05. The Actual

907 71 1
                                    

Pria itu hanya diam menatapku dari atas hingga bawah berulang kali, menilaiku. Tak lama kemudian ia beralih untuk menatap mataku dengan sorot curiga. Namun aku hanya balas menatapnya datar, tanpa memedulikan pedang yang mengarah ke wajahku.

"Tak sembarangan orang boleh datang kemari. Siapa kau? Untuk apa kau kemari?" Ada ancaman disetiap nada bicaranya. Namun itu tak membuatku takut meskipun pedangnya sudah semakin dekat dengan wajahku.

"Berbicara dengan seseorang sambil menodongkan pedang ke wajahnya itu tidak sopan," sindirku sambil mencoba menyingkirkan pedang itu dari wajahku. Namun, pria itu tetap teguh untuk menodongkan benda tajam itu ke wajahku.

"Jawab saja pertanyaanku, nona. Disini aku yang berkuasa."

Aku hanya memutar bola mataku malas mendengar kata-katanya itu lalu melanjutkan langkahku. Yah, dilihat dari penampilannya saja, seseorang pasti bisa menebak bahwa dia adalah seorang bangsawan. Dengan wajah tampan, mata biru safir, rambut cokelat, tubuh tegap dan juga pakaiannya. Dia pasti seorang pangeran. Dan aku sudah muak dengan segala hal yang berhubungan dengan kekuasaan.

"Hei, kau!!"

"Aku hanya ingin keluar dari sini," jawabku tak acuh.

"Oh, kau pikir aku akan percaya bahwa kau tak memiliki niat buruk di negeriku?" Suara pria itu masih terdengar jelas. Itu berarti dia tengah mengikutiku.

"Untuk apa aku memiliki niat buruk? Aku saja tak tahu dimana aku berada."

"Tak ada yang boleh masuk ke negeriku tanpa izin dari raja. Siapapun yang masuk tanpa izin, maka dianggap sebagai penyusup. Jika kau ingin selamat, maka berhentilah. Jika tidak, maka aku akan menganggapmu sebagai penyusup."

Aku tetap diam dan terus melanjutkan lamgkahku. Pria itu pun kembali memperingatiku, namun aku tak mau repot-repot menggubrisnya. Toh, tujuan utamaku adalah keluar dari dunia bernama nocturna ini. Ah, tidak. Aku harus mencari pedesaan untuk mendapatkan makanan. Yah meskipun akan lebih mudah jika aku bertanya pada pria itu. Tapi aku tak mau repot-repot meminta tolong pada penguasa. Apa itu terkesan egois?

"Kubilang berhenti!" bentak pria itu. Sepertinya ia sudah kehilangan kesabarannya.

Aku bisa merasakan perih dilengan kananku akibat tebasan pedang dari pria itu. Luka itu tidak terlalu dalam. Namun tetap saja, itu sangat menyakitkan. Aku hanya meenggigit bibir bawahku, mencoba menahan rintihan yang hendak keluar dari mulutku. Masih sambil mencoba menghentikan pendarahan di lenganku, aku menatap pria itu penuh benci. Sedangkan pria itu hanya tersenyum puas melihatku.

"Itu tak sebanding dengan apa yang akan kau dapatkan bila prajurit kerajaan menemukanmu."

"Sial kau!!" Karena amarah yang tak terbendung lagi, tubuhku reflek menerjangnya untuk melayangkan pukulan demi pukulan kearahnya. Sayangnya tak ada satupun dari pukulanku yang melukainya. Dia selalu bisa menangkis seranganku.

"Hanya itu kemampuanmu? Anak-anak bahkan bisa memukul lebih baik darimu," ujarnya dengan senyum meremehkan. Perkataannya itu sukses membuat amarahku memuncak.

"Kau akan mati!" seruku. Aku pun melesat kearahnya untuk menghantamkan tubuhku padanya hingga pria itu tersungkur ke tanah. Dengan segera, aku menahan pergerakannya dan bersiap untuk melayangkan pukulanku padanya. Dia terlihat terkejut.

"Apa ini? Kau-"

"Makhluk tak berguna sepertimu, lebih baik musnah saja," selaku.

Tepat sedetik sebelum aku melayangkan pukulanku, seseorang sudah menarikku berdiri. Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa orang itu ternyata adalah Mars.

Bring Me to Life [END]Where stories live. Discover now