Auditory hallucination

3.9K 434 41
                                    

As a tittle, you can play "Auditory hallucination" by Jang Jae in ft Nashow if you want^^


"Ada baiknya aku pergi, sebab aku bukan lagi bersifat maha merasa, hanya berupa basa yang hampa dan kadang kedap akan suara, tak berwujud dan tak dapat di perhitungkan oleh dunia"


Aku tak tau apa hebatnya pemikiran tentang masalah rumit ini, semakin ku coba tuk mengerti, semuanya seakan tak memiliki arti. Semua seolah terkunci namun aku tertarik untuk berfikir tentang hal ini lebih rinci lagi. Kekalutan akan kenyataan yang mungkin tak akan sejalan dengan harapanku yang membumbung tinggi hingga detik ini. Aku selalu percaya pada apa yang terjadi padanya, tak pernah mengulik apapun tentang tanda tanya besar yang selalu ku pertanyakan sejak pertama kali kami bertegur sapa, karena aku yakin dia selalu mempunyai alasan atas perbuatannya yang kadang tak terkesan nyata. Namun, kini setelah ku tau ada hal yang tak dapat ku pungkiri lagi ke benarannya, setelah ku tau ada hal lain yang berbeda darinya, yang tak pernah ku lihat dalam pribadi siapapun selain dia, aku mulai berani mencabut pemikiran positifku tentang seluruh perbuatannya. Hak untuk kecewa yang dulu hanya tertanam untuk kedua orang tuaku saja kini ku ikut sertakan pula untuknya, karena kejanggalan yang sama sekali tak dapat ku terima dengan akal sehat telah tergambar nyata dihadapan mata kepalaku sendiri, hingga kepercayaanku akhirnya luntur bercampur rasa takut kehilangan. Aku takut jika suatu saat nanti kau tiba tiba menghilang, karena entah mengapa aku mulai menyadari bahwa kau tak pernah terlihat di hadapan manusia lain. Tidak mungkin jika kau bukan manusia, buktinya kau ada di dunia. Tapi jika kau manusia, mengapa kau bisa terlihat memudar di hadapanku dan seolah tidak terlihat di hadapan orang lain. Mungkin jauh sebelum ini, kejanggalan telah banyak terjadi tanpa ku sadari. Bolehkah aku berteriak, aku sangat ingin tau titik pecah dari kerumitan ini, sebab seyakin apapun aku  tentang peribadimu yang berbeda, aku tetap tak dapat menyimpulkannya begitu saja, karena yang ku tau kau juga terlihat oleh mata kelima orang lain selain aku selama kita bersama. Jika kau memang bukan manusia, Jeon Jungkook, makhluk seperti apa kah dirimu sebenarnya? Katakan padaku bahwa kau manusia dan aku hanya salah melihat saja. Mungkin itu akan cukup untuk membuatku tenang tanpa harus terus memaki padamu yang jelas tak bersalah- Park Jimin.



***



"Bukankah ada baiknya jika salah satu dari kita diam di rumah? Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang tertinggal di sana" Jungkook berujar memecah sepi. Seluruh tatap kini beralih padanya

"Apa yang tertinggal? kau ingin kita putar balik arah? Ini sudah jauh. Kau gila?!" sela Jimin kesal lantas memalingkan wajahnya menolak bertemu tatap dengan Jungkook. Sesungguhnya bukan itu sikap yang Jimin kehendaki, ia hanya berpura pura acuh menutupi suasana hatinya yang tak kunjung mereda.

"Kau tidak perlu marah, dia hanya mengutarakan pemikirannya saja" Sela Suga merasa risih, sebab tidak biasanya Jimin bersikap sekejam itu pada Jungkook, terkesan dingin dan memaki. Ini jauh dari Jimin yang mereka kenal, bahkan biasanya hampir tak pernah mereka melihat Jimin sampai menekuk wajahnya di hadapan Jungkook barang sedetik pun. Rasanya sangat aneh. 

Jungkook membentuk garis lurus pada bibirnya mencoba memaklumi emosi Jimin yang mungkin sedang membara. Jelas saja begitu, karena telah dua kali dalam sehari ini Jimin menyaksikan kejadian aneh dalam diri Jungkook dengan mata kepalanya sendiri. Jungkook sadar, ia tak mungkin dapat mengelak lagi di hadapan Jimin, laki laki itu pasti sudah sangat mencurigainya.

Mata Jungkook bergerak menyapu area sekitar, melihat wajah kelima kakaknya yang menunjukan reaksi  berbeda, kini ia mulai merasa canggung dan gelisah secara bersamaan. Dan entah mengapa, meski dalam kecanggungan di atas batas normal ini firasatnya tetap tertuju pada suasana rumah, memang tidak ada apapun yang tertinggal namun hatinya terus berujar gelisah, seolah ada sesuatu yang mungkin saja akan terselamatkan jika seseorang dari mereka menetap di rumah untuk saat ini saja. Meski gejolaknya tergambar samar  hatinya tak juga berhenti berdebar

THE REASON || JEON JUNGKOOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang