3. Taruhan

6.7K 473 7
                                    

"Kak Farah, banguuunnn." Seorang gadis menggerak-gerakkan tubuh Farah.

Sudah dari tadi gadis itu, menggerak-gerakkan tubuh Farah yang seperti batu. Satu, dua, hingga lima kali, tidak ada tanda-tanda Farah merespon gangguan yang diberikan olehnya.

"Ya Allah, kak Faraaahhh." Gadis itu akhirnya berteriak.

"Apa sih Syah? ribut banget, kak Farah masih ngantuk." Ucap Farah.

Dia Aisyah, adik perempuan dan satu-satunya milik Farah, sekarang dia kelas VI SD di MI Raudatul Jannah, Jakarta. Tadi, ibunya menyuruhnya untuk membangunkan Farah, yang tidak seperti biasanya hari ini terlambat bangun.

"Kak Farah belum shalat shubuh, sekarang udah jam 05.45, tauuuuu." Ucap Aisyah kesal.

Mendengar itu, Farah langsung tersadar dan bangkit dari tidurnya, ia segera masuk kamar mandi tanpa memperdulikan Aisyah. Ini pasti karena dia kepikiran dengan kejadian di sekolahnya kemarin.

Setelah kejadian Reza memutuskan Gita di kantin sekolah, Gita tiba-tiba saja mendorongnya keras hingga terduduk kembali di kursinya. Gita mengatakan jika karena ulah Farah, Reza mendapatkan alasan untuk memutuskannya.

Entah kenapa Farah tiba-tiba merasa bersalah mendengar perkataan Gita. Gita memang tidak mengatakan apa-apa setelah itu, ia beranjak pergi sambil menahan tangis dan kesal.

Kirana mengatakan pada Farah, jika seharusnya dia melakukan saja apa yang diperintahkan Gita tadi kepadanya. Kalau sudah seperti ini, sama saja Farah mengibarkan bendera perang kepada kakak kelasnya. Begitulah yang dikatakan Kirana.

Tapi, Farah tidak yakin apakah benar-benar akan terjadi perang seperti yang dikatakan Kirana. Ini benar-benar diluar perkiraan Farah, kenapa sekolah ini seperti cerita di sinetron-sinetron.

Dia lulusan MTs yang sedang melanjutkan jenjang SMA untuk segera lulus, dan menggapai cita-cita, masalah pelajaran sudah cukup tanpa harus diperkeruh dengan masalah-masalah lainnya. Setidaknya begitulah yang Farah harapkan.

"Kamu udah shubuhan?" tanya Bapaknya pada Farah.

"Udah pak," ucap Farah lemas.

"Ya udah, sini makan dulu, mau sekolah kok lemas-lemas gitu." Ucap ibunya di meja makan.

"Kamu kenapa Rah?" tanya Bapaknya lagi.

"Nggak ada pak, capek aja tiba-tiba. Hehe," jawab Farah cengegesan pada bapaknya.

"Baru aja sekolah berapa hari, udah capek kamu, Rah, Rah." Ucap bapaknya geleng-geleng.

Farah hanya mendengarkan dan tidak menjawab lagi, ia segera menghabiskan sarapannya. Hari ini dia berangkat tidak seperti biasanya, pukul 06.30 WIB. Jika tidak ada kendala, seharusnya dia tetap tidak akan terlambat sampai di sekolah. Ia pun menyalami kedua orang tuanya, dan berangkat. Aisyah, selalu pergi dengan bapaknya, jika kalian ingin tahu.

"Ya Allah, macet." Batin Farah gusar.

Ia melihat pada jam tangannya, dan sekarang menunjukkan pukul 06.40 WIB. Kendaraan di depan Farah, akhirnya mulai bergerak lancar.

"Alhamdulillah." ucap Farah lega.

Farah sampai di sekolah, dan pintu gerbang hampir saja ditutup. Tinggal 2 menit sebelum pintu gerbang sekolah benar-benar ditutup. Farah memarkirkan motornya, dan kemudian segera menuju kelas. Ia menaiki tangga, dan tertahan di tangga lantai 2, tangga itu sangat ramai.

Farah, menyelip-nyelipkan badannya di antara kerumunan orang, agar bisa lolos dari keramain. Ketika sampai di lantai 2, ia menyaksikan para siswi yang sedang berkumpul di kelas XI IPA 1 untuk memberikan hadiah-hadiah yang sudah mereka siapkan kepada Reza dkk.

FARAHWhere stories live. Discover now