Chapter 3

11.4K 968 39
                                    

Mata Alex tertuju pada gadis yang sedang berjalan mendekatinya. Dia tahu, dia sangat merindukan Mia. Tapi menjauh dari Mia saat ini adalah pilihan Alex. Sebenarnya, dia sudah menolak saat diminta untuk bertugas di Atlanta. Namun atasannya meminta Alex sendiri yang memastikan hal itu. Dia juga tidak menyangka bisa bertemu Mia di sini.

"Mia!" panggil Hannah yang melihat Mia berjalan ke arah lain. Namun Mia tidak menghiraukannya dan Hannah akhirnya mengikuti arah pandangan Mia.

Mia menghampiri Alex dan duduk di depannya. Gadis itu melihat Alex tadi menatapnya dan sekarang memalingkan wajahnya, seolah tidak peduli.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, Alex," kata Mia. Gadis itu bingung untuk memilih kata-kata yang tepat. "Apapun yang pernah aku lakukan padamu atau katakan padamu dan membuatmu sakit hati, aku minta maaf. Karena aku tidak pernah bermaksud untuk melakukan itu."

Alex hanya diam sambil masih menatap layar ponselnya. Tiba-tiba Hannah menghampiri mereka berdua dan berada di samping Mia.

"Hai, Alex," sapa Hannah. Wajah gadis itu setengah tersenyum, setengah terpesona. "Kau semakin tampan," tambahnya. "Tunggu, bukan berarti aku masih menyukaimu. Tapi jujur, kau memang semakin tampan dan hot."

Mia menatap sahabatnya geli saat mendengar Hannah mengatakannya.

Alex menghiraukan Hannah dan kemudian beralih menatap Mia dengan tatapan dinginnya yang dulu. "Aku sedang tidak ingin bertemu denganmu, Mia," katanya.

Hal pertama yang Mia lakukan saat mendengar itu adalah bingung. Seperti ada sesuatu yang menusuknya dalam hingga ke jantung. Dan saat itu juga, Hannah membuka mulutnya lebar-lebar terkejut.

"Ah, benarkah? Tidak apa, Alex, lagipula Mia hanya kebetulan bertemu denganmu di sini dan kami tidak ingin mengganggu acara minum kopimu." Hannah menarik tangan Mia untuk pergi dari tempat itu. Tapi, baru saja Mia berdiri, Hannah sudah mulai melontarkan kata-katanyanya lagi. "Lagipula, teman sekamar Mia lebih tampan dan hot daripada kau."

Dan Hannah menyeret Mia keluar dari tempat itu. Wajah Hannah sedikit memerah, bukan karena malu, melainkan karena marah.

"Kita tidak jadi makan?" tanya Mia kemudian.

"Yang benar saja Mia, kau masih memikirkan makanan?" tanyanya mengikuti gaya Mia dengan memutar bola mata.

"Kau kan yang bilang lapar dan kau membelaku dengan rela menunda makan siangmu?"

Hannah melepaskan tangan sahabatnya yang sejak tadi tidak dilepasnya. "Dengar, aku memang lapar. Tapi sahabatku lebih penting. Lagipula, masih banyak restoran dan cafe lain untuk makan siang kita."

Mia tersenyum mendengar Hannah mengatakan itu. Dan sejujurnya, Mia juga lega karena Hannah membelanya tadi.

"Dan," katanya sebelum Mia sempat mengatakan sesuatu. "Alex yang rugi karena telah meninggalkanmu," tambahnya.

Mia merangkul pundak sahabatnya. "Aku tahu ini kalimat milikmu. Tapi kau adalah sahabat terbaikku, Hannah." Mia mengikuti kalimat yang biasa Hannah katakan padanya.

Hannah tersenyum sambil balik merangkul pundak Mia. "Sekarang traktir aku karena sudah membelamu."

"Ya, ampun."

"Aku bercanda," goda Hannah. "Tapi traktir aku karena sudah menggunakan kata-kata milikku."

Mia memanyunkan bibirnya. "Dasar kau," gumamnya.

Hannah tertawa. Tidak lama setelah itu, sesuatu menghantam Mia dari belakangnya. Mia menoleh dan tidak melihat apapun. Bahkan Hannah sempat terkejut saat melihat Mia terlontar beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

Déjà Vu: Another Galaxy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang