Bagian 1 - Pembagian Kelas

754 175 86
                                    

Hari ini adalah hari pertama Athaya Larina Putri bersekolah di SMA Taruna Bakti tanpa embel-embel membawa barang aneh lagi karena MOS telah berakhir.

Rina, begitu nama panggilannya. Adalah seorang gadis manis dan imut, berambut panjang lurus sepunggung dengan warna rambut hitam pekat. Namun ia tak suka bila rambutnya yang lurus itu tergerai, ia lebih suka rambutnya terikat, lebih rapi begitu menurutnya. Postur tubuh Rina yang ideal membuatnya terlihat lues.

Gadis ini pintar dalam pelajaran namun sangat payah dalam berolahraga, ia tipikal cewek yang cuek dan ia belum bisa move on dari masa lalunya, lebih tepatnya gagal move on dari first lovenya, namun ia punya tekad kuat untuk melupakan masa lalunya itu.

"Huh, akhirnya gue bisa ke sekolah tanpa membawa benda-benda aneh itu lagi!" ucap Rina dengan perasaan lega.

Setelah bersiap, Rina lalu berpamitan pada Mamanya untuk berangkat ke sekolah. Ya, saat ini Rina hanya tinggal berdua dengan Mamanya karena Papanya sedang berada di luar negeri untuk beberapa waktu mengurus kepentingan bisnis, Papanya merupakan pengusaha yang cukup sukses dan terkemuka.

"Ma, Rina berangkat dulu ya" Rina meraih tangan Mamanya lalu menciumnya sambil menampakkan senyum sumringahnya.

"Eh, kamu gak sarapan dulu Rin?" tanya Mama Rina.

"Emm, gak usah Ma, Rina buru-buru nih soalnya hari ini mau pembagian kelas jadi harus berangkat pagi" jawab Rina menjelaskan pada Mamanya.

"Oh, gitu.. ya udah kamu hati-hati ya" timpal Mamanya mengingatkan.

"Iya Ma, pastinya dong" jawab Rina mengacungkan jempolnya.

Rina berlari dari rumah menuju jalan raya yang dekat dengan gerbang rumahnya, sambil sesekali berjingkat menaikkan kaki kirinya untuk membenarkan posisi sepatunya yang tidak nyaman di kakinya karena belum terpakai dengan sempurna akibat tergesa-gesa saat memakainya.

Setelah sampai, ia berdiri di pinggir jalan raya, menunggu temannya datang. Rina menolak berangkat sekolah naik mobil bersama dengan Mamanya, karena letak kantor Mamanya dan sekolahnya berbeda arah, ia tak ingin merepotkan Mamanya.

Sementara matic hijau kesayangannya sedang diservice. Tak butuh waktu lama untuk menunggu temannya datang, baru beberapa menit menunggu, temannya sudah datang.

"Ayo Rin, naik cepet, keburu telat nanti!" kata Meli setelah mengerem motornya dan berhenti tepat di tempat Rina menunggu.

"Iya iya sih, ini gue naik, gak usah teriak-teriak gitu deh, masih pagi ini Mel. Kebiasaan banget deh lo" jawab Rina agak kesal.

"Hehe, ya sorry Rin, abisnya gue males kalok telat. Lo tau kan gimana reaksi Pak Mardi nanti, telat sedetik aja bakalan dioceh-ocehin sampek panas kuping orang yang dengerin dia, udah gitu dijemur di lapangan upacara sampek berjam-jam, lo masih inget kan kemaren waktu MOS ada beberapa murid yang telat terus digituin, padahal kan telatnya gak sampek lima menit, kasian ya Rin mereka. Pak Mardi emang keterlaluan banget kalok ngehukum, hih" omel Meli sambil menyetir motor dengan kelajuan cukup kencang.

"Meliiiiii, pliiisss deh, ini tuh masih pagi, dan lo udah ngomel-ngomel gak jelas kayak gitu. Gue males dengernya, udah lo mendingan fokus nyetir motornya, gak usah kebut-kebut Mel" Rina mengeluh.

"Iya, iya Rin, bawel ah!" timpal Meli.

Tak lama kemudian mereka sampai di sekolah, SMA Taruna Bakti, salah satu SMA favorit di Bandung yang digandrungi banyak siswa karena prestasi sekolahnya yang sangat luar biasa.

Namun banyak juga yang tidak berminat sekolah di SMA itu karena kedisiplinannya sangat diperhatikan dan juga aturan-aturan yang sangat ketat. Untuk siswa yang tidak suka dengan peraturan ketat, sudah pasti tidak akan mau bersekolah di SMA Taruna Bakti.

Catatan Putih Abu-Abu Rina [Telah Terbit]Where stories live. Discover now