Chapter 5

8.1K 874 41
                                    

Mia menarik lengan Hannah dan menggenggamnya dengan kuat sambil berlari. Dia tahu orang-orang itu sedang mengincarnya. Mia tidak tahu bagaimana mereka bisa melacak gadis itu. Tapi jika Mia adalah salah satu dari kaum Orion dan bisa menggunakan kekuatan Deja vu-nya, itu berarti mereka juga bisa melacaknya. Hanya tinggal menunggu waktu untuk mereka memancing Mia ke dalam Deja vu.

"Belok sini," kata Hannah saat melihat gang di sudut jalan. "Aku rasa kita sudah cukup jauh." Hannah mulai mengatur napasnya.

"Tidak, mereka pasti bisa menemukan kita. Kita harus bosa mengecohnya." Mia mulai menarik lengan Hannah lagi.

Namun Hannah menarik lengan Mia juga. "Aku-tidak-sanggup-lagi," ujar Hanmah terengah-engah.

Dan kemudian, ada seorang pria menutupi jalan mereka di depan. Mia menggenggam tangan Hannah kencang-kencang sambil mundur perlahan-lahan. Namun mereka terkepung, pria yang tadi Mia lihat sudah berada di belakangnya. Kedua pria itu menyeringai, seakan mereka baru saja menemukan sebuah mainan baru.

Mia melihat situasinya, mereka benar-benar terkepung karena terapit oleh dua gedung tinggi. Satu-satunya jalan keluar adalah jika mereka bisa terbang. Sayangnya, Mia tidak memilili kekuatan seperti itu. Dia memang memiliki darah Orion, tapi hanya setengah. Bahkan Mia tidak bisa melakukan telekinesis.

"Serahkan Gungnir pada kami!" perintah salah satu pria yang memiliki rambut berwarna putih. Warna rambutnya telihar tidak alami, seakan dia salah memilih cat rambut tapi sudah terlanjur mewarnainya.

"Apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti!" bantah Mia.

"Jangan pura-pura tidak tahu! Aku tahu kau salah satu peacekepeer yang membawa Gungnir itu." Pria yang satu lagi mulai mendekat.

Mia memposisikan tubuhnya untuk menghalangi Hannah. Mia tidak mau sahabatnya terluka karena dirinya. "Kalian salah orang," bantah Mia lagi.

"Ya, bukan kami yang mengambil Gundu? Gunung? Tidak, gunung tidak bisa diambil. Gulungan?" Hannah berusaha melucu, tapi justru membuat suasana semakin kacau.

Kedua pria itu mulai menggunakan kekuatannya dan mengeluarkan benda tajam dari kedua arah. Mia mulai menarik gelang yang menlingkari pergelangan tangannya dan seletika berubah menjadi tongkat berbentuk panah—Gungnir. Mia memutar Gungnir-nya dan semua benda tajam itu menghamtam ke dinding-dinding gedung yang mengapit mereka.

"Masih ingin bertarung denganku?" tanya Mia menantang mereka berdua.

Kedua pria itu menatap Mia dengan tajam. Salah satunya kemudian meludah. "Aku tidak akan di kalahkan oleh anak perempuan ingusan sepertimu," ejeknya.

"Memang tidak," kata sebuah suara dari belakang pria itu. "Aku yang akan mengalahkanmu." Alex kemudian melesatkan panahnya tepat ke jantung pria berambut putih.

Tanpa pikir panjang, Mia menghempaskan Gungnir-nya kearah pria yang satunya lagi dan membuat pria itu terpental ke jalanan. Hannah langsung berlari ke arah Alex dan bersembunyi di balik pria itu. Mia masih kesal sebenarnya dengan Alex, tapi pria itu entah kenapa tiba-tiba saja datang.

Mia berjalan ke arah Alex tanpa menatap mata pria itu. Kemudian Gungnir tersebut kembali mengecil dan melingkari pergelang tangan Mia kembali. "Terima kasih, tapi aku rasa aku tidak butuh bantuanmu." Mia berjalan begitu saja melewari Alex.

"Maafkan aku," kata Alex akhirnya. "Aku hanya belum siap bertemu denganmu sekarang." Alex meletakkan panahnya di atas bahu.

Mia berhenti seketika, kemudian berbalik. "Belum siap? Memangnya selama ini aku memintamu untuk melakukan apa?" Mia menggeleng tidak percaya.

Alex diam saja. Mia tentu menunggu penjelasan Alex yang lebih masuk akal. Tapi pria itu terus saja diam sambil menatap Mia. "Lupakan saja," ujar Mia akhirnya. "Jika kau memang tidak ingin menemuiku, sebaiknya kau pergi saja. Sama seperti Sam yang meninggalkanku."

Déjà Vu: Another Galaxy √Where stories live. Discover now