02. Find the New World

1.4K 103 3
                                    

Untuk pertama kali, aku merasakan energi besar mengalir ke seluruh tubuhku. Aku melepaskan gadis bersurai pirang itu dari cengkeramanku. Rasanya penglihatanku semakin bertambah jelas. Begitu pula indra penciuman dan pendengaranku yang semakin tajam.

Lagi-lagi aku mendengar suara drum itu. Aku tak tahu dari mana asal suara itu. Namun suara itu terdengar sangat jelas, seperti berada di dekatku. Atau mungkin, dari dalam diriku? Ah, benar. Suara itu berasal dariku. Ternyata itu debar jantungku sendiri.

Perlahan semua terlihat gelap. Hanya saja aku masih dapat melihat dengan sedikit bantuan dari cahaya bulan. Suara drum--detak jantungku--itu sudah tak terdengar lagi. Namun aku masih bisa merasakan denyut nadi di pergelangan tanganku. Hah, syukurlah. Aku masih hidup. Tapi di mana ini? Semuanya terlihat berwarna putih. Apa itu salju?

Saat aku baru saja melangkahkan kaki untuk mencari petunjuk, kakiku menendang sesuatu yang solid. Segera kutundukkan wajahku untuk melihat apa itu. Alhasil aku menemukan seorang gadis berambut pirang tergeletak di sana.

Aku berjongkok untuk melihat wajah gadis itu. Kuangkat jariku untuk menyentuh wajahnya. Namun tiba-tiba tubuh gadis itu berubah menjadi abu, membuatku seketika terkejut. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya aku melihat seseorang berubah menjadi abu. Argh! Sebenarnya apa yang terjadi?!

Tiba-tiba beberapa kepingan gambaran berputar di benakku. Dan itu membuatku semakin syok. Tidak. Ini tidak mungkin terjadi. Baru saja Hana menenggelamkanku di sungai, lalu tiba-tiba ia mati dan berubah menjadi abu. Ia berubah menjadi sosok yang kejam. Dia bahkan mengatakan bahwa aku juga akan mati seperti orang terakhir yang kemari. Hah, ini pasti mimpi. Ya Tuhan! Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini!

Tapi tunggu! Tadi Hana juga mengatakan bahwa ia akan membawaku pada teman-temannya. Jika ini ternyata bukan mimpi, maka teman-teman Hana pasti akan curiga karena ia tak segera kembali dan mereka akan mencari Hana. Jika benar seperti itu maka aku harus segera lari. Yah, mengingat Hana ternyata adalah orang yang jahat, aku tak bisa menjamin teman-temannya adalah orang yang baik. Dengan segera, aku kembali melangkahkan kaki ke sembarang arah. Semoga saja aku tak mendekati mereka.

Di sini sangat dingin. Itu berarti semua hal yang sepertinya berwarna putih itu adalah salju. Tapi dimana ini? Aku sudah berjalan cukup lama, namun aku tak melihat apapun selain pepohonan yang tertutupi salju. Astaga! Jika aku tak segera pulang, aku tak tahu apa saja yang bisa dilakukan Ayah untuk mencariku. Bisa-bisa dia menginterogasi seluruh teman kampusku nanti.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki seseorang. Ah, tidak. Beberapa orang. Apa mereka adalah teman-teman Hana? Jika benar maka aku harus segera menjauhi mereka.

Dengan perlahan, aku melangkahkan kakiku berlawanan arah dengan arah suara itu berasal. Setelah merasa cukup jauh dari asal suara itu, aku segera mempercepat langkahku, namun tetap berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

Terkadang, aku menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga jika ternyata mereka telah menyadari keberadaanku. Namun tindakanku itu malah membuatku menabrak sesuatu yang ada di depanku.

Betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa yang ku tabrak adalah seorang pria. Dan pria itu memiliki surai hitam dengan warna biru di beberapa helainya. Kami hanya diam saling menatap, mencoba memastikan bahwa yang kami lihat tidaklah salah. Namun sepertinya hanya aku yang mencoba memastikan. Itu terbukti dari perkataannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Hah, lagi-lagi itu yang ia katakan. "Pulanglah, di sini berbahaya."

Aku hanya mendengus. Dimana kata 'Menghabisi' yang sebelumnya ia ucapkan padaku?

Baru saja aku hendak membuka mulutku untuk bicara, tiba-tiba suara langkah kaki itu kembali terdengar. Bahkan kini disertai dengan suara berat seorang pria. Semakin lama, suara itu terdengar semakin jelas.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang