28

30.4K 1.4K 112
                                    

Brakkk

Pintu terbuka secara kasar berbenturan dengan tembok hingga menimbulkan bunyi berdegum yang keras.

Fariz menyeret Nakyta masuk kedalam kamarnya dengan sekali hentakan tubuh mungil tersebut berbenturan dengan keras pada tembok. Belakang kepala Nakyta terbentur tembok membuat Nakyta terpekik menahan sakit serta pusing disaat bersamaan.

Nafas Fariz memburu, menatap tajam Nakyta dengan tangan yang mencekik leher Nakyta

Nafas Nakyta tersendat namun tidak berusaha melepaskan tangan Fariz yang mencekiknya. Ia tau penyebab Fariz yang seperti sekarang ini dan ia menyadari kesalahannya kali ini. Mata Nakyta berair dengan wajah memerah karena kurangnya pasokan oksigen dalam tubuhnya.

"Kamu mau ninggalin aku heum? Asal kamu tau ... Aku nggak akan pernah lepasin kamu sampe kapanpun! Kamu nggak bisa pergi kemanapun. Urusan kita belum selesai inget itu!" ucap Fariz dengan geram, menekan setiap kata-katanya

Nakyta berusaha untuk  bernafas, dalam hati ia berdoa agar tidak cepat mati karena cekikan Fariz padanya.

"Kamu mau lari dari aku gitu? Mau kabur biar bisa bebas heum ... Sampe kapanpun aku nggak akan pernah ngijinin kamu pergi" bentak Fariz menekan kuat leher Nakyta

"Bang! Lu apaan sih" bentak Nabilla mendorong Fariz dengan kuat hingga cekikan itu terlepas

Tubuh Nakyta merosot kelantai hingga ia duduk menunduk sambil menarik nafas banyak, mencoba mengisi oksigen ke paru-parunya.

"Lu gila ya bang! Kalau nggak ada gua lu pasti udah bunuh sobat gua" bentak Nabilla lagi berjongkok disamping Nakyta, merangkul pundak Nakyta yang tengah mengatur nafasnya sambil terbatuk

Matanya beralih menatap Fariz penuh amarah. Kakaknya benar-benar gila, untung saja ia datang. Kalau terlambat sedikit saja ia benar-benar tidak tau nasib sahabatnya itu dan ia pasti akan sangat merasa bersalah jika terjadi sesuatu pada Nakyta.

Fariz menggeram dengan cepat ia menarik Nabilla dan menyeretnya keluar kamar. Nabilla berontak berusaha melepaskan diri dari genggaman Fariz yang benar-benar diluar kendali

"Diam! Keluar ... Ini bukan urusan lu" bentak Fariz mendorong Nabilla keluar kamar lalu menutup pintu dengan membantingnya dan menguncinya lalu membuangnya kesembarang arah

"Bang!" panggil Nabilla menggedor pintu Fariz "bang buka!" teriak Nabilla dibalik pintu

Fariz berjalan menuju pintu satunya lagi. Karena ia yakin jika adiknya pasti akan berusaha masuk lewat pintu lain. Dengan kasar Fariz menutup pintu dan menguncinya melakukan hal yang sama pada pintu tadi lalu membuang kuncinya entah kemana. Sehingga kini mereka berdua terkurung dikamar Fariz

Fariz berjongkok dihadapan Nakyta yang masih berusaha mengatur nafasnya. Satu tangannya menepuk dadanya karena merasa sakit ketika menghirup udara.

Nakyta terkesiap dan menghentikan tangannya yang menepuk dadanya ketika tangan Fariz menepuk-nepuk kepalanya pelan

"Aku nggak mau kasar lagi sama kamu tapi kamu paksa aku buat kayak gini" ucap Fariz dengan dingin sambil menepuk pelan pucuk kepala gadis kecil yang ada dihadapannya itu

Nakyta menegakkan kepalanya menatap Fariz dengan mata berkaca-kaca sedangkan tangan kanan Fariz masih menempel dikepalanya.

"Kamu mau ninggalin aku kan"

"Jawab!" bentak Fariz ketika Nakyta hanya diam tidak merespon apapun

Nakyta menggeleng cepat. Ia tidak mengerti maksud Fariz apa. Ia tidak akan pergi, tapi kenapa Fariz mengira ia akan pergi.

POSSESIVE (END)Where stories live. Discover now