katanya.

Nafisah menutup bibirnya rapat-rapat. Sebelumnya, ia pikir ia bisa jika harus berbagi dengan sang adik.

"Kamu mau Mas poligami begitu?" Nafisah mendongkak untuk menatap Ilham.

"Kamu tau hukumnya menikahi satu saudara seperti apa?"

Dikatakan dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 23 yang berbunyi :

"Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang