CHAPTER 57

4.4K 365 102
                                    

Terlalu sering merasa superior hingga tidak ingin mengakui sebuah kekalahan. Meski pada akhirnya itu hanya akan menyiksa dirinya.
- Blue Lova -

***

Playlist di Multimedia: Devano Danendra - Menyimpan Rasa

***

"Sumpah, lo jahat banget Ra!" Disti benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan Farah.

Disti, Kirana, dan Vanya sekarang berada di dalam kamar Farah. Mereka memutuskan untuk menghampiri Farah karena temannya itu hilang kabar dua hari. Setelah mendengarkan keinginan Farah untuk pindah sekolah, ketiganya jelas kaget.

"Maaf ya." Hanya itu yang dapat diucapkan Farah pada ketiga temannya.

"Aku kalau jadi kamu mungkin udah pindah dari lama, Ra, jujur sih kamu kuat banget." Berbeda dengan Disti dan Kirana yang kontra, Vanya mendukung keputusan Farah.

Farah menatap terimakasih pada Vanya.

"Entar lo enggak ada teman sebangku dong Van," ujar Kirana.

"Kan bisa ganti-gantian sama kalian," balas Vanya sambil nyengir.

Sayangnya, Disti dan Kirana tidak tertarik membalas cengiran Vanya.

"Lo udah mikir enggak sih, kalau lo pindah itu sama aja lo buat orang-orang yang benci sama lo makin senang dan ngerasa menang," ucap Kirana.

Farah tentu sudah memikirkannya. Dia sudah memikirkan banyak hal tentang keputusan untuk pindah sekolahnya ini, dan ujung keputusannya tetap sama. Pindah!

"Biarin aja, lagian aku enggak pernah nganggap lagi bersaing sama mereka, anggap aja aku lagi ngelakuin kebaikan biar dosa mereka enggak semakin banyak karena terus benci dan gibahin aku," tanggap Farah tidak peduli.

Disti menghela nafas jengah. "Selalu ya lo, enggak ketebak banget emang jalan pikiran lo."

Farah hanya diam.

"Eh, Senin kemarin kak Reza nyariin kamu tahu," ujar Vanya.

Farah melirik Vanya sembari mengernyit heran. "Nyariin kenapa?"

"Penasaran kayaknya soalnya kamu enggak ada waktu jam upacara."

"Oh."

"Ya ampuunnn..." Disti dan Kirana berucap bersamaan dengan ekspresi tidak habis pikir mereka karena teman mereka yang satu ini memang hatinya sudah hilang kepekaan. Vanya tidak dapat menahan tawa mendapati tanggapan Disti dan Kirana.

"Itu namanya kak Reza peduli, perhatian, makanya dia sampai nyariin lo, parah banget sih lo Ra, anteng banget tanggapan lo," cibir Kirana masih dengan ekspresi tidak habis pikirnya.

"Biasa aja kali Na, dia cuman heran doang, enggak ada yang lebih," balas Farah tidak tertarik.

"Ya ampun... ya udah deh terserah lo Ra, kayaknya harus kak Reza langsung yang nyamperin lo baru lo percaya kalau dia emang peduli sama lo."

Farah menoleh spontan pada Disti karena ucapannya.

"Gue yakin pasti dia bakal nyamperin lo, kalau dia nyamperin lo, batu banget emang hati lo kalau enggak peka." Kirana ikut mendukung ucapan Disti.

Farah hanya diam dengan ekspresi menutupi kenyataan jika Reza memang sudah menghampirinya, bahkan di hari pertama ketika dia tidak masuk sekolah dan menjadi orang pertama juga yang tahu tentang keputusannya untuk pindah dari Bakti Mulya.

FARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang