5 - Gavin cowok nyebelin

139K 12.5K 1.2K
                                    


Melva dan kedua temannya sedang berjalan menuju kantin. Istirahat sudah berjalan semenjak sepuluh menit yang lalu, tapi ketiga cewek itu baru sempat ke kantin sekarang. Karena Pak Tar, guru matematika terkiler sepanjang masa di SMA Galaksi tanpa diduga memberi ulangan secara mendadak. Membuat semua anak IPS 3 hanya bisa menelan ludah, bahkan sampai bel berbunyi pun tidak ada yang berhasil menyelesaikan soal. Mentok-mentok mereka hanya menjawab 2 atau 3 dari sepuluh soal.

"Pak Tar memang gak punya hati, mata gue mau copot liat sepuluh soal tadi." Celoteh Billa masih tidak terima.

"Mending Bil, tangan gue sampe kram isi tu soal." Celetuk Vika.

"Kok bisa?" bingung Billa.

"Gue isi-hapus lagi. Isi, hapus lagi." jelas Vika. Billa mengangguk mengerti.

Kedua temannya itu memang terlalu berlebihan. Melva terus berjalan memasuki kantin, karena kelamaan tidak ada bangku yang tersisa di sana. Kantin sangat ramai.

"Lah, ni kantin apa pajak ikan?" celetuk Billa.

"Gak ada tempat kosong, masa iya kita duduk lesehan." Oceh Vika ikut-ikutan.

Melva bercelingak-celinguk melihat sekeliling, mencari tempat untuk mereka duduk. Tapi tetap saja dia tidak menemukan satu tempat pun yang kosong. Sampai akhirnya matanya menangkap sosok Gavin. Cowok itu sedang melahap makanan dengan beberapa temannya di sana, Galang dan Riko.

Melva jadi tersenyum lebar. Dia akan memainkan aksinya hari ini. Melva berjalan mendekati meja Gavin, membuat temannya bingung lalu mengikuti Melva.

Melva sudah berada di depan meja Gavin, melirik Riko sesaat dengan senyum lebarnya. Riko yang seolah mengerti dengan senyuman itu langsung mengosongkan bangkunya agar Melva bisa duduk.

Melva sudah duduk tepat di depan Gavin. Gavin terlalu sibuk menyantap makanannya, sampai tidak menyadari Riko sudah di ganti dengan Melva.

"Hai pacar." Suara Melva. Bukan hanya Gavin yang sampai menoleh. Tapi Riko, Galang dan kedua temannya sampai menatap Melva dengan tidak percaya.

Gavin menatap Melva dengan tidak suka, lalu menyantap makanannya lagi.

Melva mencoba tersenyum. Dia menahan emosi sekarang.

"Lo, ke kantin kok gak ajak-ajak gue sih?" ucap Melva memulai pembicaraan.

"Sebagai pacar yang baik, seharusnya sebelum ke kantin lo harus ajak gue dulu."

Mereka yang melihat semakin bingung. Melva jauh dari kata normal.

Gavin malah tidak memperdulikan itu.

Melva tersenyum lalu berbicara lagi.

"Gue laper. Minta dong."

Melva benar-benar aneh, itu yang sekarang ada dalam pikiran teman-temannya.

Gavin berdecak malas. Selera makannya jadi menghilang.

Gavin menjauhkan piring bekas ia makan ke samping. Lalu menatap Melva dengan tajam. Dia tidak mengindahkan permintaan Melva.

Bukannya membalas ucapan Melva. Gavin malah beranjak pergi dari kantin. Melva jadi kesal, lantas mengejar Gavin.

Melihat itu Riko mengikuti Melva dari belakang.

"Gavin!" teriak Melva terus mempercepat langkahnya.

Tidak ada respons dari Gavin.

"Gavin! Lo budek ya!" teriak Melva lagi.

Gavin menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Melva. Tatapan mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat.

"Jaga jarak!" ketus Gavin.

Mata Melva jadi membulat.

"Maksud lo?" tanya Melva tidak kalah ketusnya.

Bukannya menjawab Gavin malah meninggalkan Melva.

Melva berdecak kesal, emosinya selalu terpancing.

"Kenapa Mel?" suara Riko di samping Melva.

Melva menggeleng kesal. Lalu menatap tajam ke arah Riko. Riko jadi menaikkan alisnya.

"Lo temen nya kan?"

Riko mengangguk.

"Kirimi akun sosial dia. IG, Line atau apa pun itu." ucap Melva masih sangat kesal.

Riko yang bingung sampai melihat ke arah Gavin yang sudah menghilang.

"Buat apa?" tanya Riko.

"Lo kirim aja. Gak usah banyak tanya." ketus Melva. Riko mengangguk lagi.

"Gavin gak punya IG, FB, Path gitu Mel. Paling mentok dia cuma punya nomor hp sama line." jelas Riko.

Seketika Melva mendelik. Kesalnya sedikit berkurang.

"Serius?" tanya Melva tidak percaya.

Riko menggangguk.

"Mimpi apa sih gue! Punya cowok dingin, ketus, gaptek lagi." oceh Melva. Riko tersenyum samar, sambil mengacak-acak rambut Melva.

***

Melvana Adila : Hei pacar. Add back ya.

Gavin yang sedang bersantai di kasurnya. Sampai menatap tidak percaya dengan apa yang ada di layar ponselnya.

"Penganggu." Desis Gavin. "Cari masalah lo Rik." Kesal Gavin.

Gavin menutupi matanya menggunakan lengan. Ponselnya berbunyi lagi, dengan malas Gavin membuka notip line nya.

Melvana Adila : Di read doang? Selain pelit bicara lo pelit ngetik juga.

Melvana Adila : Yaudah kalo lo gak mau bales, gue aja yg kirim pesan terus. Kita liat, sampe kpn lo gak bales pesan dari pacar lo yg cantik ini.

Gavin berdecak sebal. Tapi tetap saja dia menunggu pesan baru dari Melva.

Melvana Adila : Katanya orang pacaran itu harus saling terbuka kan?

Melvana Adila : Kita mulai dari keluarga gue.

Melvana Adila : Gue punya nyokap sama bokap satu

Melvana Adila : Punya oma juga satu. Krn yg satu nya udah metong.

Melvana Adila : Punya abang satu. Nama nya Arya, ganteng loh dia. Sama lah kayak lo.

Tanpa sadar Gavin tersenyum.

"Lo lagi muji gue?" desis Gavin.

Melvana Adila : Gue Punya sepupu cowok satu

Melvana Adila : Punya sepupu cewek satu. Dia cantik tapi cantikan gue.

Melvana Adila : Punya mantan satu. Anak Sma bintang.

Refleks Gavin duduk bersila di kasurnya. "SMA Bintang?" Gavin ingin mengetik sesuatu tapi tidak jadi. Dia membaca pesan Melva lagi.

Melvana Adila : Gue suka eskrim

Melvana Adila : Suka bunga mawar merah. Kayak lo kasih waktu itu. Oh ya, makasih ya Vin.

Melvana Adila : Terus...

Melvana Adila : Gue belum suka sama lo

Melvana Adila : Tapi gak papa kita bisa coba kan?

Melvana Adila : lo masih betah baca, tanpa niat buat bales?

Melvana Adila : yaudh deh serah lo. Jangan sampe terbawa mimpi ya. Abis, gue itu ngangenin.

Gavin tersenyum. Sudah cukup, selanjutnya dia memblokir Melva.



***

Part selanjutnya masih di ketik kalo siap, besok aku update.

Khairanihasan

28 Juli 2017

DestinWhere stories live. Discover now