23. Bertemu Denganmu

1.1K 112 7
                                    

“Iya, kak. Ini Jungkook yang mau nganter pulang. Tapi mampir dulu ke caffe depan,”

“…”

“Iya, nggak akan kok. Dijamin nggak kemalaman.”

“…”

“Oke, Kak!,” Yeri memasukkan ponselnya kedalam tas setelah memutuskan panggilan telepon dengan Taeyeon. Dia sekarang sedang berada di depan caffe yang berada diseberang sekolah mereka.

Menunggu Jungkook. Jungkook sedang meminta tugas karena dia melewatkan beberapa jam pelajaran untuk istirahat di uks. Jadilah, Yeri menunggu didepan caffe.

“Yeri?”

Yeri menoleh keorang yang memanggilnya. Betapa terkejutnya yeri melihat orang yang memanggilnya. Reflek, Yeri berjalan mundur.

“Mau kemana kamu? Apa kamu tidak mau menyapaku? Sudah lama kita tidak bertemu.”

Yeri menggeleng. Dia berjalan mundur secara perlahan.

“Ppp..pp..ppe..pergi,” akhirnya Yeri bisa mengeluarkan suaranya meski terbata-bata.

“Aku masih ingin berbicara denganmu. Aku merindukanmu, Kim Yerim.”

“Tapp tapi.. aku tidak, Jjju Jung Jaeh.. hyun,” Yeri tetap mundur. Tapi tangannya ditahan oleh Jaehyun.

“Tapi aku sangat merindukanmu. Kau tau, hatiku sakit melihatmu menerima cinta Jungkook. Disini sakit, Yer,”  kata Jaehyun sambil menepuk dadanya.

“Lepas!,” Yeri memberontak ketika merasakan Jaehyun mencengkeram tangannya semakin kuat. Mata Yeri memanas. Jantungnya berdebar. Bukan berdebar jatuh cinta, tapi debaran yang membuat jantungnya merasa sakit.

“Dengar! Kau sudah menyiksaku selama ini. Kau yang tiba-tiba pergi, dan sekarang kau kembali. Kembalinya dirimupun juga menyakitiku dengan menerima Jungkook, Yer! Kau tau kan aku benci dengan orang-orang yang membuatku atau mamaku sakit hati?!”

Yeri tau arah pembicaraan Jaehyun kemana. Dia masih tetap berusaha memberontak meski sia-sia. Jaehyun semakin menyeringai. Ekspresi takut dari wajah yang begitu dia rindukan benar-benar membangunkan jiwa lain yang ada dalam dirinya. Ingin menikmati rasa takut dari seorang Yeri lebih lama lagi.

Sementara Yeri berusaha melawan rasa sakit didadanya, wajahnya mulai memucat, namun tak membuat Jaehyun melepaskan Yeri.

“Jangan… sss sssaakkit ii Jun Jungkook,” kata Yeri terputus-putus. Dadanya semakin sakit dan sesak.

“Apa, Yer? Kalau ngomong yang jelas dong,” kata Jaehyun sambil tersenyum.

“Tapi, Yer.. Asal kamu tau. Aku sudah mulai perburuanku. Tadi malam, aku berburu kelinci. Menyenangkan sekali bukan? Aku janji, besok-besok akan mengajakmu berburu lagi,” tiba-tiba ponsel Jaehyun berbunyi.

Jaehyun mengambil ponselnya tanpa melepaskan Yeri. Membaca pesan yang masuk lalu memasukkannya lagi ke sakunya.

“Sayang sekali. Teman-temanku sudah menuggu. Aku harus masuk. Sampai jumpa besok lagi Yeri, sayang…” Jaehyun melepaskan tangan Yeri.

Baru dua langkah meninggalkan Yeri, Jaehyun berhenti. Membalikkan badannya. “Satu lagi Yer. Aku semalam hanya bisa melukai sedikit buruanku. Kelinci itu ternyata sangat kuat. Tapi aku janji, nggak akan kalah lagi dari kelinci itu,” kata Jaehyun, lalu tertawa.

Yeri langsung lemas, begitu Jaehyun masuk caffe. Yeri ambruk begitu saja. Keadaan caffe hari ini termasuk sepi. Jadi tidak ada orang yang lewat. Dan tidak ada yang membantu Yeri.

Yeri pingsan? Tidak. Dia masih sadar. Tapi badannya begitu lemas. Nafasnya tersengal-sengal. Dadanya sakit dan sesak. Sekedar mengambil obatpun tak kuat.

I NEED YOU, MY DEAR √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang