Show Time

26 0 0
                                    

     “Oke, semuanya. Hari ini kita mulai latihan dramanya. Main yang serius ya, waktu kita hanya dua minggu menuju pensi.” seru pak Kumar.

     Anak-anak terpilih untuk drama sudah berkumpul di aula serbaguna milik sekolah setelah bel pulang. Sebenarnya pertunjukkan drama tersebut akan berlangsung di gedung teater tepat di seberang sekolah mengingat aula sekolah tempatnya tak bisa banyak menampung semua murid-murid di SMA Cempaka.

     Mereka bersiap di perannya masing-masing. Elly merasa beruntung karena bisa terpilih sebagai peran utama, padahal ia mengikuti audisi hanya menuruti ajakan Fika dan Sari. Ia tidak terlalu menginginkannya.

     “Semangat ya.” ucap salah seorang dengan suara lantang. Itu suara Achmad. Terlihat dengan senyum manisnya memberi semangat untuk Elly.

     “Ayo yang semangat. Diliatin sama pacar tuh. Hehehe.” Fika menyenggolnya. Elly dan Achmad resmi berpacaran sejak dua minggu lalu.

     Walau begitu, kegiatan sehari-harinya tidak jauh beda saat masih melajang dulu. Hanya saja sekarang ia sering mendapat pesan atau panggilan darinya. Achmad perlahan mengerti sikap Elly dan mulai mengurangi menanyakan kabarnya. Ia sekarang hanya menelpon atau berkirim pesan pada saat jam tertentu ketika Elly setelah belajar. Suaranya sehalus sutra membuat siapa saja yang mendengarnya terpukau.

     Hari-harinya latihan, Elly tak setiap saat ditemani Achmad. Pikirnya mungkin dia ada kesibukan lain.

     Sampai di hari terakhir latihan sekaligus gladiresik di gedung teater seberang sekolah, Achmad tidak menemaninya. Elly tidak begitu cemas, ia selalu berpikir positif terhadap pacarnya itu. Ia harus fokus menghadapi pertunjukan drama yang diadakan besok malam

     “Baik, anak-anak. Hari ini telah selesai hari terakhir latihan kita. Persiapkan diri kalian besok untuk pertunjukan drama ini. Sebelum pulang, alangkah baiknya jika kita berdoa terlebih dahulu menurut kepercayaan masing-masing.” tutup pak Kumar. Jam menunjukkan pukul 18.45.

    “Semangat ya.” ujar pak Kumar sekali lagi sebelum meninggalkan mereka.

      “Haaah, kelar juga latihannya. Elly, makan nasi goreng, yuk. Laper gue.” ajak Fika.

     “Tapi... aku udah dijemput.” katanya menolak halus.

     “Itu dia.” sebuah mobil van datang tak lama setelah Elly mengucapkan itu.

     “Siapa yang jemput?” Fika penasaran.

     “Kakakku.” jawabnya polos.

     “Ooh. Iya-iya gue ngerti. Yaudah samperin kakak terbaik loe deh, hehe.”

     “Duluan ya... maaf soal makan nasi gorengnya.”

     Sementara itu...

     “Guys, ketemuan di tempat wine, ya. Gue punya rencana.” Lisa mem-BBM ketiga sahabatnya.

***

    Malam harinya hari yang ditunggu pun tiba. Aula gedung disulap menjadi seperti tempat promnite. Diatur dalam satu meja bundar dengan empat kadang lima kursi. Panggung seni dan aula sudah dirias berbagai macam pernak-pernik. Di sisi-sisi aula terdapat beberapa sponsor pakaian distro, makanan kecil dan produk minuman maupun susu. Di seberangnya tersedia beberapa makanan katering yang lezat. Satu per satu anak masuk dan memenuhi aula dengan berpakaian rapi. Ada beberapa anak yang bertugas mendokumentasi namun ada juga yang sengaja mendokumentasi untuk pribadi. Tak ketinggalan, Lisa dan geng.

    Hukuman skorsing mereka sudah berakhir sejak kemarin. Sekarang mereka sudah bebas dan bisa masuk ke acara ini.

     Mereka berpencar tanpa Feri dan mendokumentasi dengan kamera ponsel masing-masing.

Bleed (Completed)Where stories live. Discover now