35. War

505 44 0
                                    

Kira segera mengajak Daniel bersembunyi kedalam hutan setelah sampai di Nocturna.  Ia merasakan kedatangan segerombolan orang. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa segerombolan orang itu adalah prajurit Aeri. Mereka mengendarai kuda, beberapa diantaranya membawa bendera putih dengan lambang negeri Aeri disana. Perang akan dimulai hari ini, berkali-kali lipat lebih cepat dari perkiraannya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia segera memgajak Daniel pergi ke markas Reaper, untuk melihat keadaan di sana sekaligus mengambil alat berperang.

"Kau harus melakukan apa yang kukatakan padamu semalam. Kau ingat bukan?" ujar Kira ditengah-tengah larinya.

"Aku masih terlalu muda untuk menjadi pikun." Kira hanya diam tanpa menanggapi perkataan Daniel. Tanpa sadar, sebuah senyum terukir diwajahnya. Kira akan mengacaukan rencana Mars.

Keadaan di Markas Reaper tak sesepi dugaan Kira. Malah disana sangat ramai. Banyak dari mereka yang membuat ramuan pengobatan,sebagian dari mereka bersiap untuk mengirimkan bantuan kapanpun. Kegiatan mereka terhenti ketika nelihat kedatangan Kira. Bahkan Rin yang ternyata masih berada disana segera menghampiri Kira.

"Kira, syukurlah kau masih hidup. Kami kira kau ikut terbakar di hutan."

Kira tersenyum pahit mendengarnya. Pasti Mars yang melakukannya. "Apa yang lain sudah berangkat ke medan perang?"

"Ya, tapi Bones tak ada. Dia tak datang."

Tentusaja dia tak datang. "Kau tenang saja, aku akan menggantikannya" ujar Kira lalu pergi mengambil senjatanya.

Barusaja Kira beranjak pergi, Rin kembali menghentikannya. "Kira" panggil Rin dengan suara gemetar.

Kira tahu apa yang hendak dikatakan Rin. Ia pun mengulas senyumnya, "Aku akan baik-baik saja. Kita pasti akan menang."

Kira dan Daniel hanya mengambil persenjataan mereka, tanpa memakai baju zirah. Terlalu merepotkan, katanya. Setelah itu, mereka segera pergi ke medan perang, yang letaknya bermil-mil jauhnya.

Dan benar saja, begitu mereka sampai disana, kedua kubu yang berselisih itu sudah saling menyerang. Beberapa diantara mereka menggunakan kekuatan elemen mereka, yang tentunya akan sangat menguntungkan bila digunakan dengan tepat. Mayat bergelimpangan dimana-mana. Suara pedang dari perak yang saling beradu berpadu dengan teriakan komando perang yang tak henti-hentinya menyuarakan semangat kepada para prajuritnya. Tak dipungkiri lagi, ada ketakutan didalam hati setiap insan yang ada disana, ketakutan akan mati, ketakutan tak akan dapat lagi melihat orang-orang terkasih mereka. Perang memang bukan jalan memecahkan masalah yang baik, justru selalu ada kerugian besar setelah perang itu selesai. Namun tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya karena semua orang itu egois.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Daniel karena Kira masih diam di tempatnya berada.

"Cari Mars."

Sebelah alis Daniel terangkat mendengarnya. "Tak membantu yang lain terlebih dahulu?"

"Mereka akan ketakutan jika panglima mereka sudah mati, benar bukan?"

Dengusan keluar dari bibir Daniel. "Meskipun aku sangat tak menyukai hal ini, harus kuakui kau memang benar."

Kira tersenyum, ia pun menarik pedang miliknya. "Baiklah, mari bergabung dengan mereka" ujar Kira lalu berlari, membaur, berjuang bersama yang lainnya.

Hanya dalam sekejap, korban berjatuhan dari setiap kubu. Namun, korban berjatuhan lebih banyak berasal dari kubu Aeri. Anehnya, Ratu Asva terlihat tenang-tenang saja mengetahui hal itu, ia tetap duduk dengan anggun diatas keretanya. Tak lama kemudian, tatapan Ratu Asva bertemu dengan tatapan dingin putranya, begitu tajam dan menusuk. Aura hitam terasa begitu jelas disekitar Mars, pria itu mampu membuat orang lain ketakutan hanya dengan tatapannya. Ditambah lagi dengan pedang pria itu yang penuh dengan darah. Entah sudah berapa banyak iblis yang ia bunuh, baik menusuknya, memenggalnya, maupun membakarnya hidup-hidup.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang