24. Impossible

511 43 0
                                    

Aroma obat-obatan yang khas tercium jelas di hidungku. Nuansa ruangan serba putih yang sudah lama tak kulihat kini berada dihadapanku. Begitu juga dengan alat-alat canggih yang biasa digunakan untuk mengobati serta membantu orang-orang yang sakit kini dapat kulihat kembali. Entah sudah berapa lama aku tak merasakan suasana rumah sakit, tempat dimana banyak nyawa yang melayang namun juga banyak yang dapat diselamatkan. Ada juga yang masih berada diantara keduanya. Dan sialnya, aku juga merupakan salah satu dari mereka. Itu semua karena Natasya. Wanita busuk itulah yang membuatku berada diambang kematian. Lihat saja, jika aku sampai kehilangan nyawaku maka aku akan menghantuinya sepanjang masa hidupnya.


Kutolehkan wajahku pada Bones yang masih senantiasa menjagaku. Dia masih berada di posisi semulanya, duduk disofa sambil membaca koran. Namun yang membuatku sedikit risih adalah, topeng yang masih terpasang diwajahnya. Bukankah sangat aneh jika seseorang memakai topeng kemanapun dia pergi? Jika di Nocturna hal itu masih bisa ditolerir. Tapi bila di dunia manusia, kurasa itu sangat berlebihan.

"Apa peduliku?" ujar Bones menyahuti pikiranku. Perhatiannya masih tak teralihkan dari beberapa lembar kertas ditangannya. Awalnya aku tak begitu peduli dengan kegiatannya, namun Bones yang misterius itu selalu membuatku penasaran.

"Kenapa kau membacanya?"

"Hanya ingin tahu perkembangan dibumi."

Mendengar itu, aku semakin tertarik untuk melanjutkan percakapan kami. "Apa itu artinya kau sudah sering ke bumi?"

"Menurutmu?"

"Apa kau memiliki rumah di bumi?" Bones hanya bergumam. "Boleh aku mengunjunginya suatu saat nanti?"

Mendengar pertanyaanku yang satu itu membuat Bones menatapku. "Untuk apa? Lagipula kau tak akan sering datang kemari."

Aku mendengus mendengarnya. Dengan mengatakan hal itu, secara tak langsung Bones sudah menolakku untuk datang kerumahnya dibumi. "Bisa kita kembali sekarang? Aroma-aroma disini membuatku sesak."

"Kenapa terburu-buru? Kau tak ingin menghabiskan waktumu di kampung halamanmu?" Dahiku mengernyit curiga mendengarnya.

"Kampung halamanku? Bagaimana kau bisa tahu bahwa dunia ini adalah kampung halamanku?" Yah, aku tak perlu basa-basi.

Senyum tercetak diwajah Bones. "Apa kau lupa? Aku seorang Ketua Reaper, Pimpinan akan mengatakan segalanya padaku."

Aku tahu yang dimaksud Bones dengan Pimpinan. Siapa lagi jika bukan Mr. Do? Pria tua itu bahkan tak peduli saat melihatku disiksa dihadapan umum. Mungkin saja itu karena dia adalah pimpinan di Penguasa Hukum, jadi ia tak boleh memihak siapapun, bahkan hanya untuk terlihat peduli. Apalagi waktu itu keberpihakanku masih dipertanyakan.

"Tidak. Ada banyak hal yang harus kuselesaikan di Nocturna," tukasku cepat.

Hari sudah malam saat aku dan Bones sampai di markas Reaper. Di gerbang masuk Reaper, aku bisa melihat Mr. Han dan Rin yang tengah menunggu kami. Cukup jauh dibelakang mereka, aku bisa melihat para siswa Phoeszon yang tersisa tengah berlatih. Perhatianku pun kembali teralih pada Mr. Han dan Rin yang tengah tersenyum senang melihat kepulanganku. Kebahagiaan mereka seperti tersalur kepadaku, hingga membuatku ikut tersenyum.

"Kira, kau baik-baik saja bukan? Aku dengar dari para siswa Phoeszon bahwa Natasya melukaimu," ujar Rin sambil menggenggam kedua tanganku.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang