we, at that time

421 124 22
                                    

Jonghyun benar-benar menghentikan semua aktivitas nongkrongnya dan selalu berada di rumah sakit selama sebulan terakhir.

Keadaan Nayoung masih sama walaupun beberapa kali tangannya bergerak menandakan ruhnya masih di dalam tubuhnya.

Tapi tetap saja belum ada suatu perubahan signifikan.

Jaebum yang tempo hari membuat keributan juga sudah tidak pernah lagi berkunjung. 

Sepertinya keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Nayoung secara sepihak benar-benar ia lakukan.












"Hei,"

Jonghyun menyapa Nayoung yang masih menutup matanya. Selang-selang oksigen masih terpasang di hidungnya.

Jonghyun tahu bahwa sebenarnya sia-sia untuk menyapa Nayoung karena ia tidak akan menjawab. Dokter saja tidak tahu kapan ia akan bangun.

Seolah-olah kehidupan Nayoung sudah berhenti namun badannya belum.

Jonghyun menggenggam tangan Nayoung dengan lembut kemudian melatakkannya di pipi Jonghyun. 








"Hari ini gue habis revisi skripsi."

"Ya kayak biasa, pak Aji gak mudah buat di lobi,"

"Tapi lo tau gak? Gue hari ini lolos dari revisi. Bulan depan udah sidang!"

"Lo mau kan dateng ke sidang gue bulan depan?"

Nayoung tetap sama.

Tidak membuka matanya dan tetap bernafas melalui selang-selang itu. Tidak memberikan jawaban dari pertanyaan yang Jonghyun lontarkan.

Jonghyun benar-benar merindukan Nayoung.

Merindukan berbagai kegiatan mereka yang kadang tidak masuk akal.

Seperti membeli gado-gado di seberang kosan Seongwoo dan Daniel, atau membicarakan hal-hal random, dan yang jelas di tiap hari Senin mereka memburu paket murah KFC.

Jonghyun rindu dengan suara Nayoung.

Rindu bagaimana ia berbicara. Rindu bagaimana ia selalu membangunkannya di tiap kelas pagi. Rindu bagaimana Nayoung meneleponnya pukul 2 pagi hanya untuk bertanya makanan kaleng apa yang paling enak untuk kucingnya di rumah.

Banyak hal yang ia rindukan sekarang dan yang paling ia butuhkan adalah Nayoung yang membuka matanya.

"Lo tau gak sih, yang namanya rasa kangen tuh menyiksa kan?"

"Gue benci keadaan ini sebenernya, Young."

"Gue sakit, liat lo kayak gini. Gue sakit, karena kangen lo."

"Please, wake up."

Dan dengan keadaan yang masih sama, Nayoung tidak bereaksi. Membuat Jonghyun benar-benar semakin putus asa belakangan ini.





"Nayoung, gue selalu punya mimpi."

"Mimpi gue gak sembarangan, mimpi gue adalah untuk membahagiakan orang yang gue sayang."

"Nayoung, lo itu mimpi gue."

Jonghyun akhirnya memutuskan untuk menyudahi bertemu Nayoung untuk hari ini. Ia rasa hari ini tidak akan berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Dimana kegiatan mereka hanya melihat Nayoung bernafas dari selang-selang oksigen yang disediakan.

Jonghyun langsung menyalakan mobilnya dan siap meluncur menuju warkop untuk bertemu teman-temannya. 

Ia melaju di antara hiruk pikuk kendaraan dengan kecepatan yang tinggi.

Berharap untuk bertemu dengan temannya yang lain dan berbagi keluh kisah serta cerita di dalam hidup mereka masing-masing.

Namun semua tidak ada yang tahu bahwa percakapan yang Jonghyun lakukan merupakan percakapan terakhir Jonghyun dengan Nayoung.

antecedent + kim jonghyun   [√]Where stories live. Discover now