v

11.2K 837 196
                                    

🎶 Park Ji Min - I Want to Keep Seeing You 🎶

Ibu satu anak itu terkejut bukan main, tubuhnya membeku di ambang pintu ruang kepala sekolah ketika mendapati laki-laki yang dulu hampir menjadi calon ayah dari anaknya.

Kaget. Tak percaya. Shock. Atau apa saja sebutan yang cocok untuk Sakura saat ini. Yang jelas wanita itu pucat pasi melihat dia dan dia, ada di dalam satu lokasi, satu situasi dan satu kondisi yang membuat Sakura murka.

Sepanjang jalan menuju sekolah Sarada segala makian, umpatan dan sumpah serapah tak henti keluar dari bibir tipisnya. Rasanya dia mau mati ketika suaminya menelepon dan mengatakan bahwa Sarada menjadi korban pengeroyokan oleh teman sekolahnya.

Sepanjang jalan dia sudah mengatur rencana hendak dia apakan anak-anak yang sudah membuat anaknya terluka. Dia akan memukul, menjewer bahkan jika dibolehkan dia akan mencakar anak-anak nakal itu dengan tangannya sendiri. Tapi, setelah tiba di lokasi kejadian, sederet rencana itu hilang bagai diterpa badai.

Sungguh tidak menduga manusia itu ada di sini. Duduk di hadapan suami dan anaknya, memasang wajah murka-sama murkanya dengan wajah sang suami-yang cukup membuat Sakura paham bahwa manusia itu pun sedang memiliki masalah di sini.

"Sakura?"

Seketika kaki Sakura mundur saat laki-laki rambut kuning itu berjalan cepat ke arahnya. Kakinya spontan berlari, dia menyentak kembali pintu yang baru saja di tutupnya ketika lelaki itu berusaha menggapai lengannya.

Sialan! Sialan! Sialan! Wanita itu mengumpat dalam hati dan terus berlari, entah tak tahu ke mana arah tujuannya. Suara wedges yang beradu dengan lantai seperti menjadi suara latar acara kabur-kaburan Sakura dari lelaki itu.

Deidara. Hanya Deidara. Sakura tak pernah tahu siapa nama belakang lelaki itu, dulu dia hanya berkenalan secara formal dengan dia jadi wajar saja jika Sakura tidak tahu-dan tidak mau tahu siapa nama lengkap lelaki itu.

"Untuk apa dia mengikutiku!" Wanita itu meracau sendiri. Kakinya terus melangkah meninggalkan gedung sekolah, dia sudah tetapkan tujuannya yaitu mobilnya!

Ya. Dia harus sembunyi di mobilnya, jika perlu dia akan lari menggunakan mobil itu. Masa bodoh dengan Sasuke dan Sarada nanti pulang naik apa, karena dapat Sakura pastikan Sasuke dari bandara langsung menuju sekolah Sarada. Tidak ada waktu untuk sekedar pulang ke rumah mengganti baju atau mengambil kendaraan, Sarada akan mengamuk jika Sasuke telat datang ke sekolahnya.

"Ya Tuhan! Apa yang akan kukatakan pada Sasuke nanti?!" Sakura berlari makin kencang saat sudah mendekati mobilnya.

Tanpa dia sadari ada sebuah sepeda melaju ke arahnya, tak sengaja dia terserempet sepeda itu hingga jatuh tersungkur di aspal. Sakura meringis, merasakan sikunya yang tidak tertutup lengan kemeja perih bukan main karena berbenturan dengan aspal.

"SAKURA!!"

"Oh tidak! Tidak! Tidak!" Sakura bangkit dengan susah payah, dia rasa tidak hanya sikunya saja yang lecet, sepertinya pergelangan kakinya ikut terkilir. "Wedges sialan!" Imbuhnya.

"Bibi, apa anda tidak apa-apa?"

Sakura memaki dalam hati ketika si pengendara sepeda yang ternyata murid sekolah ini-dapat Sakura ketahui dari seragam SMA yang dipakai anak itu-menghampirinya. Bermaksud membantunya menepi.

"Ah tidak. Aku baik-baik saja, kau pergi saja. Aku tidak menyalahkanmu." Cepat-cepat Sakura mengusir anak itu agar dia sendiri pun bisa segera bergegas menjauh dari Deidara yang saat ini sudah berjarak beberapa meter saja darinya. Anak itu membungkuk sekali lagi dan pergi membawa sepedanya menjauh dari Sakura.

SINGLE New GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang