BAB 8

13K 561 0
                                    

“Ya, gue serius!” ujar Allamanda yakin. Ia tidak peduli jika orang-orang mengatainya sebagai cewek sok cantik karena menyia-nyiakan tumpangan dari seorang laki-laki yang terkenal di penjuru sekolah. Karena bagi Allamanda, rasa nyaman adalah segalanya.

“Lo mau tahu nggak Al? Cuma lo. Cuma lo, cewek yang nggak mau pergi bareng gue.”

Allamanda bersedekap. “So? Will I die tomorrow cause refusing your offer?”

“Maksudnya?”

“Ya, emangnya gue akan dikutuk sampai mati karena menolak tawaran lo untuk pergi bareng? Nggak kan?” Sam mengangguk. “Sekarang lo paham? Kalau nggak paham mending mati aja sana!”

Nih, cewek emang nggak bisa dibaikin ya? Oke, nggak papa.

Sam menghembuskan napasnya keras. “Ya, gue mengerti. Sangat mengerti malah, tapi gue masih berbaik hati untuk memberi lo sebuah kesempatan,” Sam diam sejenak. Ia menatap Allamanda, tersenyum tipis. “Lo milih pergi sama gue atau gue akan umumin ke semua orang kalau kita udah resmi pacaran dan gue nggak pernah main-main dengan ucapan gue.”

Allamanda menatap Sam tajam, jika tatapan bisa membunuh seseorang maka Sam mungkin telah tiada detik itu juga. Allamanda mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang telah berada di puncak, siap untuk diluapkan begitu saja. Allamanda tahu, apa yang laki-laki di depannya itu pikirkan. Jika Sam benar-benar mengatakan semuanya, maka hidupnya yang tenang dan damai akan hilang menjadi sebuah kenangan.

“Psikopat sinting!! Iblis! Manusia stres! Orang gila, cowok setan!!”

Whatever. Now, your choice is yes or no?”

Allamanda hanya mengangguk, ia tak ingin menambah catatan dosa lagi karena mengumpati laki-laki di hadapannya itu.

Sam tersenyum senang. “Dari tadi dong, kalo lo nurut dari awal, gue nggak akan ngancam tapi ya, semua ini lo yang minta.”

“Udah Sam. Mending lo jalan aja deh, gue udah nggak mood untuk debat sama lo.”

“Oke Bos!”

Sesampainya di sekolah, banyak siswa-siswi yang menatap mereka dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang senang, heran, kesal, tak acuh dan ada juga yang dengan terang-terangan membicarakan keduanya. Sam yang ditatap begitu, merespon dengan senyuman manis yang sontak mengundang histeria dari para siswi yang semakin menguatkan tekad untuk mendepak Allamanda dari sisi sang idola.

Allamanda memilih mengabaikannya dan, segera berjalan meninggalkan Sam tanpa sepatah kata pun. Ia berjalan menyusuri koridor dengan langkah gontai, entah kenapa perutnya tiba-tiba terasa sakit seolah dihujani oleh ribuan belati.

Kuat Allamanda! Kuat!

Allamanda memaksakan dirinya untuk terus melangkah, jalan yang seharusnya bisa ia tempuh dengan cepat seolah berubah menjadi begitu lambat. Hingga, semuanya menggelap. Hal yang terakhir ia dengar adalah teriakan seseorang yang memanggil namanya.

***

Allamanda mencoba membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Vika dan juga Ninda yang berada di samping kiri dan kanannya.

Bad Boy Love Cold GirlWhere stories live. Discover now