28. Diam

51.4K 3.5K 228
                                    

Dhiani baru saja mendapatkan sebuah informasi dari Aldo. Aldo melihat Rana dan Sarah jalan-jalan sampai pulang malam. Ternyata diamnya dia selama seminggu ini belum membuat Rana sadar dari kesalahannya. Apalagi saat ini ia sedang berlibur, sedangkan Rana di sana, ia tidak tahu apa saja yang Rana lakukan selama ia masih liburan di sini.

"Pulang dari sini kamu cuekin pak Rana lagi, Dhi. Ngomong seperlunya aja." Aida yang memang kesal dengan sikap Rana sangat mendukung agar Dhiani bersikap cuek kepada Rana. Suami Dhiani itu memang harus dikasih pelajaran.

"Tapi, aku mencintainya, Da."

"Cinta? Percuma kamu cinta, tapi hati dia masih untuk masa lalunya. Kamu harus bisa bersikap tegas, Dhi! Jangan karena kamu cinta dia, dia seenaknya mainin perasaan kamu."

Ya, Dhiani sudah menceritakan semuanya kepada Aida. Bagaimana masa lalu Rana bersama Sarah, tentang Aldo dan ketika Rana selalu bersikap dingin padanya.

Aida benar-benar tidak habis pikir dengan Dhiani. Dia tetap mencintai Rana, walaupun Rana selalu menyakitinya. Kenapa Rana begitu tega menyakiti perempuan setulus Dhiani?

"Aku akan mencobanya, Da. Semoga saja pak Rana sadar dengan kesalahannya itu."

***

Dhiani sudah pulang ke apartemen pada pukul 10 pagi, tanpa mengabari Rana terlebih dahulu. Dhiani masuk ke dalam apartemen yang terlihat sangat sepi.

"Dhiani?" Dhiani tersentak kaget saat Rana muncul dari arah dapur. Ia kira Rana tidak akan ada di apartemen.

Dhiani menatap sejenak ke arah Rana. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia sangat lelah dan butuh istirahat.

"Kenapa kamu gak kabarin aku kalau kamu udah pulang, Dhi?" tanya Rana mengikuti Dhiani masuk ke dalam kamar.

"Ponselku lowbat," jawab Dhiani singkat. Ia benar-benar akan bersikap cuek kepada Rana. Selain Aida yang mendukung, Aldo pun sangat mendukung kalau ia harus bersikap seperti ini kepada Rana. Katanya, Rana harus dikasih pelajaran biar kapok.

Dhiani menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Sebenarnya, ia sangat merindukan Rana dan ingin memeluk tubuh Rana. Tapi, ia harus menahannya. Kali ini ia harus memberi pelajaran kepada suaminya itu.

"Kamu lelah ya? Mau aku buatkan sesuatu?"

"Tidak usah. Aku mau istirahat."

Rana merasa ada yang berbeda dengan Dhiani. Sikap Dhiani lebih cuek kepadanya, dan itu membuat Rana benar-benar takut kehilangan Dhiani.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sama kamu, Dhi," ucap Rana.

"Nanti saja! Aku lelah."

Rana menghembuskan napas beratnya. Ia harus menunggu waktu yang tepat, ia akan menanyakan apakah Dhiani pernah bertemu dengan Aldo tanpa sepengetahuannya?

"Ya sudah kamu istirahat ya, Dhi." Rana mengusap-usap puncak kepala Dhiani, setelahnya ia mencium kening Dhiani. Ia benar-benar takut, takut kalau Dhiani pergi meninggalkannya. Apalagi kalau sampai Dhiani memilih Aldo daripada dirinya.

Apakah Rana sudah mencintai Dhiani?

Itulah pertanyaan yang selalu Rana tanyakan pada hatinya. Apa benar ia sudah mencintai Dhiani? Rasa khawatir, rasa cemburu dan rasa takut kehilangan menurutnya itu sudah cukup membuktikan bahwa dia telah mencintai Dhiani.

Semalam pun ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena Dhiani belum juga membalas pesannya. Padahal di saat itu Rana benar-benar rindu kepada Dhiani, ia rindu dengan suara Dhiani, ia rindu dengan semua tentang Dhiani.

Sincere Love ✔Where stories live. Discover now