Malam Bersamanya

12.1K 700 6
                                    

"Ron, kamu yakin ga lagi bareng Pak Chris pas kemaren Minggu?"

Janice menanyakan hal yang sudah ditanyakan berkali-kali padaku sejak kami berempat berkumpul di rumah Janice. Ivon dan Nana (panggilan dari Lidwina) tidak membantu sama sekali. Mereka bertiga menghadiahiku tatapan menyelidik yang aku rasa mereka lakukan untu mengintimidasiku. Aku menjilat bibirku gugup.

"Ya enggalah. Kalian pikir kenapa bisa aku sama dia."

"Tapi kami bertiga dengar loh suaranya. Bukan Cuma aku atau Janice atau ivon. Tapi semuanya." Kata Nana. Sontak mereka bertiga mengangguk. Duh gusti, kenapa rasanya seperti diadili.

"Kalian mikir aja. Gimana caranya aku ketemu sama Pak Chris? Kami kan ga berhubungan di luar jam kampus."

Aku memang tidak terbiasa untuk bercerita, bahkan pada sahabatku sekalipun. Aku memang sering bercanda dan menggila bersama mereka, namun untuk masalah pribadi, aku sangat tertutup. Mereka saja tidak sekalipun aku ajak ke rumahku.

"Siapa tau kalian punya affair,"

"Ya engga lah. Kalian ga lihat siapa aja mahasiswi yang suka sama dia. Dia ganteng gitu. Mana mungkin lirik aku."

Ketiganya berdecak.

"Menurut buku yang aku baca ya Vincentia Charon, pria itu jauh lebih menyukai gadis berintelejen tinggi daripada berparas cantik berotak kosong. Dalam kasus ini, kamulah gadis berintelejen tinggi. Dan mahasiswi lainnya lah yang berparas cantik tapi otaknya kosong." Kata Ivon yang sejak tadi diam.

"Benar tuh. Menurut kita, kamu tuh paket lengkap. Pinter, cantik. Cuma kamu aja yang ga mau ekspos. Kacamata kuda dipelihara, padahal ada yang namanya softlense. Baju kaos semua, padahal badan kamu ideal banget." Gerutu Janice.

"Guys please deh kok jadi bahas aku sih. Katanya kita mau masak-masak.", keluhku.

Liburan memang sudah tiba dan bagiku libur sama dengan waktunya pengangguran. Kami memutuskan bermain di hari Rabu setelah hari Senin dan Selasa aku menikmati me time ku di rumah dengan novel-novel tercintaku. Libur semester satu cukup panjang, sekitar 3 minggu hampir 1 bulan karena digabung dengan liburan natal dan tahun baru. Mereka bertiga memiliki agenda masing-masing dengan keluarganya, sehingga kami hanya bisa bermain bersama di minggu pertama liburan.

"Iya juga. Ayo deh kita mulai masak.", ajak Janice. Kamipun beranjak dari kamar Janice menuju dapur Janice. Aku tidak tau ini takdir atau bukan, tapi kamu berempat memiliki sangat banyak kesamaan. Seperti sama-sama memiliki otak yang "gesrek", menggilai bakmi dan seluruh produk keju, coffee addict, dan masih banyak lagi.

"Nih ya, kalo di internet kan rebus macaroni nya biasa aja. Tapi kayanya kalo direbus pake susu lebih enak ga sih?" cetus Ivon. Aku menggeleng kencang.

"Big no! Percaya deh, no effect. Aku udah pernah coba dan macaroni nya jadi lama banget matengnya." Kataku. Aku memang sudah pernah mencoba membuat mac and cheese sebelumnya. Dan otakku yang terlewat kreatif mencoba merebus macaroni dengan susu dulu dengan harapan hasilnya akan lebih creamy. Namun hasilnya tidak ada bedanya, malah memperlama proses masaknya macaroni.

"Yah. Oke deh."

Kamipun mulai membagi tugas. Aku dan Ivon merebus macaroni dan memarut keju. Janice dan Nana memotong daging ham dan menakar seluruh bahan agar saat dimasak seluruh bumbu segera dimasukkan tanpa ditakar lagi.

"Aku sudah lapar.", keluh Nana.

"Sama. Melihat keju membuat nafsu makanku meningkat.", kali ini Janice menimpali.

Saat mereka sedang berbincang santai, ponsel yang berada di kantung celana pendekku bergetar. Aku mengambilnya dan terpaku melihat sebuah pesan yang ada di panel notification.

Love You Dangerously (completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang