Hurt a Little Too Much

8.9K 637 14
                                    


I'm still alive but I'm barely breathing

Just praying to a God that I don't believe in

Cause I got time while he got freedom

And when a heart breaks no it don't break even

His best days were some of my worst

He finally get a girl who's gonna put him first

When I'm wide awake, he's no trouble sleeping

And when a heart breaks no it don't break even

What am I gonna do when the best part of me was always you?

And what am I supposed to say when I'm all choked up that you're okay

I'm falling to pieces

You got her heart and my heart and none of the pain

You took the suitcase, and I took the blame

Now trying to make sense of what little remains

Because you left with me no love, and no love to my name

- Breakeven by Maddi Jane (original song: The Script)

"Mereka akhirnya memusuhi saya," kataku mengakhiri sesi curhatku pada Pak Chris. Malam telah tiba, seluruh tugas untuk esok bisa kukerjakan sehingga aku bisa bersantai. Aku berbaring di dalam pelukan Pak Chris, sesekali mengusap dadanya disela aku bercerita. Ya, salahkan dadanya yang terlalu kokoh itu.

"Maaf Charon, saya hanya bisa mendengarkan. Saya tidak bisa membantu kamu secara langsung," sesal Pak Chris. Aku memukul dadanya pelan. Tentu saja dia tidak bisa membantu. Memangnya aku anak sekolah dasar, yang jika bertengkar dengan temannya meminta campur tangan orangtua?

"Saya kan juga ga minta dibantu pak," keluhku. Dia terkekeh dan mengusap pelan rambutku.

"Kamu resmi tidak memiliki teman di kelas?"

Aku melayangkan tatapan tajam padanya. Aku mungkin cukup introvert, namun aku bukan diasingkan. Semua merupakan temanku, hanya saja ada beberapa yang lebih dekat denganku dibanding yang lain. Dan dalam kasus ini, Ivon, Janice, dan Nana lah yang lebih dekat denganku.

"Masih ada Aaron," celetukku. Aku bisa merasakan badan Pak Chris menegang.

"Ulang sekali lagi, Charon?"

"Tidak ada siaran ulang pak," jawabku singkat. Dia menggeram dan mencium bibirku, yang tentu aku balas dengan senang hati. Sudahkah aku berkata bahwa bibirnya adalah candu baruku?

"Charon, apa kamu oke berada di kelas dengan kondisi sahabatmu memusuhimu? Kamu tidak mau pindah kelas?" tanyanya. Aku mendengus. Aku bukan anak kecil. Jika boleh jujur, aku memang sedih, namun sedari dulu aku memang melindungi diriku untuk tidak terlalu tergantung pada orang lain, termasuk sahabat. Sedari awal, aku tidak mempercayakan segalanya pada mereka. Lihat saja, karena hal sepele seperti ini, mereka memusuhiku. Apakah itu yang namanya sahabat? Aku mengerti maksud mereka baik, namun bukankah sahabat seharusnya saling mengerti?

"Biasa saja. Saya kuliah untuk belajar, bukan untuk mencari teman," balasku singkat.

Dia mengangguk.

"Kamu belum mau pulang ke rumah?" tanyanya hati-hati. Aku segera duduk dan menatapnya tidak percaya.

"Bapak usir saya?"

Love You Dangerously (completed☑)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant