Kebebasan

25 0 0
                                    

     “Selamat pagi semuanya. Minggu ini kita akan olahraga mengenai bola basket.”

     Pak Barto seorang guru penjaskes berbicara dengan gagah dihadapan para murid yang duduk ditengah lapangan.

     Sebelum mereka memulai, pak Barto mengawalinya dengan pemanasan dan peregangan tubuh agar tidak cedera. Setelah itu mereka mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Peluh keluar perlahan dari pori-pori kulit setiap murid disana, ditambah cuaca pagi itu cukup terik, awan pun tak tampak. Langit biru yang bersih menghiasi pagi mereka.

     Mereka kembali lari mengelilingi lapangan, namun tiap anak sambil mendribble bola. Tak banyak yang sedang berlari pelan mengelilingi lapangan tak fokus dengan bolanya, sehingga bola tersebut lari dari pegangannya tak terkecuali Elly. Ia begitu kesulitan menanganinya.

     “Baik. Sekarang bikin satu barisan, dan lemparkan bola basket kalian kedalam keranjang satu persatu. Silakan duduk kembali bagi yang sudah melempar. Mulai.”

     Mereka membentuk barisan panjang dan melakukan apa yang diperintahkan pak Barto dengan baik.

     Kebanyakan dari mereka sukses melemparkan bolanya ke dalam keranjang. Lagi-lagi sesuatu terjadi pada Elly.

     Ia mengambil ancang-ancang untuk melompat. Dengan sengaja Siska yang berada dibelakangnya mendorong Elly secara cepat hingga ia terjatuh dan lemparan bolanya gagal. Tak sedikit yang menertawakannya. Pak Barto langsung menenangkan mereka.

     “Kalian sudah melakukannya dengan baik, walaupun tadi masih ada beberapa yang belum bisa memasukkannya. Sekarang bapak bagi kelompok, tiap kelompok terdiri dari empat orang. Dan duel empat lawan empat. Yang pertama...”

     Pak Barto menyebutkan nama mereka secara acak dalam satu kelompok.

     “Selanjutnya...”

     “Semoga kita bareng ya.” ucap Putri.

     “Ya dong.” jawab Siska.

     “Lisa, Putri, Siska...”

     “Yeees.” mereka bersorak bersama-sama.

     “Dan Elly.”

     Sorakan dan senyum kebahagiaan mereka seketika menghilang ketika nama Elly disebut.

     Elly tak tau harus berbuat apa. Ia merasa seperti salah tingkah.

     Mengapa dirinya harus sekelompok dengan orang-orang yang sering mengganggunya. Kenapa tidak dengan anak yang lain? Elly harus bersiap menghadapi neraka selanjutnya.

     Saat mereka bertanding dalam satu tim, Elly seperti tidak diacuhkan. Elly dianggap tidak ada oleh mereka bertiga yang sibuk mendribble dan membagi bola. Tidak membagi bola ke dirinya yang dalam posisi kosong tidak terhalang oleh lawan. Sampai ada bola kosong menggelinding kearah dirinya dan ia menangkapnya. Namun bola itu hanya sementara berada dipegangannya. Tak lama bola itu kembali direbut oleh lawan dan berlari ke gawang mereka. Lemparan bola itu berhasil masuk ke keranjang mereka.

     Mereka bertiga kesal dan meminta pak Barto untuk mengganti Elly dengan anak lain, namun guru penjaskes itu menolaknya. Lisa semakin dongkol.

     Hasil akhir 30-9. Sebuah skor yang telak untuk kekalahan tim Lisa. Mereka merasa sangat dipermalukan untuk kelompok dengan kasta teratas, dikalahkan oleh orang-orang biasa. Lisa dan kawan-kawan memilih bungkam dan berwajah cemberut selama itu.

***

     Elly mendadak ditampar seseorang setelah baru saja membuka pintu toilet dan dijambak dengan erat rambutnya. Merasa tak cukup, kepalanya diceburkan ke dalam bak mandi dan membiarkan kepalanya tenggelam selama beberapa detik. Kepalanya diangkat kembali ke udara. Elly yang tidak siap dengan semua itu menghirup nafas tersengal-sengal dan sesekali terbatuk.

Bleed (Completed)Where stories live. Discover now