a morning and an evening

16 0 0
                                    

"Do you like any jazz?" Harry bertanya padaku sambil membenarkan rambutnya.

Aku melihatnya sekilas, "Jazz?" aku berpikir sejenak, lalu menjawab, "I mean, i'm not into it, but it's easy listening so.. i think it's fine."

Harry mengangguk sambil membalas dengan menggumam kecil. Aku menendang batu kecil yang ada didepanku, batu kecil itu terus menerus kutendang sembari aku berjalan berdampingan bersama Harry. "Why so?" tanyaku padanya.

"Nothing. I wanted to throw a fact about Jazz, but i figured you're not going to care anyway, you know, since you're not too fond of it." Harry membalas lalu tersenyum padaku.

Aku terkekeh, "So i look like i'm into jazz?"

Harry tersenyum lebih lebar, menampakkan kedua lesung pipinya yang semakin mendalam. "Kinda. It was a wild guess."

Aku membalas dengan mendorong ringan Harry dengan tanganku. "I care. C'mon, what is it?"

"Okay, well." balas Harry masih sambil tersenyum dan terkekeh. "You know it was emerged in New Orleans, right? Among the black culture?"

Aku mengangguk sebagai tanda balasan. "That's just what i know about Jazz, basically."

Harry tertawa ringan, "Well, then there's this new kind of music called Swing- still has that Jazz vibes to it. And it was hugely popular during World War 2." ujar Harry. "Before Swing, bands mostly played to audiences of their own race, but with Swing, white audiences began to follow black bands as well. And i think it's just so magical, you know?" tanya nya padaku. "It's what i love about music, it can bring us together regardless sex, race, or ethnicity. Music has definitely no gender. It's a pretty cool thing if you imagine it." Harry tersenyum padaku.

Aku membalas Harry dengan senyuman yang serupa. "I suppose that's why you're taking Music?"

Harry memainkan mulutnya, "Nope. I'm taking Music so i'll look more attractive in front of the ladies."

"Unfriending." balasku sambil berjalan lebih cepat dibandingnya.

Harry tertawa lepas, "Noo! A joke!" ia kemudian menarik tanganku dari belakang. "Come on." katanya masih dalam nada tertawa. Aku hanya melihatnya dengan tatapan tajam, tangannya masih menggenggam pergelangan tanganku. Rambutnya sedikit tertiup angin, membuat beberapa helai jatuh dimatanya. Matanya sedikit menyipit karena tersenyum. Dan senyumnya.. senyumnya yang membuatku ikut menyimpulkan sebuah senyum di bibirku.

"That's more like it." balas Harry, lalu melepas tanganku. "It's starting to get colder, huh?"

"Yeah, but i can't wait for autumn, though." ujarku sambil melakukan lompatan kecil.

Harry terkekeh melihatku. "What makes you jumpy about it?"

"Walking down the park and just, enjoying life, sort of? I don't really know." tawaku.

Harry memasukkan kedua tangannya di kedua kantong pada parka hijau army yang ia kenakan. "Gotta say the park does look nicer." ia lalu tersenyum ke arahku. "It's great to just.. you know... think."

Aku mengangguk dengan setuju. "Want to take a walk together sometimes?"

"We are taking a walk." candanya lagi.

Aku membalas dengan memutarbalik bola mataku. "Not under campus roof."

Harry masih terkekeh, lalu ia terdiam sejenak. "I'd love to." jawabnya dengan melemparkan senyuman hangat padaku.

Kami berhenti di depan taman fakultas. Dari jauh, aku dapat melihat Athena dan Niall sedang bercengkrama di tempat kami biasa berkumpul. Athena sedang membaca, dengan rambutnya yang diikat kebelakang- menandakan bad hair day. Sedangkan Niall... hanya menjadi Niall yang mencoba untuk menjaili Athena.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

betweenWhere stories live. Discover now